Mata sekelam malam itu terbuka dengan nyalang, menampakkan keterkejutan dari sosok pemiliknya. Bahkan mata itu mencari dengan buas, seolah tempat tidur yang dia tempati tak lengkap saja. Dia tahu memang ada yang tak lengkap di ranjang putih yang terlihat berantakan, sangat berantakan hanya untuk sekedar di tiduri sendiri. Kepalanya berdentum menyakitkan, membuat sang pemilik rambut spike itu mau tak mau harus kembali merebahkan diri hanya untuk menghilangkan rasa tak nyaman dalam dentuman di kepalanya. Dia tidak salah, walau dia meminum alkohol hampir satu botol penuh tapi ingatannya masih sangat jeli kalau ada suara yang terus menari di kepalanya.
Suara seorang wanita, suara yang tak biasa dan saking tak biasanya bahkan suara itu di campuri dengan desahan. “Sial! Apa yang telah aku lakukan?” Si lelaki memaki diri sendiri, merasa semakin yakin saat menemukan bercak merah di atas ranjang. Apa yang telah dia lakukan sampai meniduri wanita yang sekarang tidak ia ketahui keberadaannya?
Meniduri wanita di apartemennya sendiri? Apakah wanita itu hanya pelacur jalanan hingga harus menghilang saat pagi buta seperti ini. Dia rasa memang hanya pelacur yang akan mau meniduri lelaki lalu pergi begitu saja. Pelacur yang masih perawan?
Lelaki itu kembali menjelajahi ingatannya sebelum hal gila ini terjadi, dia tahu kesedihan akan langsung melanda hatinya saat ingatan itu datang. Tapi sayangnya kesedihan itu tak kunjung datang, malah rasa penasaran yang terus menggelegak di dalam sanubarinya. Rasa penasaran akan siapa wanita gila yang telah ia tiduri? Siapa wanita dengan suara setersiksa itu? Kenapa dia mengingat suara tapi tak mengingat wajahnya?
Lelaki itu menjambak rambutnya frustasi saat tanya yang ia suarakan di kepalanya tak kunjung mendapat jawaban.
Suara getaran ponselnya membuat dia mengalihakan tatapannya yang menerawang kearah ponsel yang tergeletak di atas nakas. Dengan cepat diraihnnya benda itu, berharap si penelpon adalah wanita misterius yang hanya akan berucap selamat tinggal setelah mendapatkan kepuasan darinya. Tapi harapan itu ternyata tak akan terwujud dengan mudah karena di sana tertulis nama kakaknya. “Halo.” Ia menyapa datar.
“Andre, kamu bisa datang lebih cepat ke kantor sekarang? Aku tahu kamu sedang patah hati atau semacamnya tapi pekerjaan tak berpihak pada hubungan pribadimu.” ya menjengkelkan seperti biasa.
“Aku akan datang.” Tak mau meladeni ejekan kakak satu-satunya itu membuat Andre langsung saja mengiyakan. Telpon langsung dia matikan dan kembali merebahkan diri, membayangkan kejadian semalam.
Apa yang sebenarnya terjadi?
“Aku mencintai kamu Andre, kumohon aku mencintai kamu.”
Ucapan yang terus terngiang di kepalanya itu semakin membuat Andre mengacak rambut frustasi, tak tahu harus berbuat apa pada sosok yang tak ia ketahui tersebut.
***
“Kamu baik-baik saja?” Andre mengangkat wajah, menyunggingkan senyum tipis pada sosok kakak ipar yang sangat dia sayangi. “Kamu pucat.” Dea menambahkan. Terlalu ingat kalau kemarin adik dari lelaki yang dia cintai langsung terlihat berubah saat mendapat undangan pernikahan dari mantan kekasihnya.
“Aku baik.” Andre menjawab datar, karena yang pasti di tanyakan Dea padanya adalah tentang dia yang kemarin. Tentu saja dia tak lagi memikirkan hal itu, tapi pikiran gilanya terus tertuju kearah sosok misterius yang sampai siang ini belum terpecahkan.
“Kamu akan datang?” Lucas ikut bertanya, menarik pinggang Dea hingga duduk di pangkuannya. Dan kelakuan Lucas hanya bisa membuat Andre berdecak kesal, bukan karena tak suka tapi lebih kepada iri. Iri kepada mereka yang dengan jelas telah menemukan belahan jiwa mereka.
“Datang kemana?”
“Kemana lagi kalau bukan keacara pernikahan mantan kekasih kamu itu.” Lucas menjawab sadis membuat dia mendapat cubitan dari isterinya.
“Jangan kasar begitu, kita harus menghiburnya di saat seperti ini.” Bahkan Andre lebih memilih ucapan Lucas daripada Dea, ucapan Dea malah membuatnya merasa di kasihani dan dia tidak ingin di kasihani.
“Acaranya harus berpasangan dan aku tidak memilikinya, jadi aku tidak datang kesana bukan karena aku tak menerima atau apapun. Aku hanya tak memiliki pasangan yang harus aku bawa.” Andre mengangkat bahu, mencoba membela diri sebelum lebih dulu di pojokan oleh dua orang yang selalu kompak membuat dia tersakiti.
Lucas tertawa, membuat Andre cemberut kesal. “Kamu tinggal pilih siapa yang mau kamu ajak, mereka akan dengan senang hati menemani.”
“Dan siapa yang kamu sebut mereka?” Tanya Andre tidak yakin.
“Teman kantor, teman main pitnes kamu atau kalau nggak anaknya teman-teman Mami saja yang selalu cerewet saat ikut arisan.” Lucas kembali tergelak saat dia membayangkan entah apa.
“Kamu benar-benar..” Andre sakit hati tentu saja, dia tahu dia tak memiliki sosok yang bisa dia ajak keacara apapun.
“Bagaimana kalau mengajak Luna? Aku lihat beberapa hari ini dia selalu melamun, kurasa hubungan percintaannya sedang bermasalah.” Dea menimpali, lebih logis dari semuanya tapi tetap saja Andre tak menyukai ide itu.
“Aku bukan penghibur wanita patah hati, jadi terimakasih atas saran kalian yang tidak masuk akal.” Dea hanya mendesah tak tahu harus menyarankan apa.
“Bagaiman dengan rencana liburan ?” Andre bertanya, mengalihkan topik pembahasan mengingat mereka ada rencana keluar kota beberapa hari sekeluarga.
“Kita sudah menyewa villa.” Lucas menimpali, memilin rambut Dea yang jatuh ke pundak wanita itu.
“Astaga aku lupa.” Dea menepuk pelan punggung tangan Lucas, membuat Lucas menatap heran. “Luna meminta kita tinggal di villanya, dia juga mau kesana Minggu ini.”
“Aku setuju.” Lucas kembali menjawab, terserah mau isterinya yang pasti wanita yang ada di pangkuannya itu bisa bahagia.
“Aku ikut kalian.” Andre ikut ambil suara membuat Dea mengangguk.
***
Tiba-tiba sosok itu muncul di balik tikungan, membuat tabrakan tak terelakan terjadi. Semua kertas itu terjatuh berantakan, membuat Andre langsung ikut berjongkok mengumpulkan kertas. Dengan cepat wanita yang terus menyembunyikan wajahnya itu mengambil kertas dari tangan Andre dan hendak berlalu pergi tapi Andre lebih cepat menghadang.
“Kamu menghindari saya?” Andre bertanya mulai curiga dengan sosok yang tak pernah secara langsung berbicara dengannya.
Wanita dengan mata abu itu balas menatap Andre heran. “Maksud anda?” Luna bertanya tidak mengerti, setahunya dari awal Andre memang tidak pernah mau berinteraksi dengan dirinya, entah apa alasannya.
“Tidak tidak, maksud saya kamu tidak pernah lagi terlihat di depan saya. Tapi mungkin hanya perasaan saya saja.” Andre menjawab cepat, takut kalau wanita itu salah paham Dengan maksudnya.
“Maaf kalau memang cara saya salah.” Luna kembali bersuara setelah lebih dulu merapikan rambutnya kebelakang telinga, membuat wajahnya terpampang jelas di depan Andre.
“Tidak. Bukan seperti itu. Hanya.. sudah lupakan saja.” Andre langsung pergi tanpa mau peduli apa tanggapan wanita yang memang telah bekerja bersama Dea selama satu tahun tersebut. Pikirannya sedang kalut, dia tidak mau menambahkan dengan pertanyaan seputar wanita asing.
Vote dulu yakkkk :LARIDEMIHIDUP
Oiyaaa tulisan [ratings] nya di edit lagi.
Pake [r] di depan
Pake [s] di belakang tanpa spasi
Tulisannya [ratings]
Selamat mencobaaaa
Nahhh prolog ny jg di edit ya [ratings] nya
Yuks dicba
Semangat
Nahhh loh siapakah wanita itu, jngn2 Luna ehh hihi
Beuhhhh Andre frustasi ditinggal nikah mantan hihi
Cuzz ahh ke part berikutnya
Oia ayooo diubah ratings ny biar kita bsa klik lope2 ny hihi
Penasaraannn, jangan jangan ya Luna itu cewek yg dimaksud???
Jangan-jangan……
Luna suka sama Andre, dan yang ons itu Andre sama Luna #eh bener gak sih? hahaha
Jadi Luna itu cinta sama Andre dan dia sadar saat melakukannya sama Andre, tapi Andre gak sadar karena dia mabuk….hm…….bener tak?? Hihihi~