Author Playlist : Wanting – Best Plan
The day that you left, my soul sank into eternal sleep.
In the seasons of lethargic sleep, there is no breathing.
Only you can rouse me.
I often imagine the scene of your reappearance.
On a sunny day, rain suddenly starts pouring, washing away all the grievances of these years.
***
Enjoy!
***
Dua tahun kemudian
Wajah Chao Xing berseri-seri, ia bersenandung riang saat kereta kuda yang ditumpanginya terus berjalan keluar, menjauh dari komplek istana. Setelah kepergian ketujuh saudaranya, ia memohon pada permaisuri untuk diizinkan keluar istana secara teratur setiap bulannya. Ia harus membuat dirinya sendiri bahagia atau berakhir gila karena merasa kesepian.
Perlu usaha keras untuk meyakinkan permaisuri perihal ini, namun Chao Xing tidak menyerah, ia melakukan segala cara termasuk merengek-rengek pada permaisuri untuk diizinkan keluar istana. Ah, sepertinya merengek menjadi salah satu keahliannya saat ini.
Terkadang ia pergi seorang diri dengan menyamar, mengenakan pakaian pria walau hal itu sama sekali tidak bisa menyembunyikan kecantikannya. Kulitnya terlalu putih, tangannya terlalu halus, sementara wajahnya dan tubuhnya terlalu kecil untuk ukuran seorang pria, namun Chao Xing tidak peduli, dengan tenang dan penuh percaya diri dia berjalan di pusat kota, terkadang dia berdiri lama untuk menikmati pertunjukan seni jalanan, atau mampir ke rumah makan yang menghidangkan makanan lezat di kota ini.
Di usianya yang sudah tujuh belas tahun, Chao Xing terlihat semakin cantik. Wajah kekanakannya sudah hilang, karenanya terkadang baik permaisuri maupun Ju Fang bersikeras jika gadis itu harus pergi dengan pengawalan ketat.
Namun bukan Chao Xing namanya jika ia tidak pandai bersilat lidah. Berkali-kali Chao Xing mengatakan jika ia bisa menjaga diri, dan hal itu benar-benar dibuktikannya, namun sayangnya keberuntungannya berakhir hari ini.
“Apa kau mau mati?” teriak seorang pria berperawakan besar kasar. “Berani sekali kau membelanya!” Pria itu melotot marah, sementara tangan kanannya menarik kasar rambut seorang wanita muda berpakaian lusuh yang terus meronta-ronta di atas tanah, memohon untuk dilepaskan. “Keluarganya memiliki banyak hutang padaku, apa kau bisa membayarnya, hah?!!!” teriaknya marah pada Chao Xing.
Chao Xing menghela napas. “Berapa banyak hutangnya padamu?” tanyanya tenang.
“Sepuluh tael emas,” teriak pria berwajah garang itu dengan dengusan kasar. Seketika keributan itu menarik perhatian, menjadikannya tontonan gratis untuk penduduk yang kebetulan tengah berada di sana. Bisik-bisik pun mulai menjalar dengan cepat membuat kerumunan itu semakin besar.
“Dusta! Tuan, dia berdusta!” ujar wanita muda itu dalam ringisan kesakitannya. “Keluargaku tidak berhutang sebanyak itu,” tambahnya cepat membuat pria jahat itu gemeretak lalu menarik rambut wanita itu semakin keras. Sepertinya wanita muda yang tengah diselamatkan oleh Chao Xing belum menyadari jika penyelamatnya seorang wanita.
Chao Xing merogoh saku hanfu-nya lalu melemparkan sebuah tas kecil berbahan kain sutra berisi uang ke atas tanah. “Di dalamnya terdapat dua puluh tael emas, ambil dan bebaskan dia!” perintahnya tenang membuat penjahat itu tertawa senang.
Pria itu membungkuk, memungut tas kecil itu lalu mengintip isinya. “Kau orang kaya rupanya,” ujarnya membuat perasaan Chao Xing tidak enak.
“Pergi! Atau kau akan menyesal karena berurusan denganku!” Chao Xing nyaris berteriak saat mengatakannya. Dia sama sekali tidak mengerti kenapa orang sejahat ini bisa berkeliaran dengan bebas di wilayah Kerajaan Angin yang makmur?
Chao Xing terdiam, mengamati wajah dan cara berpakaian pria jahat di depannya. “Kau bukan penduduk asli Kerajaan Angin, berani sekali kau berbuat kejahatan di wilayah Raja Jian Guo, apa kau mau mati?!” desisnya dengan tatapan mengancam.
Chao Xing terlalu marah hingga tidak sadar jika komplotan penjahat itu bergerak tanpa suara di belakangnya. Ia begitu terkejut saat tiba-tiba tubuhnya ditarik ke belakang lalu didorong hingga terjerembap jatuh hingga mencium tanah.
Penjahat-penjahat itu tertawa senang, sementara penduduk yang menyaksikannya perlahan membubarkan diri, terlalu takut untuk berurusan dengan penjahat-penjahat itu. “Gadis kecil, seharusnya kau pergi dan urus urusanmu sendiri!” ujar penjahat berperawakan paling besar, tersenyum jahat. “Kau tidak pantas menggurui kami sementara kau pun menipu orang lain dengan menyamar menjadi seorang pria!”
Chao Xing masih terduduk di atas tanah, terbelalak, tidak menyangka jika penyamarannya bisa diketahui dengan mudah.
“Dari keluarga bangsawan mana kau berasal?” tanyanya membuat bulu kuduk Chao Xing merinding. Seketika tubuhnya bergetar oleh rasa takut. Ia merasakan kejahatan yang menguar kuar dari pria yang berdiri dan mencondongkan tubuh di hadapannya ini. Pria itu mengulurkan tangan, menarik paksa penutup kepalanya, membuat rambut hitam legamnya terurai indah hingga menyentuh tanah.
“Berani sekali kau menyentuhku!” desis Chao Xing marah. Dalam hukum kerajaan, seorang pria berkasta rendah dilarang menyentuh wanita bangsawan, terlebih jika wanita itu merupakan putri dari seorang raja. “Kau benar-benar ingin mati rupanya.”
Penjahat itu membungkukkan badan, lalu mendongakkan kepala Chao Xing dengan jarinya. “Kau pasti berharga mahal jika kujual ke rumah bordil,” ia terkekeh lalu memerintahkan anak buahnya untuk membawa Chao Xing pergi bersama mereka. “Ah, bagaimana jika aku meminta tebusan pada keluargamu saja?”
Chao Xing tidak tinggal diam dan menyerah bergitu saja. Ia melakukan perlawanan terakhir. Chao Xing menggapai benda apa pun yang berada di dekatnya lalu dipukulkannya keras tepat ke kepala salah satu penjahat yang berniat untuk membawanya pergi.
Baku tinju dan tendangan tidak terelakan. Chao Xing yang memiliki ilmu bela diri sangat minim hanya bisa berdoa, semoga patroli kerajaan datang untuk membantunya saat ini, atau pengawalnya yang bertugas untuk membawa kereta kuda melihat keributan ini dan datang untuk mencari tahu.
Wanita itu meringis saat sebuah tamparan keras mengenai pipi kanannya, merobek sudut mulutnya hingga berdarah. Chao Xing hampir putus asa saat bala bantuan itu akhirnya tiba.
Lima orang prajurit berkuda yang tengah berpatroli melihat keributan itu dan langsung turun tangan untuk menanganinya. Perkelahian hebat pun tak terelakan sementara Chao Xing memilih untuk mundur ke tepian untuk mengisi kembali tenaganya. Pertarungan itu berlangsung cukup lama, dua orang penjahat dari enam orang berhasil melarikan diri dan terus diburu oleh dua orang prajurit dengan kudanya, sementara empat orang penjahat kini terkapar tak sadarkan diri di atas tanah.
“Nona, apa anda baik-baik saja?” tanya seorang prajurit dengan suara berat.
Chao Xing mendongak, balas menatap pria yang diyakininya sebagai kepala prajurit berkuda kerajaan yang tengah berpatroli. “Aku baik-baik saja,” balasnya kering. “Tolong lihat kondisi nona itu, kurasa dia terluka lebih parah. Penjahat itu nyaris menjualnya ke rumah bordil,” lapor Chao Xing dengan napas sedikit tersengal.
“Anda pun terluka,” balas prajurit itu melihat darah yang keluar dari sudut mulut Chao Xing. “Dada anda sakit?” tanyanya saat wanita itu meringis sembari meremas dadanya.
“Si brengsek itu berhasil memukul dadaku, untung saja aku berhasil menghindar pada pukulan keduanya,” jawabnya membuat pria di hadapannya itu mengerjapkan mata, terkejut karena Chao Xing bisa berkata kasar.
Pria muda itu berdeham, melirik ke arah gadis remaja yang kini sudah ditolong oleh salah satu anak buahnya. “Saya harap anda ikut bersama kami ke kantor pengadilan sebagai saksi.”
Chao Xing terbelalak, “Aku tidak mau menjadi saksi,” tolaknya cepat. Chao Xing memutar otaknya dengan cepat, tatapannya kini terarah pada gadis remaja yang diselamatkannya. “Kau bisa menjadikannya sebagai saksi,” tambahnya dengan keringat dingin pada kedua telapak tangannya. “Aku harus pergi.” Ah, akan jadi masalah besar jika permaisuri mendengar masalah ini. Jika penyamarannya terbongkar, otomatis pejabat di pengadilan akan melaporkan masalah ini pada raja dan raja pasti akan menegur permaisuri karenanya.
Tidak bisa, pikir Chao Xing. Penyamaranku tidak boleh terbongkar!
“Tunggu Nona!” kepala prajurit itu menahan pergelangan tangan Chao Xing yang sudah berbalik untuk melarikan diri. “Anda bisa dihukum karena tidak bisa diajak bekerja sama oleh petugas pemerintah. Sekarang ikut denganku ke kantor pengadilan!” ujarnya seraya menarik Chao Xing untuk naik ke atas kudanya.
***
“Apa maksudmu kita harus menunda rencana penyerangan ke Kerajaan Angin?” Raja Long Wei atau yang kini dikenal dengan Kaisar Long Wei bertanya dengan kemarahan yang tersirat nyata. Tatapan matanya yang tajam kini tertuju lurus pada Perdana Menteri Hui Zhang.
Long Wei mendesis, dan kembali bertanya, “Apa kau meragukan kemampuanku?”
Ruangan balairung itu semakin hening karenanya. Sejak raja baru diangkat hampir lima tahun yang lalu, Kerajaan Api semakin makmur, kekuatan militernya terus bertambah kuat dan sangat ditakuti. Dan dibawah kepemimpinan Long Wei pulalah Kerajaan Api berhasil menaklukkan kerajaan-kerajaan tetangga dan kini membentuk sebuah dinasti besar lalu menobatkan diri sebagai kaisar sebagai pemimpin tertinggi dari lima kerajaan dimana empat kerajaan lainnya telah berhasil ditaklukannya hanya dalam kurun waktu lima tahun.
Long Wei menyapu ke seluruh ruangan dimana semua pejabat, bangsawan serta beberapa personil militer berkumpul dengan kepala menunduk dalam, penuh hormat. “Apa kalian semua meragukan kemampuanku?” tanyanya lagi dengan kemarahan nyata.
Dan mereka yang masih sayang akan nyawanya pun segera berlutut, bersimpuh memohon ampun dan menjawab dengan nada bergetar penuh ketakutan, “Hamba tidak berani. Hamba tidak berani!” ujar mereka kompak, namun Perdana Menteri Hui Zhong bergeming. Dengan tenang pria berusia enam puluh tahun itu ber-kowtow, lalu berkata dengan tenang dan bijaksana, “Hamba tidak bermaksud untuk menyangsikan kemampuan anda, Yang Mulia.”
Dengan gigi gemeretak karena marah Long Wei pun kembali bicara, “Lalu apa maksudmu menghalangi niatku untuk menyerang Kerajaan Angin? Aku sudah menunda rencana penyerangan terhadap Kerajaan Angin selama dua tahun.”
Mereka yang menjadi saksi atas perdebatan kaisar dan perdana menteri pun hanya bisa menunggu dalam diam penuh ketakutan. Memancing kemarahan Long Wei sama saja dengan mempertaruhkan kepala mereka di atas pancungan. Long Wei tidak segan-segan menghukum mati para pejabat, bangsawan serta anggota militer yang menentang kekuasaannya dan dianggapnya berbahaya.
Perdana menteri kembali membungkukkan badan, memberi hormat takzim sebelum kembali bicara dengan nada tenang dan bijaksana. “Yang Mulia, seperti yang kita ketahui, Kerajaan Angin berbeda dengan kerajaan-kerajaan yang telah Anda taklukan sebelumnya,” ia terdiam sejenak, memberi kesempatan pada Long Wei untuk mencerna maksud dari ucapannya. “Kerajaan Angin memiliki kekuatan militer yang sangat kuat, terlebih mereka memiliki rakyat yang sangat patuh pada rajanya. Rakyat Kerajaan Angin tidak segan-segan mengorbankan nyawa mereka jika Raja Jian Guo menghendakinya, sebesar itulah pengabdian rakyat Kerajaan Angin pada rajanya.”
Long Wei tidak langsung menjawab, kemarahannya masih belum sirna saat ia bicara dengan penuh penekanan. “Maksudmu lebih baik kita mengikat hubungan dengan Kerajaan Angin?” Giginya kembali gemeretak. “Kau memintaku untuk mempersunting salah satu putri dari Raja Jian Guo?” teriak Long Wei murka.
Hui Zhong harus mengakui, dirinya begitu ketakutan saat ini, namun ini demi kebaikan negaranya. Perang dengan Kerajaan Angin jelas akan menguras banyak uang, tenaga serta pengorbanan nyawa prajurit yang jauh lebih besar daripada apa yang harus mereka korbankan saat menaklukan empat kerajaan lain selama ini.
“Kalau begitu nikahkan saja salah satu dari adikku dengan pangeran dari Kerajaan Angin,” teriak Long Wei. “Kita semua tahu jika Jian Guo memiliki tujuh orang putra yang telah dewasa, lebih mudah menikahkan putri dari Kerajaan Api dengan salah satu dari ketujuh pangeran itu,” tukasnya beralasan dengan nada lebih rendah namun penuh penekanan. “Dan yang kutahu, putri-putri dari Kerajaan Angin masih sangat belia. Apa kau pikir dia bersedia menikahkan salah satu putrinya denganku?” tanyanya geram. “Kau memintaku untuk menikahi anak kecil?”
“Lapor Yang Mulia, perihal ini bagaimana jika hamba menyelidikinya lebih dalam?”
Long Wei mengernyit, “Kau akan memasukkan mata-mata ke dalam Istana Angin?”
Hui Zhong kembali membungkuk hormat dan berkata, “Satu bulan lagi Raja Jian Guo berulang tahun. Beliau mengadakan pesta besar-besaran untuk merayakannya, baik di dalam istana serta pesta untuk rakyat. Hamba akan datang sebagai perwakilan dari Kerajaan Api untuk mengucapkan selamat,” terangnya tenang. “Dalam waktu yang singkat itu hamba akan mengumpulkan informasi mengenai keluarga besar Raja Jian Guo,” tambahnya membuat Long Wei berpikir serius.
“Aku belum menyetujui rencanamu ini, Perdana Menteri,” jawabnya dengan kemarahan yang nyaris hilang. “Aku akan memutuskan langkah apa yang akan kuambil setelah mendapat laporan darimu nanti,” tambahnya penuh penekanan.
Jangan bilang itu zian :AKUGAKTERIMA
Wah… ini yg di wattpad juga kan ceritany….?
Iyah betul ^^
Zian tega bgt c mau menyerang kerajaan Angin itu kan kerajaan Chao Xing
:PATAHHATI
:PATAHHATI
:PATAHHATI :PATAHHATI
whoaaaa, ini calon-calonnya si Chao nih kayaknya :CURIGAH :CURIGAH :CURIGAH
:KECEWAHATI
Ditunggu kelanjutannyaa