Vitamins Blog

THE PURE BLOOD

Bookmark
ClosePlease login

No account yet? Register

“Mizuki, kau lihat berita tadi pagi? Katanya ada Jack The Ripper di Jepang.”

Gadis yang dipanggil Hanazawa Mizuki ini adalah siswa tingkat kedua di Seirin Gakuen dan yang sedang bicara dihadapannya sekarang adalah Ienaga Kana, dia sahabat Mizuki, penggila cerita misteri. Akhir-akhir ini didaerah tempat tinggal Mizuki tengah beredar isu tentang Jack The Ripper. Padahal menurut Mizuki, itu tidak mungkin karena Jack The Ripper hanya ada di London dan itupun hanya ada di 100 tahun yang lalu, jadi mana mungkin di jaman sekarang ada pembunuh sadis Jack The Ripper yang berkeliaran di jepang. Mustahil.

“…Zuki… Mizuki!! MIZUKI!” teriak gadis bernama Kana pada Mizuki yang melamun

“Kana, tidak usah berteriak seperti itu, bisa kan?” omel Mizuki karena Kana teriak tepat didepan wajahnya.

“Salahmu sendiri. Aku kan sedang cerita kau malah melamun.” Gerutu Kana.

“Hehehe, gomen. Kana, kau terlalu banyak membaca novel misteri dan melihat film horor. Tidak mungkin di Jepang ada Jack The Ripper.” Ujar Mizuki bosan.

“Mizuki, kau benar-benar ketinggalan berita ya? Sudah 1 minggu ini di Jepang gempar dengan ditemukannya sosok mayat yang benar-benar mengerikan dengan leher seperti habis di gigit. Aku baca di koran, mayat itu dipotong-potong dan potongan tubuhnya berserakan di-“

“Kana, yamete yo! Kau membuatku mual. Kalaupun itu benar, paling hanya penjahat mutilasi biasa, tidak mungkin kan seorang Jack The Ripper yang hanya hidup 100 tahun yang lalu itu tiba-tiba muncul di Jepang. Kau ini ada-ada saja. Lagipula, Jack The Ripper itu bukan vampire.” Ujar Gadis pecinta bunga Sakura ini.

‘Semua yang dikatakan Ienaga-san itu benar, Hanazawa-san.” Ujar seseorang yang menghampiri dua sahabat yang tengah berdebat ini.

“Misa-chan, kau juga sama saja dengan Kana. Kalian berdua ini terlalu banyak membaca buku. Sudahlah, aku mau kekantin, kalian mau aku belikan apa?” Mizuki memtuskan pergi kekantin karena bosan mendengar cerita Kana dan sekrang ditambah lagi dengan Misa.

“Aku tidak lapar.” Ujar Kana yang sepertinya kesal karena sikap cuek Mizuki.

“Aku sudah makan.” Sahut Misa.

“Hmm~ baiklah, aku kekantin dulu. Jaa~.” Mizuki langsung melesat keluar dari kelasnya menuju kantin.

Diperjalanan kekantin, Mizuki mendengar para siswa tengah membicarakan hal yang sama seperti yang tadi ia bicarakan dengan Kana.

“Kenapa semua orang ini? Percaya sekali dengan cerita konyol seperti itu.” Gerutu Mizuki.

“Mi-zu-ki-chan~”

“KYAAA!” Mizuki terlonjak kaget saat seseorang berbisik di telinganya dan alhasil dia mendengar tawa puas dari orang yang mengagetkannya.

“Hahahaha! Seharusnya kau lihat wajahmu itu. Hahahaha! Lucu sekali.”

“Sen-pai!” geeram Mizuki sambil menahan rasa marahnya.

“Ups! Sepertinya aku membangkitkan singa betina.” Gumam ornag yang ternyata adalah kakak kelas Mizuki.

PLETAK!

“Shouta, berhenti mengganggu Mizuki.” Ujar seseorang sambil menjitak kepala shouta dan berhasil menghentikan amarah Mizuki yang hampir meledak.

“Takumi-san, aku tidak bisa menahan diri untuk menggoda adik kelas kita yang satu ini. Aku suka sekali reaksinya saaat kaget.” Laki-laki bernama Shouta itu mencoba menahan tawanya.

“Mizuki, kau tidak apa-apa?” tanya seorang bernama Takumi, yang juga adalah kakak kelas Mizuki.

“Shouta-senpai, kau itu selalu saja membuatku kesal.” Omel Mizuki.

“Gomen ne~, Mizu-chan.” Goda Shouta.

“Senpai-“

“Sudah, sudah. Mizuki, kau mau kekantin kan? Ayo kita sama-sama saja.” Ajak Takumi.

“Baiklah. Shouta-senpai, kau akan kubalas nanti.” Gerutu Mizuki lalau meninggalkan senpainya itu dengan wajah cemberut.

“Shouta, berhenti bersikap kekanakan, kasihan Mizuki.” Ujar Takumi.

“Hmm~, aku hanya senang dengan reaksinya. Ayo kekantin.” Shouta pun bergegas kekantin menyusul Mizuki.

“Haaaah~.” Takumi menghela nafas dan pandangannya teralih melihat awan yang sedikit mendung.

“Nanti malam bulan purnama. Sepertinya ‘dia’ akan datang lagi. Benar-benar pangeran yang menyusahkan.” Gumam Takumi lalu menyusul dua orang tadi kekantin.

Suasana di kantin benar-benar ramai karena dipenuhi orang-orang yang kelaparan, tidak terkecuali Mizuki yang sekarang tengah menikmati sandwich isi sayuran dan daging sapi yang sudah dipanggang dengan sangat lahap.

“Kalau kau terus makan makanan seperti itu, dadamu tidak akan tumbuh, Mizu-chan.”

“Senpai! Hentai da!” seru Mizuki sambil melempari Senapinya itu dengan sedotan.

“Hahaha! Aku berkata jujur, benarkan Takumi-san?” ujar Shouta.

“Hentikan, Shouta.” Ujar Takumi dengan sikap tenang sambil menikmati cappucino nya.

“Hai’, hai’, shitsurei shimasu.” Shouta akhirnya mengalah.

“Sandwich ini benar-benar lezat.” Gumam Mizuki.

“Hmm, kau pasti lapar sekali. Ini.” Takumi menyodorkan sandwich yang sengaja ia pesan untuk Mizuki.

“Senpai, ini untukku?” ujar Mizuki dengan mata berbinar-binar.

“Hm, makanlah.” Takumi mengiyakan.

Mizuki langsung melahap sandwich yang diberikan Takumi untuknya setelah menyelesaikan sandwich miliknya. Mizuki memang sangat menyukai makanan satu itu dan ia rela menukarkan apa saja untuk satu porsi sandwich.

“Ne~, Mizu-chan, kau dengar isu tentang-“

“Jack The Ripper? Haaah~, hentikan membicarakan hal konyol itu. Aku bosan mendengarnya.” Gerutu Mizuki.

Takumi dan Shouta saling manatap satu sama lain mendengar gerutuan Mizuki. Takumi menggelengkan kepalanya dan Shouta mengerti maksud dari kawannya itu.

“Benar juga, itu membosankan. Oh iya, hari ini kau pulang seperit biasanya kan?” tanya Shouta mengalihkan pembicaraannya.

“Hmm, hari ini aku harus pulang cepat karena Miharu sendirian dirumah.” Uajr Mizuki sambil menikmati sandwich keduanya.

“Memangnya, Rin-baasan kemana?” tanya Shouta sambil menikamti cappucino nya.

“Ibu sedang mengunjungi rumah saudara dan untuk beberapa hari ibu menginap disana.” Gerutu Mizuki.

“Itu berarti hanya ada kau dan Miharu dirumah?” tanya Shouta lagi.

“Hmm~, ada Neko juga. Kucing yang aku temukan saat pulang kerumah beberapa hari yang lalu.” Sahut Mizuki.

“Mizuki.” Panggil Takumi.

“Iya, kenapa Takumi-senpai?”

“Malam ini, kau dan Miharu tinggal di apartement ku dulu.”

Kalau saja Mizuki tidak ingat dengan yang namanya ‘Etika’, ia yakin dan sangat yakin kalau sandwich yang tengah ia kunyah pasti ia semburkan.

“Se-senpai, a-apa yang kau katakan barusan?’ Mizuki sangat kaget dengan pernyataan yang diutarakan Takumi barusan.

“Aku serius. Untuk nanti malam kau dan Miharu tinggal diapartement ku.” Ujar Takumi.

“Takumi-san, biar Miharu tinggal di rumahku. Kami berdua sudah cukup akrba jadi itu lebih baik.” Tawar Shouta.

“Kenapa memangnya? Kenapa aku dan Miharu harus tinggal terpisah?” Mizuki tambah bingung dnegan ucapan Shouta.

“Akan aku ceritakan nanti. Sekarang lebih baik kau kembali kekelasmu. Pulang sekolah nanti aku tunggu di gerbang sekolah. Dan satu hal lagi, hubungi aku kalau kau mau keluar dari kelas.” Ujar Takumi tegas.

“Baiklah.” Mizuki pasrah dengan semua ucapan Takumi dan menurutinya.

*SKIP TIME

Akhirnya jam pelajar pun selesai dan yang seperti Takumi katakan, Mizuki langsung mengirim sms ke senpainya itu.

“Mizuki, kau yakin tidak perlu kami antar?” tanya Kana dengan raut wajah khawatir.

“Kana, aku tidak apa-apa. Takumi-senpai dan Shouta-senpai akan mengantarku.” Ujar Mizuki menenangkan.

“Syukurlah, aku bisa sedikit tenang kalau ada mereka disampingmu. Ya sudah aku dan Misa pulang duluan.” Ujar Kana.

“Un, hati-hati.” Ujar Mizuki sebelum kedua temannya itu keluar dari kelas.

Sekarang Mizuki tengah membereskan alat-alat tulisnya dna ia melakukannya dengan sedikit terburu-buru karena tidak mau kedua Senpainya menunggu terllau lama.

DEG!

Perasaan Mizuki tiba-tiba tidak enak. Entah kenapa ia merasa seperti ada yang mengamatinya. Mizuki menengok kiri-kanan dan ia juga menengok kearah belakang tapi tidak ada siapapun. Ia bergegas keluar dari kelas setelah semua alat tulisnya masuk kedalam tasnya.

Perasaan itu datang lagi, perasaan seperti ada seseorang yang mengamatinya. Mizuki mempercepat langkahnya dan menuruni tangga.

Saat sudah berada di lantai 2, Mizuki menghentikan langkahnya karena mendengar suara-suara aneh yang berasal dari lantai 3 tempat kelasnya berasal.

Langkah kaki yang semakin mendekat membuat Mizuki tidak bisa menggerakan kakinya. Nafasnya seakan sesak dan keringat mengucur di pelipisnya. Langkah kaki itu semakin mendekat dan mendekat perlahan. Mizuki menutup kedua matanya karena takut, setahunya disekolah sudah tidak ada siapa-siapa lagi, apalagi dilantai 3 tempat kelasnya berada.

Langkah kaki itu berhenti tepat dibelakang Mizuki. Mizuki semakin erat menutup matanya dan ia meremas sisi roknya dengan sangat kencang.

PLUK!

“KYAAA!!!” Mizuki teriak sekencang-kencangnya karena merasakan sesuatu menyentuh pundaknya.

“Jangan ganggu aku!! Pergi!!” Mizuki terus menutup matanya dan sekarang ia terduduk karena kakinya yang lemas.

“Mizuki! Mizuki ini aku! Buka matamu, MIZUKI!!”

‘Suara ini…’ Mizuki mendongakan kepalanya perlahan dan membuka matanya.

“Ini aku, Shouta. Tenanglah.”

“Sen-pai.” Suara Mizuki tercekat karena takut.

“MIZUKI- Shouta apa yang terjadi?” karena merasa cemas ditambah dnegan mendengar suara jeritan, Takumi langsung menyusul Mizuki.

“Takumi-senpai.” Ucap Mizuki lirih.

“Dia hanya kaget. Maaf ya Mizu-chan, aku tidak bermaksud mengagetkanmu. Tadi saat bel pulang berbunyi, aku langsung bergegas menunggumu didepan kelas, tapi aku ke toilet sebentar dan saat kembali kau sudah tidak ada dikelas, jadi aku bergegas menyusulmu.” Jelas Shouta penuh dnegan raut penyesalan.

Mizuki masih takut, terbukti dengan tangannya yang dingin dan gemetaran juga nafasnya yang seperti habis lari marathon.

“Sebaiknya kita cepat pulang. Aku sudah menyuruh Kanzaki untuk menjemput Miharu dan sekarang mereka sudah sampai di apartement ku. Kita langsung ke apartement ku saja.” Ujar Takumi.

“Baiklah. Mizuki, kau bisa bangun?” tidak ada jawaban dari Mizuki.

Karena tidak mendengar jawaban apapun dari Mizuki, tanpa pikir panjang Shouta langsung membopong Mizuki dan menggendongnya seperti sepasang pengantin.

“Ayo.” Takumi memimpin didepan sedangkan Shouta dengan Mizuki dalam gendongannya mengikuti dibelakang.

Sesampainya diluar sekolah dan disana terpakir mobil Lamborghini Murcielago tipe GTR front Angel berwarna putih yang tidak lain adalah mobil milik Takumi dan Ferrari merah milik Shouta.

“Bawa dia ke mobilku.” Ujar Takumi sambil membuka pintu kemudinya.

Shouta meletakkan Mizuki dengan sangat hati-hati di kursi mobil milik Takumi. Setelah memasangkan seatbelt untuk Mizuki, Shouta langsung bergegas masuk kedalam mobilnya.

Mizuki ternyata terlalu kaget dan dia pingsan, ini lebih baik daripada Takumi harus melihat wajah Mizuki yang tegang.

Akhirnya dua mobil mewah itu meninggalkan kawasan sekolah elite Seirin Gakuen dan menuju apartement Takumi.

Ditengah perjalan menuju apartement Takumi, Mizuki yang pingsan akhirnya sadar dan mendapati dirinya sudah berada di mobil senpainya itu.

“Senpai.” Mizuki memanggil Takumi dengan suara pelan namun masih bisa didengar oleh Takumi.

“Hmm, kau sudah sadar. Tadi kau pingsan, Shouta yang menggendongmu masuk ke mobilku.” Sahut Takumi sambil tetap fokus menyetir.

“Shouta-senpai? Sekarang dimana dia?” tanya Mizuki yang kebingungan mencari Shouta.

“Dia sudah duluan tadi. Katanya dia khawatir pada Miharu karena menunggu kita.” Ujar Takumi.

“Sou ka.” Mizuki masih merasa lemas dan dia meringkuk di kursinya.

“Apa kau kedinginan? Aku kecilkan AC nya ya?” Dengan tangan kirinya, Takumi mengecilkan AC mobilnya.

“Arigatou senpai.” Ujar Mizuki lirih.

Takumi mempercepat laju mobilnya karena Mizuki benar-benar harus secepatnya istirahat.

Tidak lama kemudian, mereka sampai didepan apartement mewah tempat tinggal Takumi. Sebenarnya Takumi sudah punya rumah sendiri yang tidak kalah mewah dari apartementnya. Maklum saja, Takumi adalah penerus perusahaan besar di Jepang ,tapi ia ingin hidup mandiri dan tidak mau diatur berlebihan oleh orangtuanya. Jadilah dia pindah ke apartementnya sampai sekarang.

“Mizuki, kita sudah sampai.” Ujar Takumi lirih sambil membuka seatbeltnya.

“Iya senpai.” Mizuki bangun dan melepaskan seatbeltnya.

Takumi keluar duluan dari mobilnya dan membukakan pintu untuk Mizuki.

“Kau masih lemas, biar aku gendong.” Ujar Takumi.

“Tidak apa-apa senpai, aku bisa jalan kok.” Sahut Mizuki.

“Dame!” Takumi langsung membopong tubuh Mizuki dan mengeluarkannya dari mobil lalu menutup pintu mobil dengan tubuhnya.

“Senpai, aku bisa jalan, turunkan aku.” Igau Mizuki.

“Haaah~, keras kepala seperti biasanya.” Gumam Takumi.

Takumi memang sudah lumayan mengenal Mizuki. Dari mulai Mizuki SMP, mereka berdua sudah saling mengenal dan Takumi lumayan tahu bagaimana sifat Mizuki. Salah satunya adalah sifat keras kepalanya.

Takumi masuk kedalam lift dan langsung menekan tombol 11 tempat apertement mewahnya berada.

TING!

Akhirnya mereka sampi di lantai 11, dimana kamar Takumi berada. Dan saat mereka sampai kamar Takumi, Takumi membuka pintu apartementnya dan dialam kamarnya sudah ada 3 orang yang menunggu mereka.

“Senpai, kau lama sekali.” Gerutu Shouta yang memang sudah sampai duluan.

“Onee-chan! Takumi-nii, Onee-chan kenapa?” Miharu yang panik langsung menghampiri Takumi yang menggendong Mizuki.

“Miharu-kun, tidak apa-apa.” Ujar Takumi menenangkan adik laki-laki Mizuki.

“Takumi-sama, saya mohon undur diri.” Ujar seoranhg laki-laki yang bernama Kanzaki dengan hormat.

“Kanzaki-san, arigatou. Kau boleh pergi.” Ujar Takumi sopan.

“Wakarimashita. Shitsurei shimasu.” Laki-laki yang ternyata adalah pelayan dirumah Takumi itu langsung keluar dari apartement Takumi.

Sekarang Mizuki tengah tidur di kamar Takumi dengan nyenyaknya. Miharu yang sangat khawatir dengan kakak perempuannya itu tidak mau meninggalkan Mizuki. Terpaksa, untuk malam ini Miharu tinggal di apartement Takumi.

Sementara Mizuki dan Miharu tidur dikamarnya,Takumi dan Shouta mengobrol diruang tamu.

“Shouta, apa ‘dia’ sudah datang?” tanya Takumi serius.

“Belum, Takumi-san. Sepertinya dia datang seben-“

WUUSH!

Ucapan Shouta terhenti saat jendela apartement Takumi terbuka dan angin malam masuk kedalam apartement tersebut.

“Haa-aah~, sepertinya orang yang kita tunggu-tunggu sudah datang.” Ujar Shouta dengan wajah penuh seringai.

“Okaeri, Ouji-sama.” Ujar Takumi dengan posisi tangan kanan di dada kirinya dan menundukan badannya layaknya seorang pelayan memberi hormat pada majikannya.

“Yoo, Ouji-sama. Lain kali masuklah lewat pintu. Kalau ada orang yang melihatmu masuk ke apartement ini lewat jendela di lantai 11, aku yakin kau akan jadi berita utama di semua pemberitaan di tv dan koran” Ujar Shouta yang jauh beda dari kata menghormati.

Sosok yang kini sudah berada didalam apartement itu adalah sosok laki-laki dengan tubuh tegap, memakai topeng dan mengenakan jubah hitam.

“Ouji-sama, sepertinya kau sangat puas malam ini.” Ujar Shouta.

“Urusai, Sho.” Suara baritone dari laki-laki yang dipanggil Ouji-sama itu.

“Shouta, temani Miharu dan Mizuki didalam.” Ujar Takumi dengan nada serius.

“Hai’, hai’.” Shouta langsung bergegas masuk kekamar Takumi dan menemani Miharu dan Mizuki yang tengah terlelap disana.

“Mizuki? Miharu? Siapa mereka?” tanya Ouji-sama.

“Mizumi adik kelasku dan Miharu adalah adik Mizuki. Hari ini mereka menginap disini.” Ujar Takumi santai.

“Takumi, apa yang sedang kau rencanakan?”

“Tidak ada. Berhentilah membaca pikiran seseorang, Hajime.” Takumi mulai berbicara dengan nada santai, tanpa sebutan ‘Ouji-sama’ lagi.

“Aku mencium aroma yang menenangkan.” Ujar Hajime dengan mata tertutup seakan menikmati aroma yang ia katakan tadi.

“Penciumanmu sedang terganggu. Sudahlah, istirahat sana.” Ujar Hajime resah.

“Tidak. Aku mau meyakinkan sesuatu.” Hajime langsung berjalan meninggalkan Takumi menuju kamar dimana Mizuki dan Miharu juga Shouta berada.

Sesampainya didepan kamar Takumi, Hajime langsung membuka pintunya dan melihat 2 orang tertidur lelap di kasur milik Takumi.

“Ouji, ada ap-” ucapan Shouta terhenti saat melihat kearah mata Hajime yang berubah merah.

Shouta langsung menghampiri Takumi dan menanyakan apa yang terjadi pada Ouji-sama nya itu.

“Takumi-san, ini…”

“Seperti dugaanku. Hajime bereaksi hanya dengan mencium aroma Mizuki.” Jelas Takumi sambil terus memeprhatikan Hajime yang mulai mendekati Miharu.

“Apa yang akan dia lakukan pada Mizu-chan?” bisik Shouta.

“Kita lihat saja. Jika Hajime mulai bertindak aneh, kita tidak ada cara lain lagi.” Ujar Takumi tanpa sedikit pun mengalihkan tatapannya dari Hajime.

Hajime berdiri disisi kasur tempat Mizuki tertidur. Dia terus menatap Mizuki dengan mata merahnya.

“Gadis ini, aromanya sungguh menenangkan.” Ucap Hajime yang mulai menundukkan kepalanya mendekati wajah Mizuki. Mengendus aroma tubuh Mizuki.

“Nggh..” Mizuki mengigau karena meerasakan sesuatu yang dingin menyentuh lehernya.

“Aroma darahnya benar-benar-“

DEG!

Mizuki membuka matanya perlahan dan menyadari kalau ada sesuatu yang mengganggunya.

Matanya langsung terbelalak saat melihat seseorang yang tengah menghirup lehernya.

“KYAAAA!!!!” tak ayal Mizuki langsung mendorong sosok Hajime dan bangkit dari tidurnya.

“Si-siapa kau?! A-apa yang kau lakukan?!” seru Mizuki kaget dengan wajah pucat.

Hajime menatap Mizuki datar dan bola matanya berubah menjadi hitam kembali lalu meninggalkan kamar Takumi.

“Nee-chan, kenapa kau teriak?” Miharu terbangun karena teriakan Mizuki tadi.

“Shouta, kau tetap disini, biar aku bicara pada Hajime.” Ujar Takumi.

“Aku mengerti.” Sahut Shouta.

Takumi langsung menyusul Hajime karena ada banyak hal yang ingin ia tanyakan pada sosok yang ia panggil ‘Ouji-sama’ itu.

“Hajime, sebenarnya apa yang kau lakukan tadi?” Takumi langsung pada intinya karena ini berkaitan dengan Mizuki.

“Kau pasti tahu alasannya. Gadis itu… gadis itu mempunyai aroma darah yang membuatku ingin menghisapnya sampai habis.” Ujar Hajime dengan seringai dan tatapan garangnya.

“Haaah~, untung saja aku membawa Mizuki kesini.” Ucap Takumi lega.

“Kau tahu kalau itu percuma. Aku sudah mengamatinya jauh-jauh hari dan kau malah membawanya kesini. Benar-benar bodoh.” Hajime tidka bisa menghilangkan seringaiannya mengingat bagaimana aroma tubuh Mizuki.

“Setidaknya dengan aku membawa Mizuki kesini, seseorang tidak akan seenaknya menikmati darah Mizuki.” Ujar Takumi enteng.

“Hmm, kau memang pantas menjadi pelayan setiaku, Takumi.”

“Tidak perlu memujiku seperti itu.”

“Jangan sampai gadis itu direbut oleh ‘Mereka’. Aku tidak akan segan-segan mengulitimu kalau sampai terjadi sesuatu pada ‘Makananku’.”

“Wakarimashita, Oujio-sama.” Sahut Takumi.

Ternyata Hajime tertidur di sofa setelah bercakap-cakap dengan Takumi. Takumi yang melihat ‘Tuannya’ tidur langsung berinisiatif melihat keadaan Mizuki dikamarnya.

“Mizuki, kau tidak-“

GREP!

“Mizuki-” Takumi terkejut karena Mizuki tiba-tiba langsung memeluknya dengan tubuh yang gemetaran.

“Sejak tadi dia memaksa keluar ingin menemuimu, tapi aku larang. Sepertinya dia shock dengan kelakuan Ouji tadi.” Ujar Shouta memandanga Khawatir pada Mizuki.

Takumi menundukan kepalanya melihat Mizuki yang memeluknya erat karena ketakutan. Tanpa berkata apa-apa lagi, Takumi langsung membalas pelukan Mizuki dan mencoba menenangkan Mizuki.

“Kau tenang saja, aku ada disini. Jangan takut.” Ucap Takumi lirih dan ajaib, gemetaran pada tubuh Mizuki perlahan berhenti.

Melihat Mizuki yang sudah mulai tenang, Takumi melepaskan pelukannya dan menatap wajah Mizuki yabg masih pucat.

“Mizuki, kau tidak perlu takut, tadi itu temanku. Aku ingin menceritakan sesuatu padamu, tapi tolong kau rahasiakan ini dari semua orang, termasuk…” Takumi menggantung ucapannya dan memandang Miharu yang masih setia diatas tempat tidur.

“Shouta-senpai, kau bisa kan bawa Miharu keluar sebentar?” ujar Mizuki lirih seperti mengerti siapa yang dimaksud Takumi.

“Haaah~, wakatta yo. Jaa~, Miharu-kun ayo kita tinggalkan dua orang ini dan berbicara sesama laki-laki.” Ujar Shouta sambil melirik jahil kearah Miharu.

“Hai’!!!” Miharu langsung bersemangat dengan ucapan Shouta.

Mizuki tersenyum melihat Miharu yang selalu bersemangat jika bersama dengan Shouta. Mereka terlihat seperti kakak dan adik.

“Jaa~, kami berdua mau mencari tempat makan yang enak dan berbicara sesama laki-laki dewasa. Benar kan, Miharu-kun?”

“Hai’, Shouta-niichan.” Sahut Miharu.

Mereka berdua pun meninggalkan kamar Takumi dan keluar dari apartement sahabatnya itu. Saat melewati ruang tengah, Shouta bisa melihat kalau ‘Tuannya’ tengah terlelap di sofa. Untung saja Miharu tidak begitu memperhatikan karena terlalu bersemangat.

Kembali lagi kekamar Takumi, dimana Mizuki menunggu penjelasan tentang laki-laki yang usdah melakukan ‘Sekuhara’ (Sexual Harassement) padanya.

“Takumi-senpai, sekarang beritahu aku siapa orang mesum tadi?” ujar Mizuki dengan wajah cemberut.

“Hmmm, kau kelihatan kesal sekali, Mizuki.”

“Tentu saja. Dia sudah mengganggu tidurku dan yang lebih parahnya dia sudah berani melakukan pelecehan seksual padaku. Tidak sop-“

Ucapan Mizuki terhenti dan matanya terbelalak saat melihat seseorang bediri di ambang pintu

dengan tatapan tajam dan kedua tangan yang dimasukan kedalam sakunya.

“Haaah~, Ouji, jangan mengagetkan Mizuki seperti itu.” Gerutu Takumi.

“Onna, siapa yang kau panggil mesum tadi, hah?” ujar Hajime menatap tajam kearah Mizuki.

“Kau! Te-tentu saja kau! Kau yang seenaknya mencium leherku, mengganggu tidurku, dan kau pergi begitu saja tanpa meminta maaf padaku! Kau benar-benar laki-laki tidak sopan!” seru Mizuki penuh keberanian meskipun ada rasa takut menjalar dihatinya melihat tatapan tajam Hajime padanya.

“Berani sekali kau membentakku, Onna.” Suara dingin dan datar Hajime menyadarkan Mizuki kalau dia sudah melakukan hal buruk.

“Onna! Onna! Namaku itu Mi-zu-ki! Hanazawa Mizuki, bukan Onna!” seru Mizuki, dan membuat Takumi sedikit tersenyum melihat sikap berani Mizuki itu.

Hajime menegakkan tubuhnya, berjalan perlahan kearah Mizuki masih dengan tatapan tajam dimatanya.

“Ouji, yamete kudasai. Kalau kau terus seperti ini, aku tidak bisa menjelaskan semuanya pada Mizuki.” Ujar Takumi menahan Hajime dengan memegang bahunya.

“Singkirkan tanganmu dariku, Takumi.” Ujar Hajime datar.

Takumi langsung menyingkirkan tangannya dari bahu Hajime dan ‘Tuannya’ itu melanjutkan acaranya mendekati Mizuki.

Karena Mizuki duduk dipinggir kasur, dia harus mendongakan kepalanya agar bisa melihat Hajime yang sekarang berdiri tepat didepannya.

“Onna, kau manusia yang sangat menarik.” Ujar Hajime sambil mengangkat sudut bibirnya membentuk seringai.

“Kau juga manusia. Kenapa kedengarannya kau seperti merendahkan manusia? dasar aneh.” ujar Mizuki dengan wajah polos.

Seringaian Hajime langsung menghilang saat mendengar semua kalimat yang keluar dari mulut Mizuki.

GREB!

Hajime menggenggam erat pergelangan tangan Mizuki dna itu membuat Mizuki kesakitan.

“Ouji, hentikan! Kau menyakiti Mizuki-” ucapan Takumi terhenti karena dia merasakan aura hitam pekat yang membuatnya kehilangan nafas.

“Ou..ji!” geram Takumi sambil berusaha mencari celah untuk bernafas.

“Takumi-senpai! Kau! Apa yang kau lakukan pada Takumi-senpai! Lepaskan aku!” Mizuki tidak henti-hentinya meronta, mencoba untuk melepaskan tangannya dari cengkraman Hajime.

“Onna, kau akan jadi makananku.” Ucapan Hajime tak pelak membuat Mizuki menghentikan rontaannya.

“Makanan? Apa yang-” ucapan Mizuki terhenti saati ia melihat gigi taring yang keluar dari mulut Hajime.

“Aku ingin sekali menikmati darahmu, Onna.” Hajime mendekatkan bibirnya pada leher Mizuki.

“Ou..ji, yamete kudasai.” Takumi yang masih merasakan sesak mencoba menghentikan Hajime.

Sedangkan Mizuki terpaku tidak bisa bergerak, seluruh sendi-sendinya seperti membeku dan itu membuat dia tidka bisa menggerakan tubuhnya. Untuk bernafas saja dia merasa sulit.

“Sa~, itadakimasu.” Bisik Hajime sebelum membuka mulutnya yang memeprlihatkan taring-taring yang siap menancap di leher Mizuki.

“Oi, oi, tidak biasanya kau terburu-buru pada mangsamu, Ouji.” Ucapan seseorang menghentikan aksi Hajime yang langsung memasang wajah garang.

“Jangan menggangguku, Kazama.” Uajr Hajime dengan tatapan dan nada bicara yang dingin.

“Hmm, kau benar-benar tidak sopan. Bagaimanapun aku ini pamanmu. Jadi, bisa kau lepaskan gadis itu?” Ujar seorang laki-laki bernama Kazama itu sambil tersenyum dan bersikap tenang.

“Cih! Berani sekali kau mengaturku, Kazama.” Geram Hajime sambil menatap Kazama garang.

“Ouji, kalau kau menghisap darahnya sekarang, aku tidak berani jamin kalau dia masih bisa hidup.”

“Kheh, aku tidak peduli. Dia makananku, dan aku tidak pernah menyia-nyiakan makananku.” Ujar Hajime yang masih menggenggam pergelangan tangan Mizuki yang sekarang jatuh pingsan.

“Haa-aah~, kau tidak pernah berubah, selalu tidak sabaran. Karena itulah, kau diasingkan kesini.” Ujar Kazama yang sekarang tengah menetralisir aura Hajime yang menyerang Takumi.

“Arigatou, Yukimura-san.” Ujar Takumi merasa lega setelah ia terlepas dari aura Hajime yang menyiksanya.

“Douita, Takumi-kun.” Sahut Kazama sambil tersenyum.

Takumi melihat kearah Mizuki yang jatuh pingsan dan langsung menghampirinya dengan raut wajah cemas.

“Mizuki! Mizuki, kau tidak apa-apa? Oi, mizuki!” Takumi terus memanggil nama Mizuki sambil mengguncang tubuh Mizuki.

“Takumi-kun, dia hanya pingsan.” Ujar Kazama.

“Kazama, untuk apa kau datang kesini?” ucapan Hajime mengalihkan padangan Kazama yang tadinya menatap kearah Mizuki.

“Ara~, aku merindukanmu, keponakanku.” Ujar Kazama masih dengan senyum tenangnya.

“Cih! Menjijikan. Aku yakin, pasti tua bangka itu kan yang menyuruhmu kesini?” ujar Hajime dengan wajah kesal.

“Hei, tua bangka yang kau maksud itu adalah kakakku yang tidak lain adalah ayahmu. Kau benar-benar pangeran yang tidak sopan.”

“Urusai!” geram Hajime.

“Nggh..” Mizuki tersadar dari pingsannya sambil memegangi kepalanya.

“Mizuki, daijoubu ka?” terlihat jelas raut cemas di wajah Takumi dan itu membuat Hajime sedikit kesal.

“Takumi-senpai, aku-aaaaah! Takumi-senpai! Ta-tadi, tadi aku.. aku.. vampire.. dia-“

“Onna, urusai.” Ujar Hajime dengan nada dingin.

Tubuh Mizuki bergetar hebat saat mendengar suara yang tidak asing ditelinganya itu, ia pun langsung menoleh kearah asal suara itu. Tubuhnya menegang dan matanya membelalak melihat Hajime yang berdiri tidak jauh dari tempatnya dengan wajah angkuh dan bola mata berwarna, merah.

“Ta-Takumi-senpai, di-dia…”

“Ara, ara, O Hime-sama, daijoubu yo.” Ujar Kazama dan mulai mendekati Mizuki.

Masih trauma dengan apa yang dilakukan Hajime, Mizuki langsung merapatkan diri pada Takumi dan menggenggam erat lengan baju Takumi dengan tangan gemetar melihat Kazama yang mendekatinya.

“Tidak usah takut, aku tidak akan memakanmu.” Ujar Kazama sambil tersenyum.

Ucapan Kazama tetap tidak bisa menghentikan gemetaran pada tubuh Mizuki dan itu membuat Takumi khawatir.

“Mizuki, tenanglah. Kazama-san ini temanku, dia tidak akan menyakitimu.” Takumi mencoba untuk menenangkan Kazumi dan itu berhasil.

Mizuki menatap Kazama yang masih tersenyum padanya dan menyambut uluran tangan Kazama.

“Mi-Mizuki. Hanazawa Mizuki.” Ujar Mizuki memperkenalkan diri.

“Hai’. Aku Yukimura Kazama, yoroshiku ne, Mizuki-chan.” Sahut Hajime tersenyum.

Entah kenapa Mizuki merasa kalau orang yang ada didepannya ini adalah orang yang baik dan itu membuatnya sedikit tenang.

“Cih! Kalian berdua ini benar-benar bodoh. Kalian bermain-main-“

SREEK! GREB!

Ucapan Hajime terhenti saat Kazama tiba-tiba berdiri dibelakangnya sambil mengalungkan lengannya di leher Hajime.

“Aku sudah bilang ‘Tenangkan dirimu’.” Suara Kazama berubah berat namun senyuman sinis masih terukir di wajahnya.

“A-ano, sebenarnya kalian ini siapa? Dan kenapa si ‘Sekuhara’ ini berlaku tidak sopan padaku?” ujar Mizuki dengan nada suara kesal dan takut.

Semua yang disan terdiam dan Kazama masih setia dengan senyum penuh tanda tanya dan semakin membuat Mizuki penasaran.

5 Komentar

  1. farahzamani5 menulis:

    Hai hai
    Saran, gmn klo ditambahin kata [ratings] diatas tulisan dikau spy nnt muncul lope lope bwt kita2 klik untuk mengapresiasi karya ny dikau
    -Pake kurung [ ]
    -Pake huruf r
    -Pake huruf s dibelakangny
    Jdi diedit dlu sedikit
    Dan klo mau nulis cerita lainny nnt, tulis [ratings] ny diketik ulang yak, jngn dicopas, klo copas nnt ga muncul lope2nya
    Yuks dicba
    Mga berhasil
    Ps: tp klo dikau ga mau pake lope2 jg ga apa2 kok hehe

    1. Hihi, lengkap dah penjelasan palah

  2. Coba aja tambahkan tulisan ratings jd pembaca bisa kasih apresiasi buat tulis mu

  3. Puji itu apa?
    Ini ada bahasa Jepangnya tah?
    Lumayan byk ya, agak bingung ehh

    1. Waduhh otomatis keubah, bukan puji tp “ouji” maksudnya