>Last Part..
Mizuki akhirnya tahu kalau Hajime adalah seorang vampire dan kebenaran yang lebih mengejutkan adalah saat Kisaragi Takumi memberitahu siapa dirinya sebenarnya.
Mizuki yang tadinya tidak percaya dengan Vampire ataupun hal-hal astral lainnya sekarang mau tidak mau dia percaya karena orang-orang disampingnya adalah bagian dari ‘hal’ itu.
Saat Hajime mengantar Mizuki dan Miharu pulang, mereka di hadang oleh sekelompok orang dari Klan Wolves.
Pada akhirnya Hajime mengalahkan siluman monster serigala itu dan membuat Mizuki ketakutan dan meminta Hajime menggendong Miharu.
*Part 3..
“Terima kasih sudah mau menggendong Miharu dan mengantar kami pulang.” Ujar Mizuki saat sudah sampai didepan rumahnya.
“Cepat buka pintunya, punggungku serasa patah menggendong adikmu.” Gerutu Hajime
‘Haah… menyebalkan!’ gerutu Mizuki dalam hati sambil membuka pintu rumahnya.
Hajime yang bisa membaca pikiran Mizuki hanya bisa memiringkan bibirnya membentuk segaris senyuman yang sangat tipis.
“Hai’, dou—zo.” Belum selesai Mizuki bicara, Hajime sudah menyerobot masuk kedalam dan meletakkan Miharu diatas sofa panjang.
“Tugasku sudah selesai. Aku mau pulang.” Ujar Hajime dengan sikap angkuhnya.
“E-eh? kau sudah mau pulang?” mengingat kejadian saat di serang kelompok Klan Serigala tadi dan itu membuatnya takut.
“Kau tenang saja. Ini.” Hajime memberikan sebuah kalung berliontin batu permata berwarna ungu (amethyst) pada Mizuki.
“Kirei~.” Gumam Mizuki saat melihat kalung dengan liontin batu Amethyst di tangannya
“Setidaknya itu bisa melindungimu. Batu itu akan bercahaya kalau ada bahaya di sekitarmu dan dengan otomatis juga batu itu menjadi penghubung antara kau dan aku.” Jelas Hajime dengan nada datar.
“Sou ka. Ternyata Hajime—maksudku Ouji itu baik juga.” Sahut Mizuki masih dengan memandangi liontin amethyst-nya.
“Hajime, panggil aku seperti itu.” Setelah mengatakan hal itu Hajime langsung pergi dan sekejap mata menghilang dari hadapan Mizuki.
“Hajime-kun.” Ucap Mizuki dengan senyum terselip di bibirnya.
Hajime sekrang berada diatas sebuah atap dan terus memandangi bulan yang hampir sempurna dengan tatapan datarnya.
“Tsuki-hime.” Bisiknya
SREETT!
“Ouji, mereka sudah mengetahui keberadaaan ‘Tsuki-hime’.” Ujar seorang laki-laki yang berdiri dibelakang Hajime sambil menaruh tangan kanan di dadanya
“Beritahu yang lain kalau malam ini mereka harus berjaga di sekitar sini.” Ujar Hajime dengan suara berat
“Hai’, wakarimashita, Ouji.” Laki-laki itupun langsung menghilang bersama angin.
“Aku tidak akan pernah membiarkan mereka membawamu lagi, Tsuki-hime.” Ujar Hajime dengan bola mata yang berubah merah dan taring yang kekuar dari mulutnya.
“Haaaah~, hari ini benar-benar melelahkan. Tidak kusangka ternyata vampire dan manusia serigala itu benar-benar ada.” Mizuki baru selesai memebrsihkan badannya setelah terlebih dahulu membawa Miharu kekamarnya.
Mizuki mengambil kalung pemberian Hajime yang ia letakkan di meja belajarnya dan terus mengagumi warna Amethyst dari liontinnya.
“Benarkah kalung ini bisa melindungiku?” gumam Mizuki sambil merebahkan tubuhnya.
Tanpa terasa Mizuki langsung terlelap dengan liontin yang terus ia genggam.
Sedangkan diluar rumahnya, lebih tepatnya di sudut sudut luar rumahnya, diatas atap, di rindangan pohon, beberapa orang—Vampire— suruhan Hajime terus mengawasi rumah Mizuki.
“Neechan, cepat bangun! Kau tidak mau terlambat sekolah kan?!” terdengar suara Miharu yang meneriaki kakak perempuannya yang masih terlelap di singgasananya.
“Nggh… aku tidak mau ke sekolah.” Seru Mizuki.
“Haaah, dasar neechan.” Gumam Miharu.
Inilah kegiatan setiap pagi sang bungsu Hanazawa Miharu saat sang ibu tidak ada dirumah, yaitu menyiapkan sarapan pagi untuknya dan Mizuki.
“Neechan!! Kalau kau tidak bangun, aku tidak mau mencucikan bajumu lagi!!” salah satu umpan agar Mizuki bangun adalah dengan menagancamnya seperti ini.
BRUUGH!
Terdengar suara berisik dari lantai 2 tempat kamar Mizuki berada dan itu menandakan sang kakak berhasil bangun dari tidurnya.
“Aneh sekali, cara ini kuno tapi selalu berhasil.” Gumam Miharu dengan senyum kemenangannya.
Setelah beberapa menit akhirnya Mizuki sudah rapi dengan seragam sekolah yang menempel di tubuhnya dan tas yang ia selempangan di bahunya.
“Neechan, ini aku buatkan bekal dan ini sarapanmu.” Omel Miharu
“Miharu!! Kau memang adikku yang paling baik dan perhatian! Aku sangat menyayangimu!!” seru Mizuki sambil mendekap adiknya itu
“Hai’, hai’ wakarimashita. Sudah cepat habiskan sarapanmu.” Ujar Miharu
“Yes, sir!” seru Mizuki sambil memeberi sambil memebri hormat pada snag adik.
Miharu memang yang selalu menghandle semua pekerjaan rumah kalau ibu mereka tidak ada dirumah, karena snag ayah sudah lama meninggal. Miharu, meski dia masih kecil dan sibuk dengan kegiatan sekolahnya, dia adalah orang yang bertanggung jawab atas pekerjaan rumah dna mengurus kakak perempuannya.
“Miharu, kau masih ingat dengan laki-laki yang kita temui di apartement Takumi-senpai?” tanya kas sarapannya.
“Umm, aku ingat. Kenapa memangnya?” tanya Miharu
“Haaaah~, dia akan menjadi murid baru di sekolahku.”
“Eeeh~, sou ka.”
“Entah apa yang akan dia lakukan pada teman-temanku nanti.” Gumam Mizuki.
“Neechan, ayo berangkat!” seru Miharu yang sudah ada diluar rumah.
“Ah, hai’!”
Seperti biasanya, kedua kakak-beradik ini akan berangkat sekolah bersama, itu karena sekolah Miharu dan Mizuki adalah satu gedung.
Seirin Gakuen adalah sekolah bertaraf internasional yang semua siswanya adlaah dari kelas menengah keatas. Mizuki dan Miharu yang dari keluarga kelas menengah ke bawah bersyukur karena tabungan ayah mereka cukup untuk membiayai sekolah kedua kakak-beradik dan sang ibu. Ditambah lagi, Mizuki yang bekerja part time di toko roti milik kenalannya, jadi bisa menambah pundi-pundi penghasilan keluarga kecil ini.
“Neechan, ada yang mau aku tanyakan padamu.” Miharu tiba-tiba mengjak bicara Mizuki yang tengah melamun
“Bertanya apa?”
“Laki-laki yang kita temui di apartement Takumi-nii itu, apa dia manusia?”
“E-eh? ke-kenapa kau bertanya seperti itu? Te-tentu saja dia manusia.” Mizuki gelagapan dengan pertanyaan Miharu, karena ia tahu siapa yang dimasksud adiknya itu.
“Benarkah? Tapi, aku merasa kalau dekat dengan dia entah kenapa ada hawa dingin yang bahkan aku rasakan sampai ke tulang rusukku.” Jelas Miharu
“Kau terlalu banyak membaca novel misteri. Sudah, lebih baik kita cepat-cepat kalau tidkamau terlambat.” Mizuki langsung berjalan cepat meninggalkan Miharu yang memasang wajah bingung namun penuh curiga.
“Gawat, kalau sampai Miharu tahu siapa sebenarnya Hajime-kun, bisa-bisa dia—BRUUGH!”
Karena terlalu panik dan tidak melihat kedepan, Mizuki menabrak sesuatu atau lebiih tepatnya seseorang yang berdiri didepannya.
“Ah! Gomennasai.” Ujar Mizuki sambil membungkuk meminta maaf.
“Onna.” Suara datar dari oranmg yang yang Mizuki tabrak adlaah suara orang yang sejak tadi ada dikepala Mizuki.
Mizuki mengangkat kepalanya dan mengedipkan matanya beberapa kali untuk memastikan kalau yang didepannya ini bukan ilusi.”
“Hajime-kun?” gumam Mizuki
“Neechan! Tunggu aku!” Teriak Miharu sambil berlari menghampiri Mizuki.
‘Gawat!’ batin Mizuki
“Ha-Hajime-kun.” Panggil Mizuki.
“Nani?” sahut Hajime.
“Gomennasai!” setelah meminta maaf, tanpa pikir panjang Mizuki langsung menarik tangan Hajime dna berlari masuk ke gedung Seirin Gakuen.
‘Maaf, Miharu. Neechan belum bisa menjelaskan apapun’ Mizuki terus menarik tangan Hajime dengan Miharu yang terus meneriaki namanya.
Hajime yang awalnay terkejut akhirnya tahu setelah membaca pikiran Mizuki barusan dan dia membiarkan saja Mizuki menarik tangannya.
“Hosh… hosh.. hosh.. gomen..hosh..Hajime-kun.” Mereka sudah sampai di gedung SMA Seirin Gakuen.
LaiN Mizuki lain lagi dengan Hajime. Mizuki yang ngos-ngosan tapi Hajime tetap bersikap tenang tanpa ada keringat dan nafasnya pun normal.
“Kenapa kau menghindari adikmu?” tanya Hajime
“Haaaah~.” Mizuki mencoba menetralisir nafasnya.
“Ini semua gara-gara kau.” Setelah bisa bernafas tenang, Mizuki langsung pada intinya.
“Apa maksudmu?” ada nada tidak enak pada suara Hajime barusan
“Miharu sepertinya curiga padamu. Dia menanyakan padaku kau itu manusia atau bukan.”
“Lalu?”
“Miharu itu orang yang serba ingin tahu dan dia akan melakukan apapun untuk mencari tahu tentang dirimu. Kalau itu sampai terjadi, aku bisa menjamin baru saja kau mendaftar disini, kau pasti langsung dikeluarkan pabhakan diasingkan, atau bahkan dibunuh.”
“Huh, omong kosong. Aku akan meminta Kazama menghapus ingatannya tentang kemarin.”
“Eh? memang ada yang seperti itu?”
“Semuanya bisa terjadi bahkan hal yang mustahil pun bisa saja terjadi sekarang tepat didepan matamu.”
TENG..TENG…TENG…
“Ah! Jam masuk. Kau di kelas mana? Biar aku antar.” Ujar Mizuki
“Dia satu kelas denganku.” Ujar sebuah suara yang ternyata adalah Takumi
“Takumi-senpai.” Ujar Mizuki.
“Ouji—”
“Jangan panggil aku dengan sebutan itu disini.” Sergah Hajime
“Ah! Moushiwake arimasen.”* ujar Takumi sambil sedikit ber-ojigi* pada Hajime.
“Pfft.. kalian berdua ini seperti orang-orang jama kerajaan yang harus selalu bersikap formal bahkan diluar kerajaan. Lucu seka—li.” Ucapan Mizuki sedikit tersendat karena Hajime manatap tajam kearahnya.
“Takumi, ayo kekelas.” Hajime langsung meninggalkan Mizuki yang masih membeku karena tatapannya tadi.
“Haaaah~, kenapa aku merasa kehilangan nafasku tadi? Benar-benar seperti Oni*.” Bisik Mizuki dengan wajah yang sedikit pucat dan ia langsung berlari menuju kelasnya.
—SKIP TIME—
Pelajaran yang sangat membuat Mizuki malas yaitu tentang bahasa. Mizuki memang lemah dalam bahasa inggris dan matematika, tapi dia sangat suka sejarah dan seni.
“Mizuki, kau sudha dengar kalau di kelas 3 ada murid baru laki-laki yang keren?” Kana langsung menyambar temoat duduk didepan Mizuki yang kosong.
“Hah? Murid baru? Oh, maksudmu Kazehaya Hajime?” Tanpa sadar Mizuki sudah mengundang tatapan bingung dan curiga dari teman-temannya
“Mizuki~.” Panggil Kana dengan nada menyelidik
“Eh? nani?” Mizuki bingung karena mendapat tatapan aneh dari kedua sahabatnya
“Mizuki, bagaimana bisa kau tahu nama murid baru di kelas 3 itu? Apa kau mengenalnya?” tanya Kana
GLEK!
‘Mati aku! Kenapa bisa keceplosan seperti ini?! Mizuki no baka!’ jerit Mizuki dlam hatim meruntuki kebodohannya.
“E-eh, i-itu, a-aku—”
“Onna.” Suara datar, dingin yang sangat Mizuki kenal tiba-tiba terdengar didalam kelasnya.
“KYAAAA!! Lihat itu kan murid baru yang keren itu!!” teriak salah satu siswi di kelas Mizuki saat melihat sosok Hajime didepan pintu
‘Mau apa dia kekelasku?’ tanya Mizuki
“Ikut aku.” Ujar Hajime sambil mengendikan kepalanya memberi tanda agar Mizuki mengikutinya
Mizuki melirik kearah kedua sahabatnya yang sejak tadi memperhatikannya terus dengan tatapan curiga.
“A-akan aku jelaskan nanti. Aku permisi.” Mizuki langsung berlari kelaur kelas dan menyusul Hajime tanpa mempedulikan tatapan kesal, curiga, iri dari teman-teman sekelasnya.
Setelah merasa Mizuki sidah keluar dari kelasnya, Hajime melanjutkan langkahnya dan membiarkan Mizuki berjalan dibelakangnya.
“Ou—Hajime-kun, kau mau kemana? Ada apa menyuruhku ikut denganmu?” Mizuki mencoba bertanya tapi tidak ada sahutan sama sekali dari Hajime.
Mizuki menghentikan langkahnya dan Hajime yang mengetahui itupun ikut menghentikan langkahnya.
“Siapa yang menyuruhmu umtuk berhenti?” ucap Hajime tanpa menengok kearah Mizuki.
“Kau jelaskan dulu padaku untuk apa kau menyuruhku mengikutimu?” karena kesal Hajime tidak menyahuti pertanyaannya, Mizuki memberanikan diri berkata dengan nada sedikiti tinggi.
Terdengar Hajime mnghela nafas dan ia pun membalikan tubuhnya menghadap Mizuki yang berdiri dengan wajah kesal.
“Kau tidak ingat apa yang aku katakan kemarin?” tanya Hajime masih dengan tatapan datar namun menusuk
“A-apa maksudmu?” Mizuki balik bertanya dengan nada bingung
“Kau ingat baik-baik yang aku katakan kemarin padamu.” Ujar Hajime dengan seringai dibibirnya
Mizuki mengingat-ingat apa yang diucapkan Hajime padanya kemarin dengan wajah yang serius.
—FLASHBACK ON—
“Haaah~. Mulai saat ini kau adalah pelayanku. Dan harus kau tahu, besok aku akan bersekolah di tempat kau sekolah. Jadi, bersikaplah baik, Mi~zu~ki~.”
“Jangan berpikiran yang tidak-tidak.” ujar Hajime sambil memukul pelan kepala Mizuki.
“He-hei,kau tadi mengatakan tentang ‘pelayan’, maksudmu selama kau sekolah ditempat yang sama denganku, aku menjadi pelayanmu yang harus mengikutimu kemana pun kau pergi, begitu?”
“Ya.” Jawaban pendek dari Hajime benar-benar meruntuhkan pertahanan Mizuki.
“K-kau! Kau pikir aku ini siapamu, hah?! Aku tidak mau!” seru Mizuki tanpa sadar meninggikan suaranya.
“Kau adalah makananku.” Singkat Hajime.
—FLASHBACK OFF—
Setelah mengingat ucapan Hajime kemarin, barulah Mizuki menyadari kalau dirinya dalam masalah besar.
“Hmm~, sepertinya kau sudah mengingat semua.” Hajime berjalan mendekati Mizuki yang langsung memundurkan tubuhnya.
“Kenapa? Kau baru ingat kalau aku ini…” Hjaime semakin mendekati Mizuki dan malang bagi Mizuki karena Hajime mnyudutkannya ke tembok dan itu membuat Mizuki tidak bisa bergerak.
“Aku ini seorang Vampire.” Bisik Hajime tepat di telinga Mizuki
Miziuki langusng membelalakan matanya saat merasakan sensai dingin di lehernya karena Hajime menjilat lehernya dan mengecupnya.
“Kyaaa!! Hentikan!!” dengan cepat Mizuki mendorong tubuh Hajime dan berhasil melepaskan diri dari Hajime.
“Hmph, kenapa? Kau takut padaku?”
“A-aku, a-aku tidka takut padamu!” seru Mizuki sambil memegangi lehernya yang tadi di kecup oleh Hajime
“Lalu, kenapa wajahmu pucat? Aku kan belum menghisap darahmu.”
“K-kau! A-aku tidak akan memberikan darahku padamu!”
“Hmm~, kalau begitu bersiaplah untuk kehilangan orang-orang di sekitarmu termasuk adikmu.” Ujar Hajime dengan enteng masih dengan senyum mengerikan terpampang dibibirnya.
Mizuki benar-benar tidak mengerti, kenapa orang didepannya ini seperti orang lain saja. Kemarin Hajime menolongnya dan mengantarnya puoang bahkan sampai memberikan kalung untuk melindunginya, tapi kenapa sekarang sikapnya kembali seperti saat pertama kali mereka bertemu.
“Asal kau tahu saja, sejak tadi malam aku belum mendapatkan ‘makanan’. Jadi, sekarang aku ingin kau memberikan hal yang kubutuhkan itu.” Hajime mencoba mendekati Mizuki lagi.
Mizuki yang tahu kalau Hajime akan mendekatinya langsung mencoba lari tapi gagal karena Hajime lebih cepat darinya dan menangkao tangannya.
“Lepaskan aku!! Lepaskan!!” Mizuki terus meronta agar cengkraman Hajime terlepas dari tangannya
“Tidak akan.” Sahut Hajime dengan suara rendah.
‘Takumi-senpai! Shouta-senpai! Tasukete!’ Hajime yang mendengar isi hati Mizuki yang meminta tolong malah semakin melebarkan seringaiannya
“Tidak akan ada yang datang kesini! Mereka tidak akan berani mencegahku!” ujar Hajime dengan suara berat dan menakutkan bagi Mizuki.
Hajime menarik Mizuki hingga dia berada tepat didepannya dan memegang pundak Mizuki dengan kuat.
“Kau adalah makanan berhargaku. Aku tidak akan memberikanmu pada siapapun.” Bisik Hajime sambil sedikit demi sedikit mendekatkan wajahnya ke sela leher Mizuki
“One..gai, yame..te kudasai.” Bisik Mizuki dengan lirih dibarengi isak tangis karena ketakutan.
“Itadakimasu.” Bisik Hajime dengan kedua taring yang sudah keluar dan siap menancap di leher Mizuki, tapi..
“OUJI!!” teriakan seseorang menghentikan kegiatan Hajime yang hampir saja menikmati manisnya darah Mizuki.
“LEPASKAN MIZUKI!!” seseorang yang datang itu ternyata adalah Takumi dan Shota yang datang dengan nafas tersengal
“Kalian berani menghentikanku, hah?!” suara datar dan terlesan dingin keluar dari bibir sang pangeran.
“Ouji, ingatlah! Sadarlah! Jangan mau di kuasai oleh makhluk haus darah dalam tubuhmu itu!!” teriak Shouta.
“KALIAN!!! GRRRRR!!” Hajime langsung melepaskan —Mendorong— Mizuki dan hampir saja tebrentur dinding kalau saja tidak ada yang menahan tubuhnya.
“Hanazawa-san, daijoubu ka?” ornag yang menyelamatkan Mizuki ternyata adalah Kazama
“Yukimura-san.” Mizuki benar-benar ketakutan, terlihat dari tubuhnya yang bergetar hebat.
“Mou daijoubu.” Ucap Kazama menenangkan
Mizuki melirik kearah Hajime yang sekarang berubah menjadi mengerikan karena kukunya memanjang, kedua taring yang terlihat mengerikan dan bola mata merah yang emnambah kesan takut dalam diri Mizuki.
“Hajime-kun.” Ucap Mizuki lirih melihat sosok didepannya sekarang.
“Ouji, jangan seperti ini!! Sadarlah!” Takumi terus mencoba menyadarkan Hajime namun sepertinya tidak berhasil.
“TUTUP MULUT KALIAN!!” Hajime langsung menerjang Takumi dan itu mengakibatkan Takumi terdorong dan menabrak dinding sampai dinding itu retak
“TAKUMI-SENPAI!!” teriak Mizuki
Mendengar teriakan Mizuki, Hajime yang sejak tadi terfokus pada Shouta dan Takumi langsung menoleh kearah Mizuki yang berada dalam dekapan Kazama.
Menyadari kalau Hajime tengah menatapnya, Mizuki mulai ketakutan dan mencengkram erat wafuku milik Kazama.
Kazama yang menyadari kalau Mizuki sangat ketakutan langsung melepaskan pelukannya dan berdiri didepan Mizuki yang terduduk.
“Apa aku harus melakukan hal itu lagi padamu, Ouji?” ujar Kazama dengan wajah datarnya
“GRRRRR!” Hajime terus menggeram dan mencari-cari celah agar bisa menyerang Mizuki
Kazama tahu apa yang diincar oleh Hajime sekarang yaitu gadis yang berada dibelakangnya.
“Hanazawa-san, bisakah kau berdiri?” tanya Kazamad engan suara lembut dan senyuman yang menenangkan.
“Ha-hai’.” Mizuki mencoba berdiri dengan susah payah dan akhirnya berhasil.
“Pegang tanganku dan tutup matamu.” Ucap Kazama sambil mengulurkan tangannya pada Mizuki
Tanpa berpikir apapun, Mizuki langsung memegang tangan Kazama dan menuruti uca[an Kazama yang menyuruhnya menutup mata.
Kazama pun menutup matanya dan merapalkan sesuatu dan seketika itu pula ada cahaya yang menyellimuti tubuh keduanya.
Mizuki merasakan sesuatu masuk kedalam tubuhnya dan itu terasa hangat seperti ada sesuatu yang mengalir kedalam tubuhnya.
“Buka matamu.” Uajr Kazama setelah cahaya itu menghilang.
“Tadi itu apa?” tanya Mizuki bingung
“Kau akan tahu nanti.” Ujar Kazama dengan sneyum lembutnya.
Kembali ia menatap Hajime yang masih menggeram didepannya dengan tatapan liar yang ditujukan pada Mizuki.
“Shouta-kun, Takumi-kun, kita kurung Ouji dengan Kekkai (pelindung berbetuk persegi).” Ujar Kazama.
“Hai’!” jawab kedua orang yang sudah bersiap di posisi masing-masing
“Hanazawa-san.” Panggil Kazama
“Ha-hai’?”
“Jika aku menyuruhmu masuk kedalam kekkai nanti, masuklah.” Lanjut Kazama
“Eh? a-aku? Masuk kedalam Kekkai? Ma-maksudmu, ka-kalian mau mengumpankanku padanya?” terlihat raut takut dan tidak percaya yang terlukis jelas diwajah Mizuki
“Sonna baka na. tidak mungkin aku melakukan itu. Tenang saja, kami akan mengikat Ouji dengan Nenshi (benang kekkai yang biasanya hanya digunakan untuk mengikat roh).”
“Ta-tapi—”
“Percayalah padaku.” Uajr Kazama.
Mizuki menoleh kearah Takumi dan Shiuta yang menganggukan kepala mereka agar Mizuki juga mempercayai mereka.
“Haaah~, baiklah. Aku kaan melakukan apa saja agar Hajime-kun kembali normal.” UjaR Mizuki penuh kyakinan
“Arigatou, Hanazawa-san.” Sahut Kazama
“Iie, Mizuki da.” Ujar Mizuki sambil melemaprkan senyuman pada Kazama.
“Baiklah. Kalian berdua siap?!” seru Kazama
“Hai’!” sahut kedua orang itu semangat
Ketiga orang itu langsung memajukan tangan kanan mereka dengan kedua jari (telunjuk dan tengah) yang mengacung.
“NENSHI!! Teriak ketiganya dan munculah benang-benang berwarna biru transparan dari kedua jari mereka dan mengikat tubuh Hajime.
“JOSO!!” kali ini hanya Kazama yang mengucapkan kalimat itu dan terbentuklah sebuah ruangan yang menyelubungi tubuh Hajime berbentuk persegi.
“Mizuki-chan, sekarang masuklah kesana!” seru Kazama sambil menahan kekkainya karena Hajime terus menabrakan tubuhnya ke kekkai tersebut.
“Baiklah!” Mizuki langsung berjalan kedepan kekkai tersebut ddengan perasaan takut yang luar biasa.
“Sentuh kekkainya dan berkonsentrasilah!” seru Kazama dan Mizuki langsung menurutinya
Seketika itulah Mizuki merasakan ada yang menariknya dan ia sekrang berada dalam kekkai bersama Hajime yang terikat oleh benang kekkai tadi.
“GRRRRR!” Hajime terus menggeram dan berusaha mendekati Mizuki namun di tahan oleh Nenshi milik Shouta dan Takumi
“Mizuki-chan, konsentrasilah. Dengan begitu kau akan tahu bagaiman cara mengembalikan Ouji.” Ujar Kazama yang sekrang juga mengeluarkan Nenshi-nya
Mizuki memjamkan matanya mencoba berkonsentrasi seperti yang dikatakan Kazama barusan.
‘Berikan dia ciumanmu yang tulus, maka dia akan kembali normal. Karena hanya dengan cara itulah dia bisa merasakan ketulusan hatimu padanya.’ Ujar suara yang terngiang di kepala Mizuki.
Setelah mendengar suara itu, Mizuki langsung membuka matanya dan menatap intens kedalam bola mata merah yang liar didepannya sekarang.
“Hajime-kun, mo ii.” Bisik Mizuki dengan perlahan mendekati Hajime yang terus memberontak
Mizuki mengulurkan tangannya dan menyentuh pipi Hajime namun pada saat itulah benang Nenshi terlepas karena kuatnya rontaan Hajime.
Hajime yang terlepas dari benarng itu langsung mencengkram pundak Mizuki yang langsung meringis kesakitan karena kuku-kuku tajam milik Hajime menusuk kulit pundaknya.
“MIZUKI!!” teriak ketiga orang diluar kekkai
“Mou ii, daijoubu.” Mizuki mendekati wajah Hajime dengan Hajime yang semakin mengeratkan cengkraman di pundaknya
“Dijoubu.” Selesai mengucapkan itu, Mizuki langsung menempelkan bibirnya ke bibir Hajime dan itu membuat Hajime dengan perlahan mengendorkan cengkraman pada pundak Mizuki.
Tidka lama kemudian, bola mata merah itu pun kembali menjadi hitam dan taringnya pun menghilang begitu pula dengan kuku-kuku tajamnya pun kembali normal.
Hajime langsung memejamkan matanya dan tidak lama kemudaian Mizuki melepaskan ciumannya.
Terdengar suara kelegaan dari ketiga orang yang berada diluar kekkai itu dan juga helaan nafas lega dari Mizuki
“Kau, kenapa melakukan ini?” ujar Hajime yang sudah kembali normal.
Mizuki tidak menjawab sama sekali dan terus menundukkan kepalanya dengan kedua tangan yang berada disamping tubuhnya mencengkram erat roknya.
Hajime berinisiatif menarik dagu Mizuki dengan perlahan dan saat itulah dia tau kalau Mizuki tengah menahan suara tangisanny karena ketakutan.
“Kalau kau takut, untuk apa melakukan—”
“Ka-karena aku.. entah kenapa aku ingin melakukannya. Jadi, jangan salahkan aku kalau aku melakukannya!!” seru Mizuki dna tangisannya pun pecah.
“Kai (untuk melepaskan Kekkai).” Ucap Hajime dan seketika itupun Kekkai yang menyelubungi mereka menghilang.
“Ouji, yokatta!” Shouta langsung mendekati Hajime dan Mizuki yang masih menangis dalam dekapan Hajime
“Bereskan semuanya, aku akan membawanya pulang.” Ujar Hajime sambil membawa Mizuki dalam gendongannya (ala bridal style).
“Hai’, wakarimashita, Ouji-sama.” Ujar ketiga orang itu serempak dengan memberi hormat dengan tangan kanan mereka yang berada didepan dada kiri sebagai sebuah pengabdian.
Hajime langsung membawa Mizuki pergi dari sekolahnya melalui jalan yang ‘Tidak biasa’ yaitu jendela untuk pintu keluarnya.
“Yosh! Bagaimana kita membereskan ini semua dan bagaimana dengan para siswa-siswi disini?” tanya Takumi sambil memandnagi sekitarnya yang hancur karena amukan sang pangeran
“Takumi-san, kenapa kau harus bingung. Kita kan punya Kazama-san, iya kan~?” ujar Shouta enteng
“Haaah~, kau ini.”
Kazama langsung mengeluarkan beberapa kertas dan melemparnya sembarang lalu kertas itu pun berubah menjadi bentuk manusia (shikigami).
“Kalian bersihkan semua ini.” Ujar Kazama.
“Kazama-san wa sugoi!” seru Shouta.
“Baiklah, tinggal perkerjaanku sekarang. Menghapus ingatan tentang kejadian tadi dari smeua siswa disini.” Ujar Takumi
“Ganbatte!” seru Shouta.
Akhirnya dengan mengerahkan semua kemampuannya, Takumi menghapus ingatan semua siswa tentang keributan yang dibuat oleh Hajime dan sekolah pun kembali normal.
Nah yang ini juga tambahin kata [ratings] ya supaya karya mu bisa kami vote :BAAAAAA
Tulis [ratings]
Iya, setuju sama sekali, coba aja ditambahin tulisan ratings nya, biar bisa di kasih vote
Astagahhh, otomatis keubah coba, setujui sama sela maksudnya
Wa sugoi itu apa ya?
Aku rada bingung
Baiknya ditulis aja makna kata-kata asing/Jepang yg dirimu pakai
Jd pembaca yg ngk tau bahasa Jepang bisa tetap menikmati ceritamu
Cuma kasih saran ya, sisanya up to you, hhe
Sumpahhh kagumm bangett aku, ini bahasa jepangnyaa hebat banget yaaa duhhh?????