“Kamu ini … apa?” tanya Kiara melihat ke langit malam. Hembusan angin lembut membelai wajah cantik Kiara. Kiara menjulurkan tangannya seakan dia meraih angin. Masih dengan dinginnya malam dan sesekali hembusan ringan angin malam. Kiara mengulas senyum singkat lalu menurunkan tangannya.
“Masih dengan ilusi yang sama.” Kiara menunduk berbalik dan berjalan menuju ke kamarnya kembali. Perasaan perih sedikit-sedikit menyusup ke dalam hatinya. Semakin dia melangkah, rasa sakitnya semakin terasa. Hingga saat dia menyentuh pintu beranda menuju kamarnya, dia meluruh ke lantai dengan memegang dadanya. Rasa perih yang Kiara rasakan membuatnya sesak, seperti udaranya hilang perlahan-lahan. Dia selalu mendambakan sesuatu yang dia pun tak pasti siapa atau apa itu. Dia menunggu setiap malamnya di bawah langit dan dinginnya malam. Menunggu hal yang Kiara tak tau tetapi selalu hatinya dambakan, seakan Kiara berlari tak tentu arah mencari jalan keluar.
Disaat sesaknya masih bertahan, seketika hawa hangat terasa di dekatnya. Terasa seperti dekapan halus dari seseorang. Punggungnya terasa hangat tapi Kiara sadar di belakangnya tak ada siapapun atau apapun. Ajaibnya, saat kehangatan itu datang rasa sesak di dada Kiara menghilang perlahan entah kemana. Perasaan Kiara lega, seperti apa yang dia dambakan telah datang. Air matanya yang kali ini keluar tanpa diminta sama sekali. Semakin lama air matanya semakin deras, Kiara tak tahu bagaimana cara membuatnya berhenti, dia menangis sejadi-jadinya hingga terdengar suara tangis yang begitu menyesakkan.
‘Apa yang sebenarnya terjadi Tuhan? Hatiku terasa terombang-ambing tak karuan seperti ini, apakah ada yang kulewatkan selama ini.’ Kiara membatin. Dengan air mata yang membanjiri wajahnya, dia berdiri dan berbalik perlahan. Kiara mengulurkan tangannya seakan terdapat seseorang di sana dan membelai wajahnya. Saat Kiara mengulurkan tangannya, dia melihat gelang tipis berwarna merah di pergelangan tangannya. Seketika waktu terasa berhenti di sana.
‘Take care, my baby Kiara.’ Kata-kata itu yang terlintas di otaknya. Kiara terkesiap dan mencoba mengingat lebih banyak. Kiara meraih gelang merah itu menuju dadanya, berharap agar hal itu membantunya mengingat.
‘Kir, lo pasti ga bakal nyangka dua hal tentang gue,’ ucap seorang anak pria pada Kiara. “Apaan? Kamu mah ga ada istimewanya.” Tawa Kiara terdengar setelah berbicara kepada pria itu. Pria itu menatap Kiara lembut sekilas, lalu kembali menatap langit malam bertabur bintang yang indah. Kiara bergeming melihat tatapan itu dan terdiam. “Gue … yang akan selalu care sama lo, gue orang yang bakal paling sering bilang ke lo ‘Take Care, Kiara’ di saat lo butuh.” Masih dengan menatap langit, pria itu melanjutkan kata-katanya, “Dan yang kedua, Gue … adalah orang yang bakal selalu sayang sama lo. Dulu, sekarang ataupun nanti.” Kiara merasa oksigennya terenggut saat itu juga hanya dengan mendengar kata-kata pria tersebut. Sepertinya pria itu belum selesai berbicara. Pria itu bebalik melihat kearah Kiara, dengan posisi Kiara yang duduk dan Pria itu berdiri. Kiara dapat melihat dengan jelas betapa indah mata pria itu ditambah dengan latar langit malam berbintang. “Dan Lo jangan pernah meragukan apa yang gue bilang saat ini, inget baik-baik dan tagih kata-kata ini kalau gue lupa, walaupun ga mungkin sih.” Lelaki itu terkekeh sedikit.
Kiara membuka matanya yang sekarang sudah tertutupi cairan-cairan bening membuat penglihatannya kabur. Tetapi dia melihat bayangan seseorang di depannya, sesaat Kiara yakin bahwa itu adalah prianya. Dia menjulurkan tangannya dan bertahan agar air matanya tak tumpah kembali. Tangannya tak menggapai apapun, Kiara hanya merasakan angin yang berhembus sangat pelan. Kiara tetap yakin bahwa sosok itu ada di depannya untuk menghibur dirinya. Lalu, dia berjalan seakan memeluk sosok yang Kiara yakini prianya itu. Saat Kiara melakukan hal tersebut, terasa sedikit perasaan hangat seperti sebelumnya. Dia melepaskan air mata yang dia bendung tadi dengan segenap rasa lega meresapi dada Kiara. Satu tetes air mata Kiara hampir terjatuh ke lantai, rasa hangat itu menghilang dan sedikit terdengar bisikan, “Take Care, Kiara. I love You.” Dan angin pun berhembus keras kembali. Saat itu Kiara sadar prianya sudah pergi meninggalkan kata-kata indah tersimpan lekat di memorinya.
~~~~
Well, aku baru kembali lagi ke sini. Setelah tugas yang bejibun selesai, aku dapat membuka web ini :lol:
Ini cerita ketiga ku. Mohon Kritik, saran dan komentarnya^^
Terima Kasih. Selamat Menikmati~~
Nurs
Cowoknya kemana??
Jadi angin??
Nah
Eaaa, kemana itu orangnya :LARIDEMIHIDUP
Nahhh
Kemanaaa :LARIDEMIHIDUP
???
nahloh, kemana itu cowoknyaaaaa :LARIDEMIHIDUP
Dia nya telah pergi berpulang kah huhu???
Ditunggu karya2 lainnya
Semangat trs ya
???