Vitamins Blog

Dark circle : bab 7

Bookmark
Please login to bookmarkClose

No account yet? Register

35 votes, average: 1.00 out of 1 (35 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

Hendra dan Dimas masih terus menjaga Lili dan putrinya. Lili melihat putrinya sudah tertidur nyenyak setelah ia menenangkannya. “Kau juga tidurlah. Aku akan menjaga kalian sambil menunggu kabar dari pak Hermawan,” ujar Dimas. Lili menggeleng. “Aku tidak akan tidur sebelum ada kabar dari suamiku. Aku harus memastikan bahwa Hermawan baik-baik saja,” ucap Lili dengan wajah cemas. Hendra dan Dimas mengalah. Mereka tidak bisa memaksa Lili untuk tidur. Mereka berdua juga cemas menanti kabar dari Hermawan. Kabar terakhir yang ia terima, Hermawan sedang menyerang markas mafia narkoba terbesar di Indonesia. Tugas rahasia yang sangat berbahaya dan mengancam nyawa.

Tiba-tiba, suara pecahan kaca terdengar. Bersamaan dengan itu, cahaya dari percikan api terlihat dari kaca itu. Mereka bertiga beranjak dari kursinya. Hendra dan Dimas merogoh pistol dari saku celananya. Cepat-cepat, mereka menuju ke asal suara. Mereka terkejut begitu melihat kobaran api besar di halaman depan hingga belakang rumah Lili. “Cepat telepon pemadam kebakaran!” teriak Hendra pada Lili. Lili begitu ketakutan. Ia mencari ponselnya yang tadi ada di meja. “Kalian tidak akan menelepon pemadam kebakaran atau siapapun itu,” ujar Dimas sambil membawa ponsel Lili dan Hendra. Lili dan Hendra terkejut. Hendra bahkan tidak sadar jika ponselnya berada di tangan Dimas. “Apa maksudmu?” Hendra berjalan mendekati Dimas. Dimas mencengkeram pistol di tangannya. “Maaf, tapi aku harus melakukannya,” ujar Dimas lalu mengarahkan pistol itu pada Hendra. Hendra terkejut. Ia merogoh saku celananya, untuk mencari pistolnya. “Pistolmu ada disini.” Dimas memamerkan pistol milik Hendra.

“Dimas, apa yang kau lakukan?” Tangan Dimas bergetar. “Aku harus membunuh kalian semua. Kalau tidak, mereka akan membunuh keluargaku. Maafkan aku,” Dimas menekan pelatuk pistol ke arah kaki Hendra hingga Hendra terjatuh. Lili yang melihatnya, berteriak terkejut. Dimas langsung mengarahkan pistol itu pada Lili yang masih memegang teleponnya. “Jangan berani-berani telepon polisi atau pemadam kebakaran!” teriak Dimas.

“Dimas, jangan lakukan itu. Aku tahu, kau bukan penjahat,” ucap Hendra sambil memegangi kakinya yang mengeluarkan darah. “Kau adalah polisi. Seorang polisi seharusnya adalah pelindung masyarakat bukan pembunuh. Kita masih bisa menyelamatkan keluargamu dari mereka. Jangan bersikap seperti ini.” Hendra berusaha mempengaruhi pikiran temannya itu. Dimas mengerutkan alisnya. “Kita tidak akan mungkin bisa mengalahkan mereka. Jumlah mereka sangat banyak. Mereka sangat licik dan kejam. Mereka memiliki semua data kepolisian. Mereka punya data kita. Mereka tahu semua tentang kita, termasuk keluarga kita. Dan sekarang, nyawa keluargaku ada pada mereka!” teriak Dimas dengan wajah penuh emosi. Lili memikirkan putrinya yang masih tertidur di kamar. “Aku harus menyelamatkan Anarine.” Ketika Dimas lengah, cepat-cepat Lili berlari menuju kamar Anarine.

==

Anarine bangun di tengah tidurnya karena suara berisik. Ia melihat jam di dinding masih menunjukkan pukul setengah sebelas malam. Anarine keluar dari kamarnya. Tiba-tiba ia mendengar suara tembakan. Anarine terkejut. Ia segera berlari ke asal suara tapi kobaran api menghentikan langkahnya. Ruang dapur dipenuhi kobaran api yang begitu besar. “Mama!” teriak Anarine ketakutan. Ia terus berteriak memanggil mamanya. Asap tebal menghalangi pandangannya. Dadanya mulai terasa sesak karena asap itu, namun ia tetap berusaha berteriak memanggil mamanya. “Kenapa mama tidak datang? Dimana mama? Jangan tinggalkan aku! Aku takut!” Anarine mulai menangis keras.

“Ana.” Sebuah suara lirih terdengar. Anarine menghapus air mata yang menghalangi pandangannya. “Mama!” Anarine melihat mamanya berjalan dengan terseok-seok. Luka tembakan di kaki Lili, tidak menghentikan Lili untuk menghampiri putrinya. “Pergilah ke lantai paling atas. Kau akan aman disana. Mama sudah menghubungi pemadam kebakaran. Mereka pasti akan segera datang,” ucap Lili sambil memeluk Anarine.

“Tapi aku takut, ma. Api ada dimana-mana,” rengek Anarine.

“Jangan takut, sayang. Percaya pada mama. Sekarang, cepat naik ke lantai atas. Larilah!”

“Mama tidak ikut?” Anarine menyadari, ada luka di kaki mamanya.

“Mama tidak kuat menaiki tangga. Kau saja yang naik ke atas. Ayo cepat! Tidak usah pedulikan mama!”

“Tapi, ma….”

“Cepat Ana! Kalau sampai kamu terluka, mama tidak akan memaafkanmu!” teriak Lili sambil menangis. Anarine menangis. Ia berusaha memapah mamanya. “Mama pasti bisa menaiki tangga. Aku akan membantu mama.” Anarine berusaha membantu mamanya berjalan. Tiba-tiba runtuhan lemari kayu terjatuh. Lili segera mendorong tubuh Anarine agar tidak terkena runtuhan itu. “Mama!” teriak Anarine yang menyadari runtuhan kayu itu telah menimpa tubuh mamanya. “Pergilah cepat! Mama menyayangimu, Anarine,” ucap Lili sebelum akhirnya menutup matanya. Anarine berteriak histeris, memanggil mamanya yang tidak juga membuka mata.

“Anarine!” teriak seseorang. Hendra datang dengan langkah kaki terpincang-pincang. Ia terkejut begitu melihat Lili tertimpa runtuhan kayu. “Anarine, ayo kita pergi dari sini!” Hendra menarik tangan Anarine. “Selamatkan mamaku. Aku tidak mau dia mati. Selamatkan mamaku, om.”

“Maafkan om, Anarine. Om tidak bisa menyelamatkan mamamu.” Dengan paksa, Hendra menggendong Anarine yang masih menangis histeris.

==

“Mama!” teriak Bella sambil menangis. Air matanya terus membasahi wajah putihnya. “Jangan tinggalkan aku!” Bella terus berteriak dan menangis dalam tidurnya. Ia memimpikan masa lalunya yang menyedihkan. Ivena, Hendra dan Reza menatap sedih pada Bella yang mengigau. Ivena memeluk Hendra sambil menangis. “Aku tidak bisa melihatnya menangis seperti itu, Hendra. Kita harus menghapus ingatan masa lalunya,” ujar Ivena.

“Aku akan membangunkannya.” Reza mendekati Bella lalu menepuk pundak Bella. “Bella,” panggilnya lembut. Bella merasakan tepukan di pundaknya. Ia terbangun dari mimpi buruknya. “Kakak,” lirih Bella. Air matanya masih tidak berhenti mengalir. Reza memeluk Bella dengan penuh kasih sayang. “Semua sudah berlalu, Bella. Yang terpenting sekarang, orang tua kandungmu merasa bahagia karena kamu masih hidup dari kebakaran itu,” ujar Reza menenangkan Bella.

“Maafkan papa, Bella.” Hendra maju mendekati Bella. “Papa tidak bisa menolong mamamu saat itu,” ucap Hendra. Ia merasa bersalah karena tidak bisa menjaga keluarga dari sahabat baiknya. Padahal, Hermawan sudah mempercayakan hal ini pada Hendra. Bella menggelengkan kepalanya. “Itu bukan salah papa. Bagaimanapun juga, papa sudah berusaha menyelamatkan mama kandungku dan juga aku. Terima kasih. Aku juga berterima kasih pada mama dan kak Reza. Kalian sudah menjadikanku keluarga kalian. Aku benar-benar berterima kasih.” Ivena mendekati Bella dan memeluk Bella. “Kau mengucapkan terima kasih seperti akan berpisah dengan kami. Mama tidak mau mendengar kata itu lagi. Walaupun kamu bukan anak yang lahir dari rahim mama, tapi kamu tetaplah anak mama yang sangat mama sayangi. Jadi, jangan pernah tinggalkan mama hanya karena kamu bukanlah anak kandung mama. Kamu mau berjanji untuk itu kan, Bella?” tanya Ivena.

“Aku tidak akan meninggalkan mama. Aku tidak akan meninggalkan kalian semua. Aku janji. Kalian semua adalah keluargaku,” ucap Bella. Ivena tersenyum lalu kembali memeluk Bella. Hendra ikut memeluknya dari belakang. Reza tersenyum sendu. Ia tidak ingin kehilangan Bella. Dan oleh karena itu, Reza tidak akan mengungkapkan perasaan cintanya pada Bella. “Lebih baik, aku tetap menjadi kakakmu asalkan aku tetap bisa selalu bersamamu. Aku tidak ingin kamu menjauhiku, Bella. Aku tidak ingin, kamu meninggalkanku,” batin Reza.

“Pa,” panggil Bella. Hendra menatap Bella dengan penuh kasih sayang. “Ada apa, sayang?” tanyanya. “Aku ingin tahu semua tentang masa laluku. Bagaimana papa kandungku bisa meninggal, siapa yang membunuhnya, siapa yang menembakkan pistol pada mamaku, kenapa semua itu bisa__”

“Bella,” sela Hendra sambil menatap wajah Bella dengan seksama.

“Kamu masih terguncang dengan semua ingatanmu itu. Papa tidak mau menambah bebanmu dengan menceritakan semua masa lalumu. Biarkan saja seperti ini dulu. Seiring berjalannya waktu, papa akan menceritakan semuanya padamu.” Bella menggeleng.

“Aku ingin tahu sekarang. Aku harus tahu semuanya atau aku akan mencari tahu sendiri,” ancam Bella. Hendra menghela nafas panjang. “Kasus kebakaran dan pembunuhan papamu tidak akan bisa kamu temukan. Bahkan berita yang kamu baca di internet sekalipun, tidak ada yang benar dan lengkap. Informasi itu sudah terkunci. Kamu tidak akan bisa mengetahuinya sendiri. Jadi, berhentilah untuk mencari tahu sendiri tentang hal itu,” kata Hendra, membuat Bella merasa putus asa. Hendra tahu, jika Bella mengetahui informasi penting tentang mafia narkoba, Bella akan berusaha mengungkap mafia narkoba itu. Dan hal itu dapat membahayakan nyawa Bella, dirinya dan juga keluarganya. Informasi penting yang hanya diketahui oleh Hermawan dan juga dirinya tentang jati diri dari pimpinan mafia narkoba.

“Oh ya. Satu hal yang harus kamu lakukan, Bella.” Bella menatap wajah penuh keseriusan dari Hendra. “Jangan pernah mengatakan siapa dirimu yang sebenarnya. Jangan pernah menceritakan masa lalumu pada siapapun meskipun pada saudara sepupu kita atau pada sahabat terbaikmu. Papa sudah menyamarkan identitasmu untuk keselamatanmu.” Bella tertegun. “Apa pembunuh papa kandungku sedang mengincarku?” tanya Bella penasaran.

“Papa tidak tahu, Bella. Tapi yang pasti pembunuh itu sangat kejam. Mereka ingin membunuh seluruh keluarga Hermawan. Kalau dia tahu, tidak semua keluarga Hermawan mati dan papa memalsukan kematian anaknya, mungkin mereka akan sangat marah. Demi keselamatanmu, jauhi semua hal yang berkaitan dengan mafia narkoba.”

==

Bella berusaha mencari berita-berita terkait kasus kebakaran di rumahnya. Ia juga terus mencari info tentang pembunuh papanya. Papa kandungnya telah dibunuh saat melakukan penyergapan di markas mafia narkoba. “Mafia narkoba itu sudah menghancurkan hidup keluargaku. Dan aku tidak akan tinggal diam. Aku akan menemukan mereka dan menghancurkan hidup mereka,” ucap Bella dengan penuh tekad. Diam-diam, Bella masuk ke ruang kerja Hendra. Ia harus mendapatkan informasi tentang pembunuh orang tuanya. Ia membuka lemari buku disana, tapi semua lemari tidak dapat dibuka. Semua lemari terkunci.

“Bagaimana aku bisa mencari tahu tentang mafia narkoba itu? Aku tahu, pasti papa memiliki informasi penting tentang hal itu.” Bella menghela nafas panjang.

==

Reza memandang kertas-kertas yang berada di dalam map plastik di hadapannya. Semua kertas itu adalah informasi penting tentang mafia narkoba milik papanya. Ia membobol lemari terkunci milik papanya dan mengcopy kertas penting itu secara diam-diam. Papanya tidak akan curiga karena ia telah merapikan lemari itu seperti sedia kala.

Alasan terbesarnya menjadi polisi adalah untuk melindungi orang-orang yang dia sayangi. Tapi sejak Bella datang ke rumahnya, alasan Reza berubah. Ia ingin memberikan hukuman pada mafia narkoba yang telah menghancurkan hidup keluarga Bella. Ia ingin keadilan ditegakkan. Dengan menjalankan misi rahasianya ini, Reza akan berusaha mengalahkan mafia narkoba itu. Dengan bantuan dari organisasi rahasia bernama ‘Light’, Reza dan timnya akan berusaha mengungkap mafia narkoba.

“Dark.” Reza mengucapkan kata itu sambil mengepalkan tangannya. “Aku pasti akan menghancurkan kalian,” lanjut Reza.

==

“Bagaimana?” tanya seorang cowok pada pria dihadapannya.

“Dia baik – baik saja. Tapi mungkin akan terjadi bahaya padanya.” cowok itu terkejut dengan laporan dari informannya.

“Ceritakan padaku.”

“Dia membantu kepolisian untuk menguak keberadaan mafia narkoba. Dengan keahliannya, dia menyamar sebagai anak SMA dan masuk ke sekolah yang sama dengam sekolah adik tiri anda.”

“Apa? bagaimana bisa dia melibatkan diri pada dark?”

“Saya juga tidak tahu, tapi kakaknya adalah polisi yang tertarik dengan kasus itu.”

Cowok itu tampak berpikir keras. “Terus lakukan tugasmu dan laporkan padaku.” Pria informan itu mengangguk sebelum akhirnya pamit. “Sebentar lagi, aku akan bertemu denganmu. Sebenarnya, aku tidak berharap bertemu denganmu dalam situasi yang melibatkan dark, tapi sepertinya aku harus turun tangan. Apa ini memang takdir kita, Bella?” ujar pria itu.

==

9 Komentar

  1. Penasaran d sama tu cowok misterius itu dia syapanya Bella ya??? Mungkinkah dia orang yang dicintai Bella di masa lalu

  2. Nita1991arini menulis:

    Belllaaaa…

  3. cowok misterius itu yang disukain Bella waktu dulu ya??
    cowok misterius itu si kakak kan??
    adiknya Bian tak??
    kok aku jadi makin pusing ya,,,,
    :bebekmikirkeras :bebekmikirkeras

  4. :ragunih

  5. Si cowok misterius cinta lamanya Bella ya?

  6. :ngupildoeloe

  7. fitriartemisia menulis:

    cowok misterius :CURIGAH

  8. Ditunggu kelanjutannyaa