A PRIORI Chapte 3. Penglihatan
Dengan cepat Zia menarik tangan Azka sampai membuat pemuda itu berpaling. Keheningan kembali terjadi dintara mereka. “Kenapa?” Ucap Azka memecahkan suasana yang canggung, Zia tersadar setelah suara Azka terdengar. “Azka.” Ucap Zia dengan nada memastikan. Sekarang senyum tipis penuh misteri terpatri tepat didepan Zia, pemuda yang awalnya seperti mengabaikannya tiba-tiba memberikan ingatan masa lalu yang telah ia lupakan.
~~~~~
“Lama tak berjumpa, kucing manis ku” ucap Azka sambil mendekati Zia. Azka tersenyum melihat wajah Zia yang tampak marah setelah mendengar ucapannya. “Aku bukan kucing mu!! Kau seharusnya tau sekarang sangat terkenal dan bisa saja menuntut mu karena pengghinaan ini.” Ucap Zia dengangan sedikit menaikan suaranya.
Azka tetap berjalan meninggalkan Zia tanpa mengubris teriakannya. Rina yang melihat kejadian yang memang jarang terjadi itu hanya bisa terdiam dan menyadari bahwa ada orang yang bisa melawan sikap Zia yang keras kepala.
Selama perjalanan Zia terus menerus marah dan mengeluh tanpa henti. “Kita sudah sampai.” Ucap Rina sambil melihat seluruh jadwal yang ada di buku catatan kecilnya.
Kegiatan pembacaan naskah berjalan lancar, tanya jawab dengan berbagai media berjalan dengan tertib. Tapi ditengah acara sutradara Anji mengumumkan bahwa akan ada aktor pendatang baru yang pasti akan mengagetkan di tengah berjalannya cerita yang membuat penasaran semua penanti drama baru ini.
Azka berdiri di pojok ruangan dengan diam dan memperhatikan seluruh situasi. Teman Devisinya yang lain telah bergerak untuk menyisir lokasi tempat penculikan itu tapi belum mendapatkan titik temu dari semua data dan barang bukti yang telah ditemukan dan dikumpulkan.
Mata Azka terus mempehatikan sosok Zia yang tengah duduk menampilkan seluruh imej artisnya. “Kucing manis itu semakin liar.” Ucap Azka sambil menampilkan senyum miringnya.
Zia melakukan seluruh pembacaan naskah tanpa sebuah kesalahan kecil, ia harus menahan senyum manis selama banyak kamera yang berada di depannya saat ini. Ketika di ruang tunggu tadi ia sudah mendapatkan sindiran tentang hilangnya ia saat berjalan-jalan malam dan itu membuatnya marah dan ingin segera menjauh.
“Terimakasih semuanya.” Ucap Zia sebelum benar-benar meninggalkan tempat itu. Setelahnya ia berjalan cepat tanpa menyapa para penggemarnya yang tengah bergerombol dan memasuki mobil. “Kita makan di tempat biasa. Bangunkan aku jika sudah sampai.” Ucap Zia kepada Rina sambil menutup matanya lelah.
Azka mengikuti laju mobil yang di tumpangi Zia, “Aku tiba-tiba merasa seperti penguntit astis muda.” Tawa Azka sambil mengendarai motornya.
Rina mengemudikan motornya dengan santai agar Zia dapat beristirahat lebih lama. Hari semakin gelap dan mereka akan sampai ditujuan sekitar 3 jam lagi. Jika Zia sedang banyak pikiran ia selalu mengunjungi tempat makan itu, sebuah warung makan sederhana yang selalu ia kunjungi bersama ayah dan inbunya ketika bersama.
Rina sebagai seorang manajer sekaligus kaka angkat Zia selalu berusaha memahami perubahan sikap Zia. Dulu ia sangat mengenal sosok adik manisnya yang hanya akan menangis jika mengalami semua tekanan tapi sekarang sudah berbeda sejak kejadian mengerikan itu.
“Kita sudah sampai.” Ucap Rina sambil menengok ke arah bangku belakang mobil.
Zia turun sambil menahan ngantuknya, setelah memasuki tempat yang biasa dia duduki Zia merasakan perasaan hangat yang bisa membuatnya kembali kuat memahan seluruh tekanan hidupnya. “Aku akan makan seperti menu biasanya.” Ucap Zia kepada Rina yang siap mencatat pesanan.
Azka duduk tepat berhadapan dari 0memperhatikan wanita itu sejak pagi membuat ia bosan. Dengan pelan ia sengaja membuat seorang pembawa minuman terjatuh karna tersenggol kakinya.
Prang. Cangkir minuman itu seluruhnya terjatuh dan pecah, Zia terkejut dan reflek melihat kearah meja yang tak jauh di depannya. Ia terkejut bukan hanya karena cangkir yang pecah tapi juga sosok lelaki yang sedang sibuk minta maaf. Taklama mata mereka saling bertemu dan membuat Zia merasakan suara naparnya yang ikut terhenti sesaat ketika manik coklat lelaki itu menemukannya.
Azka tersenyum dalam hati karena berhasil menarik perhatian Zia, dengan sengaja Azka menatap Zia dalam lalu mengalihkan pandangannya kearah pecahan kaca diatas meja. Berniat membantu membersihkam sisa pecahan kaca dimeja tangam Azka tersayat shingga membuatnya sedikit meringis dan membiarkak darah mengalir ditelapak tangannya.
Zia terkejut seketika melihat tangan Azka mengelurkan darah merah segar yang membuat rasa takut dalam benaknya. “Air kau harus segera mencari air.” Ucap Zia segera berdiri dan membawa segelas air ditangannya. Zia dengan cekatan membersihkan tangan Azka dengan air ditangannya dan menekan dengan sebuah saput tangan agar menghentikan aliran darah yang merembes keluar.
Azka hanya diam menatap Zia dan membiarkan wanita itu mengurus lukanya. “Mengapa kau diam? Apakah sangat sakit?” Tanya Zia sambil menampilkan wajah khawatirnya.
“Iya sakit.” Bohong Azka karna baginya luka sekecil itu bukanlah apa-apa untuknya yang sudah mengalami berbagai macam luka selama profesinya sebagai satuan polisi.
“Sekarusnya kau biarkan saja pelayan toko akan membersihkan sisa pecahan kaca itu.” Ucap Zia beretar sambil terus menekan luka Azka.
“Apa yang terjadi?” Ucap Rina sedikit terkejut ketika lagi-lagi menemukan dua orang di depannya ini bersama. Tangan Zia terlihat bergetar saat melihat Rina, “Mengapa kau memesan sangat lama, ambilkan kotak P3k di mobil. Cepat!” Ucap Zia kepada Rina.
Rina berlari secepat mungkin kemobil ketika menyadari bahwa lelaki yang mungkin dikenal oleh Zia itu terluka. “Ini yang kau minta.” Ucap Rina sambil memberikan kotal P3k kearah Zia.
Dengam teliti Zia kembali membersihkan luka Azka dengan alkohol lalu membalutnya menggunakan kassa gulung. Azka cukup terkejut rupanya Zia cukup lihai dalam membersihkan luka.
“Kerja bagus.” Ucap Azka lalu mengelus kepala Zia sambil menampilkan senyumnya. “Apa-apaan sikap mu ini. Sana menjauhlah dari ku!” Ucap Zia dengan teriakan yang tertahan.
“Bagaimana bisa aku menjauh? Bukankah ini meja ku.” Ucap Azka dengan sedikit memgejek Zia.
“Ayo Rina kita kesana. Tinggalkan saja si Azka bodoh ini.” Ucap Zia sambil berjalan menjauhi Azka sedangkan Rina tersenyum sambil memberikan kartu namanya.
“Terimakasih.” Ucap Azka yang kembali membuat Zia menghentikan langkahnya sebentar lalu kembali berjalan menuju mejanya tadi.
Azka makan dengan sedikit kesusahan karena tanganya yang terluka merupakan tangan kanan, sedangkan Zia tidak dapat makan dengan benar karena terus memperhatikan Azka dan sesekali mengalihkan pandangannya ketika mata mereka bertemu.
“Kemarilah” ucap Azka yang dapat diketahui olah Zia ketika ucapan itu dilihatnya. “Kemarilah.” Ucap Azka lagi dengan sedikit nyaring.
Zia sebenarnya tidak mau tapi entah mengapa tubuhnya sendiri mengkhianati pikirannya. Tubuh dan fikiran Zia tidak dapat disatukan ketika Azka di depannya.
Sekarang seperti inilah Azka duduk di sampingnya selama perjalanan kembali menuju penginapan. Zia tidqk dapat menolak ketika Azka mengatakan ia tidak bisa berkendara karena tangannha yang terluka.
“Kenapa kau disini hah!!” Ucap Zia frustasi tepat dihadapan wajah Azka dan hanya mendapatkan sebuah reaksi yang kaku.
“Entahlah.” Ucap Azka santai sambil sesekali mebenarkan posisi duduknya.
“Apa kalian sudah berkenalan sejak lama?” Ucap Rina sambil mencairkan suasana di dalam mobil.
“Aku tidak mengenalnya.” Ucap Zia cepat dan memalingkan wajahnya untuk menatap kearah luar jendela.
“Mungkin sejak Smp ya kan manis?” Ucap Azka sambil kembali mengelua kepala Zia yang memang di lakukannya sesekali untuk membuat wanita itu kesal dan memalingkan wajahnya.
“Tidak. Aku tidak mengenal mu! Diam saja atau kau akan kuturunkan dari mobil ini.” Ucap Zia sambil memberikan tatapan marah keraha Azka.
Tapi mobil tiba-tiba saja berhenti, Rina harus menghentikam mobil karena ada mobil yang menghalangi jalan. “Sepertinya itu mogok.” Ucap Rina menjelaskan.
Tapi tiba-tiba mobil lain keluar dari sisi jalan, Zia dan Rina terkejut sedangkan Azka dengan cekatan meminta Rina untuk bertukar duduk dan ia yang sekarang mengemudikan mobil.
“Apa yang terjadi?” Ucap Zia dengan suara ketakutan didalam pelukan Rina.
“Pejamkan saja matamu. Tenang dan percayalah padaku.” Ucap Azka memberikan sebuah pegangan kekuatan dalam kata-kata yang menenangkan.
Azka memilih berputar arah dan mobil-mobil itu berusaha menejarnya. Sebanyak 3 buah mobil hitam berada di belakang mengikuti laju mobil putih dalam kegelapan malam. Jalan sepi yang memberikan pertanda jauh dari hiruk pikuk kota.
Sekarang mobil hitam sesekali menghantam mobil putih yang dikemudikan Azka. Zia sesekali berteriak ketakutan ketika mobil mengalami goncangan yang mengejutkannya. Sedangkan Rina terus berusaha menengkan Zia.
SEE YOU ~~~
BY : RP
Pertamaaaaa
Yessss haha
Ayeyyy kau yg pertamax :MAWARR :KISSYOU
Ka, jngn keluar betawi ny ngapa hihi ‘ emang orang betawi’ tu ratings ngapa jdi retings aihhh haha
Wkwkkww kebawa kebiasaan wkwkwk :imwatchingyoualways :IMUT
Yaaa, lg mau adegan tabrak2an napa bersambung niih……….haduuh nunggu lg dah,,,kurang panjang bang,,,hahaaa
Yahhhh yg sabar yak nunggu nya ~~ :PANDAELUS nanti ku usahakan lebih panjangsss
Ini sengaja bngt naro tbc ny di adegan yg seru haha
Eaaaa kucing manis, aihhh jdi penasaran gmn hubungan mereka di masa2 smp dah
Ditunggu kelanjutanny
Semangat ya ka
Wkwkw tau aja kau :KENTUUT
Eaaaaa ditunggu terus yaa :eluskesayangan
:PATAHHATI
:PATAHHATI :PATAHHATI
Azka kok suka gangguin Zia sih,,
gak baik lho,,
Tau tuh Azka knp suka nggu Zia wkwkwk
ayo cepat azka…. :LARIDEMIHIDUP :LARIDEMIHIDUP
:LARIDEMIHIDUP :LARIDEMIHIDUP ayooooo cepat Azkaa
Azka jahil juga ya ternyata hihi
pengen cubit pipi deh :CUBITPIPI :cubitnakal
Cubit dia :HUAHAHAHAHA jahilnya itu memang suka kambuh wkwkw
Si Azka mah jail-jail tp mau :LARIDEMIHIDUP
Wkwkwk :LARIDEMIHIDUP
dua paragraf sebelum ini Rina mengemudikan motor, disini Rina menengok ke arah bangku belakang mobil.
jadi, Rina mengendarai motor/mobil?
waah, Zia masih terus dikejar-kejar ya :LARIDEMIHIDUP