I. Bagian Awal
Matanya sekelam malam.
Sepekat kopi yang dipesannya pada barista bertangan kekar.
Kepada aku yang diam-diam mengamati, diayunkan langkahnya mendekat.
Di seberang bibir meja, di depanku.
Sembari tersenyum garis, dia bertutur, “Hujan sepertinya masih berbaik hati, mau menyisakan satu kursi untuk diduduki. Sekiranya tidak mengganggu, bolehkah kiranya kita berbagi?”
Di luar jendela kedai yang terbuka, alam masih setia meneteskan air mata.
Beberapa bulir air tampak menggelayuti dedaunan.
Mengalir perlahan lalu jatuh menjadi tempias.
Semilir angin seperti hendak menyentuh ragaku, menciptakan euforia sesaat sebelum akhirnya membuatku sadar.
Pria bermata kelam masih setia berdiri menunggu.
Telunjuk kanannya mengetuk kulit meja berkali-kali. Membiarkan bunyi ‘tuk.. tuk.. tuk..’ memantul di udara. Sedikit tak sabar mungkin.
Atau gelisah sembari menunggu respons.
Baiklah, setelah mengerjap dua kali, aku bertutur, “Bila hujan memang berbaik hati. Tak ada salahnya aku pun begitu.”
Tak begitu lama, barangkali hanya sedetik, matanya tersenyum, seperti pelangi.
Terlalu rupawan.
Lalu, pria bermata kelam itu duduk memangku sebuah cerita yang baru akan dimulai.
Mungkin hujan sedang berbaik hati, seperti katanya.
***
Wah bagus puisinyaaa?
:D maksih makasih
Klo di puisi mah, dialog ny jg jdiny puitis ya ka hihi
Kerennn kerennn hihi, bikin aq senyum2 sendiri eaaaa hihi
biar kayak teka-teki gitu ???
kalo gamblang ntar kayak cerpen
Biar misterius gtu yak eaaa hihi
Sukaa ka sukaaa hihi
biar lebih dalem maknanya ??
Beuhh dalemmmmmm hihi
Keren aku suka :D
makasih ???
Sma sma ka :D terus berkarya yak
siap ?? ???
Aku bacanya senyam-senyum sendiri aihhh ??
Siapa yang gak suka hujan coba, aku suka soalnya adem hihihi? semangat kak~~
??? tpi klo hujannya terus”an susah juga sih
sip sip ??
Aku sukaaa
Puisi yah, aku pikir cerita romantis gitu hehe
iya puisi, mau nyoba buat sesuatu yg beda ???
akkkkkkk, bagus ini, ada lanjutan puisinya kah???