Vitamins Blog

The Ugly Princess : Chapter 1

Bookmark
Please login to bookmark Close
135 votes, average: 1.00 out of 1 (135 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

8 tahun yang lalu

“Ini adalah Putri Rosela, putri bungsuku. Pewaris tahta kerajaan Andalas”, raja Bowman memperkenalkan putri Rosela di depan seluruh bangsawan. Putri Rosela memiliki kecantikan luar biasa. Walaupun masih 10 tahun, tapi kecantikannya sudah terlihat. Kulitnya putih bak mutiara yang tertimpa sinar mentari. Rambut hitamnya tergerai indah dengan mahkota kecil bertengger di atas kepalanya. Matanya bulat berwarna coklat, hidung mancung, bibir merah bak mawar yang sedang merekah, serta lesung pipit di pipi kanannya ketika dia tersenyum yang menambah daya kecantikan dari putri Rosela. Semua yang hadir terpana melihat kecantikannya putri kecil itu.

‘Gadis kecil yang luar biasa cantik’. Itulah tanggapan dari para tamu yang datang.

Ratu Eliza mengajak puti Rosela menyambut para tamu dan beramah tamah dengan mereka. Ini adalah pesta pertama yang dihadiri oleh putri Rosela di luar istana. Pesta ini memang diselenggarakan di sebuah ball room yang terletak di tengah alon-alon kota.

Putri Rosela sedikit gugup menyapa para tamu, tapi karena sambutan para tamu yang begitu hangat kepadanya, membuat putri Rosela dengan cepat bisa berbaur dengan mereka. Mereka semua saling bercanda dan berbincang hangat dengan putru Rosela. Suasana yang begitu membahagiakan.

Tak jauh dari tempat putri Rosela berada, ada sebuah pasang mata yang menatapnya dengan penuh kebencian. Matanya membara penuh dengan amarah. Dia berdiri disana, berdiri di tengah keramaian tanpa ada yang melihatnya dan menghiraukannya. Rasa marah dan benci telah menguasainya. Dia membalikkan tubuhnya, lalu berlari meninggalkan pesta itu.

Beberapa saat kemudian terdengar teriakan histeris dari para tamu. Api merah menyala telah menyulut kemana-mana membakar apa saja yang dilewatinya. Pata tamu berhamburan keluar untuk menyelamatkan diri dari kepungan api. Hiruk pikuk disana-sini serta asap yang mulai tebal membuat kepala putri Rosela serasa pusing. Dia memandang kesana kemari berusaha untuk mencari keberadaan orang tuanya, tapi dia tidak menemukan mereka. Putri Rosela ikut berlari untuk menyelamatkan diri, tapi rasa pusing dikepalanya semakin menjadi-jadi, lalu dia oleng dan terjatuh. Dia berusaha untuk berteriak meminta tolong tetapi tidak ada yang menghiraukannya.

Sebuah langkah kaki milik seseorang tanpa sengaja menendangnya dari belakang hingga dia semakin tersungkur. Kepalanya terbentur ubin cukup keras. Matanya berkunang-kunang, yang ter lihat hanya kobaran api yang semakin lama semakin membara. Asap yang tebal membuatnya susah bernafas hingga terbatuk-batuk dibuatnya.

Bruk…sebuah kayu tiba-tiba saya jatuh menimpa kepalanya. Kepalanya terasa sangat sakit, pipi kanannya terasa panas dan perih, ini karena kayu yang menimpanya terdapat nyala api. Susah payah dia mencoba mendorong kayu itu dari kepalanya, hingga akhirnya kayu itu berhasil di singkirkan. Walaupun tangannya sedikit ikut terbakar terkena api yang ada di kayu itu.

Kepalanya sangat sakit, matanya berkunang-kunang dan pipi kanannya masih terasa perih. Dia menatap sekelilingnya, tak ada siapapun disana, yang ada hanya kobaran api yang mengelilinginya. Dia berusaha untuk berteriak meminta tolong tapi yang keluar hanya bisikan lirih. Dia memandang api itu, semakin lama semakin pudar dan akhirnya hanya ada kegelapan yang menyelimutinya.

***

Aku terbangun dalam tidurku, nafasku terengah-engah dan keringatku bercucuran membasahi tubuhku.

Mimpi itu lagi…mimpi buruk yang menghantuiku selama lebih dari 8 tahun ini.

Mimpi tentang kejadian 8 tahun silam, kejadian yang telah merenggut semua kebahagianku. Sejak itu, aku selalu bermimpi buruk dan terbangun tengah malam dengan nafas terengah dan berkeringat.

Aku mengusap keringatku dan mengatur nafasku. Aku mengambil gelas berisi air putih di atas nakas dan langsung meminumnya sampai tandas.

Aku duduk di atas ranjang, punggungku bersandar pada sandaran ranjang. Mataku nyalang menatap langit-langit kamar, disana terdapat sebuah ukiran berbentuk matahari, lambang dari kerajaan ini. Lambang itu menyadarkanku kalau aku masih disini, didalam istana yang menjadi sangkar emas bagiku.

Pikiranku kembali ke saat kejadian 8 tahun silam. Setelah aku terjebak dalam kebakaran dan pingsan disana, aku terbangun dan mendapati diriku berada di atas ranjang rumah sakit. Aku terbangun dalam kesendirian, tanpa siapapun yang berada di sampingku.

Dimana ayah dan ibu? Kenapa mereka tidak ada disini? Kemana semua orang?

Aku bertanya-tanya sendiri. Tak selang beberapa lama terdengar pintu terbuka lalu tertutup lagi.

‘Itu pasti ayah atau ibu’ pikirku. Tapi rasa kecewa merayapi hatiku ketika yang datang adalah Diana. Dia tersenyum lembut kepadaku, matanya tampak sedikit sembab dan wajahnya menampakkan keletihan. Dia mendekat kearahku dan duduk di kursi samping ranjang tempatku berbaring.

“Dimana ayah dan ibu?”, tanyaku pada Diana.

Diana sedikit murung ketika aku menanyakan keberadaan ayah dan ibu. “Paduka raja dan ratu sedang ada urusan yang sangat penting. Jadi belum bisa datang kesini”, jawabnya sambil berusaha tersenyum.

“Bagaimana keadaan tuan putri? Apakah kepalanya masih sakit?”, tanyanya. Dan kujawab dengan gelengan kepala.

Aku masih murung, karena ayah dan ibu tidak ada disana untuk mendampingiku. Padahal aku sangat rindu sekali dengan mereka.

“Tuan putri kenapa murung?”, Diana tampak cemas.

“Aku rindu ayah dan ibu”, kataku sambil tersedu-sedu.

Diana bangkit dari duduknya, lalu duduk di pinggir ranjangku. Tangannya mengusap lembut kepalaku.

“Tuan putri jangan bersedih. Nanti pasti paduka raja dan ratu akan datang kesini”, hiburnya. Aku menganggukkan kepalaku pelan.

Sudah hampir lima hari aku berada di rumah sakit, ayah dan ibu tak kunjung juga datang untuk menemuiku. Tak ada seorangpun yang mengunjungiku kecuali Diana. Hanya Diana yang selalu setia berada di sampingku.

Tubuhku sudah mulai kembali sehat, kepalaku juga sudah sembuh. Tapi satu hal yang masih menggangguku adalah perban yang ada di pipi kananku. Dokter bilang pipiku terkena luka bakar dan harus di perban agar bisa cepat sembuh.

Akhirnya setelah 10 hari di rawat dirumah sakit aku akan bisa kembali pulang. Hari ini sebelum pulang, perban di pipiku akan dibuka. Aku duduk di pinggir ranjang sedang Diana berdiri disampingku. Kami menunggu kedatangan dokter yang akan melepaskan perban di pipiku. Tangan Diana memegang tanganku sangat erat. Aku bisa merasakan tangannya sedikit bergetar. Aku khawatir tapi kelihatannya Diana lebih khawatir dari pada aku.

Dokter Robert datang bersama 2 perawat yang mengikuti di belakangnya. Dokter Robert adalah dokter yang merawatku selama aku di rumah sakit.

“Selamat pagi tuan putri kecil”, sapa dokter Robert padaku. “Hari ini perban tuan putri akan dibuka. Apakah tuan putri siap?”, aku menganggukkan kepalaku.

Lalu dokter Robert mulai membuka perbanku yang dibantu oleh 2 perawat. Tak lama kemudian perban itu sudah hilang dari wajahku. Tapi anehnya setelah perban itu tidak ada, aku merasakan sesuatu yang tidak nyaman di pipiku. Aku memegang pipiku, tapi saat kupegang terasa perih. Aku menatap kearah dokter Robert, terlihat wajah dokter Robert itu sedikit gusar. Lalu seorang perawat memberikan cermin kecil kepadaku.

Aku sangat terkejut melihat apa yang terpantul di cermin itu. Sebuah luka bakar yang cukup besar tampak sangat mengerikan ada di pipi kananku.

“Kenapa ada luka di wajahku? Kenapa lukanya tidak hilang?, tanyaku sambil menangis. Aku menatap dokter Robert untuk mencari jawaban dari pertanyaanku, tapi dia hanya diam dan menundukkan kepalanya tidak berani menatapku. Aku semakin menangis sejadi-jadinya. Diana menghampiriku dan memelukku dengan erat. Dia juga ikut menangis sambil mengusap-usap rambutku.

“Kenapa wajahku jadi buruk sekali Diana? Kenapa?”

Dan saat itulah kehidupanku berubah drastis. Sepulangnya dari rumah sakit, aku menjadi orang asing di istana. Ayah dan ibu selalu menghindariku, bahkan tidak mau bertemu denganku dan mulai mengacuhkan keberadaanku. Apalagi sikap kakakku, putri Seina, yang menunjukkan sikap memusuhiku, bahkan tidak segan-segan dia berbuat jahat padaku.

Yang lebih membuat hatiku semakin sedih adalah ketika istana mengumumkan kepada rakyat bahwa aku, putri Rosela telah meninggal dunia karena kebakaran di ballroom.

Kini tak ada lagi yang mengenaliku sebagai putri Rosela, karena bagi mereka putri Rosela telah tiada.

Aku ditempatkan dikamar paling belakang dari kastil ini, aku diasingkan dari kehidupan diluar dan didalan istana.

Tidak ada yang mempedulikanku, kecuali Diana yang masih setia tetap bersamaku.

Kini tak ada lagi putri Rosela yang selalu disanjung dan disayangi. Tak adalagi putri rupawan yang memikat hati banyak orang, yang ada hanya putri buruk rupa yang tinggal bersama kesepian dan kesendirian.

16 Komentar

  1. Ga sabar nunggu lanjutanny

  2. Tega amat orang tuanya .. harusnya dikasih kekuatan biat rosela semangat gk murung lagi

  3. Tks ya thor udh update. Jaht ngt c orang tua Roselah. Mungkinkah kebakaran itu adalah ulah putri Seina yang iri dengan Roselah. Jadi penasaran ni

  4. Ceritanya bagus.. kasian Rosela ..

    Lanjutkan.. Semangat

  5. Penasaran sama kelanjutan ceritanya :ragunih emg nggak ada tanda lope-lopenya ya Thor ? Ato HP ku yang eror ? :ragunih :MELOROT

  6. Bagus ceritanya

  7. Kasian bngt putri Rosela diasingkan bgtu huhuhu
    Udah sedih gegara wajarny kena luka bakar, ga dipeduliin ortunya dan malah dianggap udah meninggal
    Penasaran siapa yg ngelakuin itu semua, jngn2 jngn2 hehe
    Ditunggu kelanjutanny
    Semangat trs yak

  8. :PATAHHATI :beruraiairmata

  9. GracePongtuluran menulis:

    Bagaimana carax membaca cerita the ugly princess yah??? Help me???

  10. jahat banget sih udah diumumin meninggal,,
    padahalkan dia masih hidup, sehat lagi..

  11. Waduhhh kok diumumkan gitu sih

  12. Nice story

  13. fitriartemisia menulis:

    wah, begitu gak cantik langsung dijauhin gitu.. :PATAHHATI

  14. Kasian sekali miriss huhu :PEDIHH

  15. :semangatyangmembara

  16. Ditunggu kelanjutannyaa