Vitamins Blog

Scent of contention- Part 1

Bookmark
ClosePlease login

No account yet? Register

354 votes, average: 1.00 out of 1 (354 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

Arumi namanya
SEBASTIAN RAENAL menatap motornya yang baru saja dia beli beberapa hari yang lalu, senyum lebar tersungging di bibir tipisnya dengan kesenangan yang tidak bisa dia sembunyikan lagi. Untuk pertama kali dalam hidupnya dia mampu menyaingi sosok yang selama ini dia anggap sahabat sekaligus rival. Sahabat dalam hal berbagi kesenangan dan rival dalam balapan liar yang sering mereka geluti.

Sebastian menyilangkan tangan di depan tubuhnya, masih sibuk dengan motor balap yang sejak tadi diam di pelataran parkir rumahnya.

Suara mobil memecah kediaman Sebastian, membuat mata hitamnya langsung menatap ke luar gerbang parkiran dan menemukan pria paruh baya dengan tubuh tegap keluar dari dalam mobil. Pria itu sedikit berlari menghampirinya. Langsung menundukkan kepala memberikan penghormatan kepada tuan mudanya.

“Bagaimana Moses?” Pertanyaan dengan nada dingin itu membuat Moses semakin dalam tertunduk. Menantang mata hitam tuannya selalu menjadi kejahatan tersendiri baginya, entah bagaimana Moses selalu menyalahkan dirinya atas kejadian beberapa tahun yang lalu. Bahkan Moses hampir saja di bunuh oleh Ayah tuan mudanya kalau saja dia tak menemukan tuan mudanya berjalan seorang diri di tepi jalan raya. Betapa bersyukur Moses.

Moses menggeleng. “Kami belum menemukannya.” Laporan Moses membuat Sebastian menatap pengawal pribadinya itu dengan mata nyalang. Enam tahun sudah dia bersabar, tapi kenapa hasilnya masih tetap sama. “Tidak ada catatan tentang gadis kecil dengan seragam yang anda berikan. Bahkan di tempat itu tidak ada gadis yang tinggal. Maafkan saya tuan muda.” Moses semakin dalam tertunduk.

“Lakukan dengan benar Moses, kali ini aku tidak menerima kegagalan. Enam tahun sudah cukup menyiksaku akan kehilangan dirinya. Jangan pernah kembali di depan wajahku kalau kamu belum menemukannya.” Nada dingin itu masih tetap terselip di suara Sebastian. Entah kenapa, hanya dengan melihat Moses kehangatan Sebastian akan langsung lenyap dan di gantikan dengan kedinginan yang pekat.

Moses tahu, sangat tahu. Kalau Tuan mudanya entah dengan cara apa jatuh cinta kepada sosok gadis yang menyelamatkan dirinya enam tahun silam, tapi yang tidak di mengerti oleh Moses adalah bagaimana gadis itu bisa menghilang bagai di telan bumi. Bahkan dengan gila Moses mencari gadis itu esok harinya saat Tuan mudanya memerintah dia untuk mencari.

“Saya akan kembali nanti sore, dengan jadwal penerbangan yang awal.” Ucap Moses tak membiarkan Tuan mudanya mendengar keraguan dalam nada suaranya.

“Pergilah.” Sebastian meninggalkan Moses yang masih bergeming di parkiran.

Mata Moses menelusuri punggung Tuan mudanya, menemukan kalau punggung itu bergetar entah kenapa. Pengaruh enam tahun silam sungguh menyengsarakan Tuan mudanya, bukan karena penculikan tapi karena cinta dari sosok yang telah menyelamatkan dirinya.

***

“Apa ini sungguh jalan yang benar?” Pemuda itu bertanya pada gadis kecil yang masih menuntunnya dengan sabar.

Gadis kecil itu diam sebentar, menatap pemuda yang ada di dekatnya dan kembali menatap jalanan yang akan mereka lewati. “Ini jalan yang benar untuk menuju jalan raya. Jangan meragukan aku.” Gadis kecil itu terlihat tak terima membuat pemuda itu hanya mengangguk seadanya. Berdebat dengan gadis kecil ini tak di inginkan si pemuda.

Gadis kecil itu kembali melangkah menuntun si pemuda yang semakin lama terlihat semakin kepayahan. “Dia pasti tidak jauh dari sini!” Teriakan itu menggema membuat kedua anak kecil itu terkesiap kaget.

Pemuda itu terlihat bergetar, bahkan gadis kecil itu bisa merasakannya. “Mereka menemukan kita. Apa yang harus kita lakukan?” Pemuda itu menatap gadis kecil nanar.

“Tenangkan dirimu. Kalau kamu seperti ini kita bisa tertangkap dengan mudah.” Gadis kecil itu menatap sekeliling, mencoba mencari tempat bersembunyi yang aman. “Ayo kita jalan lebih cepat. Kita harus mencari tempat bersembunyi.” Gadis itu mempercepat langkah, menyeret pemuda yang semakin terseok-seok.

“Pelan-pelan aku tidak bisa lebih cepat dari ini.” Pemuda itu mendesah lelah membuat gadis kecil memperhatikan dirinya dengan sedih.

“Kita tidak bisa pergi terlalu jauh, kamu terlihat kepayahan.” Gadis kecil itu langsung memutar otak dan tergagap saat mendengar suara langkah di belakang mereka. “Tidak ada jalan lain.” Gadis kecil itu menarik pemuda yang terlihat kaget.

Dengan cepat di bawanya pemuda itu ke dekat bak sampah yang terlihat tinggi dengan dinding besi. Gadis kecil itu menyusun bata yang ada di sana hingga membuat susunan itu lebih tinggi agar mereka bisa masuk ke dalam bak sampah besar tersebut. Gadis kecil menaiki susunan bata dan langsung berpegangan di pinggir besi, berusaha naik kesana dengan sia-sia. Dia tidak bisa menaiki kakinya, tapi dengan cepat seseorang mendorong bokongnya hingga gadis itu mampu melewati pinggiran besi dan langsung terjatuh kedalam bak sampah yang untungnya memiliki banyak sampah di dalamnya hingga membuat tubuhnya tidak sakit sama sekali.

Gadis itu bangun, langsung mengeluarkan kepalanya di dalam bak sampah dan menemukan pemuda itu tidak ada di sana. Gadis kecil itu menatap nyalang, mencari ke sekeliling dan menemukan pemuda itu sedang berjalan kembali ke tempat mereka barusan. “Apa yang di lakukan si bodoh itu?” Tanyanya frustasi.

Suara langkah kaki mendekat membuat gadis kecil hampir berteriak menjerit agar pemuda bodoh itu kembali ke tempatnya.

“Kumohon kembali kemari.” Gadis kecil itu tanpa sadar berurai air mata.

Pemuda itu kembali berjalan kearah bak sampah dan beradu tatap dengan mata bulat gadis kecil yang di penuhi dengan air mata. Pemuda itu sedikit berlari dan langsung menaiki bata yang tadi di susun si gadis kecil, memegang pinggiran bak sampah dan naik dengan mudah.

Gadis kecil menarik kemeja pemuda itu langsung memukul bahu pemuda dengan frustasi dan air mata yang terus menetes. “Apa yang kamu lakukan? Kamu mau mati? Kamu tidak mau hidup lagi? Kenapa menantang bahaya? Aku hampir kehilangan kamu.” Gadis kecil itu terus berbicara dengan air mata yang tak mau berhenti menetes.

Pemuda itu menatap takjub, untuk pertama kalinya dia merasakan dadanya menghangat. Bahkan air mata mamanya tak sanggup membuat pemuda itu tersentuh. Tapi gadis kecil di depannya ini membuat dia merasa berharga.

Pemuda itu mengelus pelan rambut panjang gadis kecil yang terlihat berantakan. “Kamu menarikku dengan tiba-tiba, aku jadi menjatuhkan bunga melati milik ibumu. Aku tahu ini penting, makanya aku kembali mengambilnya.” Penjelasan pemuda itu membuat gadis kecil hanya mampu membuka mulut tanpa bisa mengeluarkan kata-kata lagi.

Setelah hilang dari rasa takjubnya gadis kecil itu langsung menjatuhkan dirinya di depan dada si pemuda hingga pemuda itu kaget. “Jangan melakukan hal yang akan membahayakan kamu lagi, apalagi alasannya sesepele itu. Aku tidak suka.” Gadis kecil itu masih terisak tapi entah kenapa hatinya menghangat.

“Tidak ada alasan yang lebih bagus selain kamu.” Pemuda itu menenggelamkan kepalanya di rambut gadis kecil yang masih memeluknya erat. “Arumi.” Ucapnya di akhir kalimat.

“Kamu tahu namaku?” Tanya gadis kecil itu tak yakin.

“Ada di seragam sekolah kamu.” Gadis kecil yang di panggil Arumi menatap seragam sekolah dan memperhatikan nama yang tertera di dada sebelah kirinya. Pemuda itu benar, memang ada namanya di sama.

“Siapa nama kamu?” Tanya gadis kecil itu akhirnya.

“Bastian.” Gadis kecil itu akhirnya tersenyum dan mengangguk. “Ingat namaku, aku akan mencari kamu.” Ucap pemuda yang mengaku bernama Bastian.

Gadis kecil itu hanya mengangguk tak terlalu yakin kalau pemuda kaya seperti Bastian mau mencari gadis seperti dirinya.

Mereka masih sibuk duduk di dalam bak sampah, tanpa sadar saling berpegangan tangan dan saling menguatkan satu sama lain.

12 Komentar

  1. Yey pertama komen lgi
    Bca ny lanjut nnt yak hihi
    Naro tanda dlu hihi
    Jngn lupa diedit dikit ya ka, tmbh kata [ratings] dibagian atas tulisan kk
    Semangat ka
    Ohh namany cwo ny Sebastian hihi, boleh panggil Tian

  2. Swiit amat mereka berdua,, baper lah diriku

  3. sweet…

  4. Bagus ceritanya. So sweet :tepuk2tangan

  5. KhairaAlfia menulis:

    manisnya perkataan Bastian,,

  6. Sweettt

  7. farahzamani5 menulis:

    Oalah ini toh
    Aduhhh aq lupa cerita ini, jdi bca dri awal dan ternyata part ini belom dibaca hihi bru vote doang hihi
    Wahhh ternyata Bastian jatuh cinta pda pandangan pertama ya sma Arumi eaaaa
    Cuzz ke part berikutnya
    Semangat

  8. ririsrisnawati menulis:

    Semangat kak… :superhero :SEMANGATLEMBUR Suka bagian akhirnya haha…

  9. fitriartemisia menulis:

    duh bastiaaan

  10. :NGEBETT :NGEBETT

  11. syj_maomao menulis:

    Baper lahh diriku ini huhuhu >_<
    Aihh masih kecil udah sweettttt, gimanaaa besarnya….gak sabar nunggu Arumi ditemukan sama Sebastian /,\

  12. Ditunggu kelanjutannyaa