Vitamins Blog

Goresan Kerinduan

Bookmark
Please login to bookmarkClose

No account yet? Register

29 votes, average: 1.00 out of 1 (29 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

**

 

 

 

 

 

 

 

 

Nama mu Prayoga Kusuma.

 

Orang-orang memanggilmu Yoga.

 

Dan Dia Reika.

 

Dia Wanita yang kau tatap saat ini, kau Duduk diatas Batu bertulis namamu, dan Dia duduk diatas kursi rodanya bersama seorang pria. 

 

Dan Sang Waktu Bercerita Pada Kerinduan…

 

Waktu itu kau Masih muda, umurmu baru 14 tahun, kau kelas 1 SMA, menjadi murid baru di sebuah sekolah Swasta kecil.

 

Dan kau bertemu dengannya Disana, itu bukan kali pertama kalian bertemu, kalian pernah dekat saat Kecil dulu, mungkin tak terlalu dekat.

 

Sejak saat pertama kali kau Melihatnya, kau selalu menatapnya tanpa alasan dan kau tak menyadari Tatapan itu yang menumbuhkan rasa yang asing dihatinya. 

 

Kau tahu dia pura-pura tak Peka dengan keadaan, dan kau coba membuat cemburu hatinya, kau goda teman wanitanya. 

 

Kau temui kegagalan karena dia tak pernah cemburu padamu. 

 

Dan suatu hari, dimana kau temukan sebuah keberanian atas paksaan temannya, kau mengiriminya pesan. 

 

Kau lakukan hal bodoh, meminta hal yang tak akan pernah diserahkannya padamu, lalu kau menjauh, mungkin tidak.

 

Kalian berada ditempat yang sama tapi dalam kisah yang berbeda.

 

Lalu hanya sampai disitu.

 

Kau tak ingin berjuang untuknya, dan kau tahu dia tak akan pernah berjuang untukmu.

 

Kalian bertambah 1 tahun, berpindah ke tahun pelajaran baru dan kelas baru. 

 

Dia tiba-tiba jatuh pada pria yang baru muncul dikelas, kau dengar dari mulutnya sendiri bahwa mereka bisa keluar bersama, kau? Hanya sanggup menatap mereka tidak suka, tak juga ingin memisahkan. 

 

Tapi saat dia ingin kembali, kau menutup jalan dengan berpaling pada sahabatnya sendiri.

 

Kau berusaha membuatnya cemburu tanpa tahu bahwa tanpa kau lakukan itupun, dia sudah sangat sakit menunggu kau meruntuhkan Egomu. 

 

Kau dengan bodoh menggali jurang untuk kalian bertiga, Kau, Dia dan sahabatnya. 

 

Kau terus membuat Sahabatnya merasa diCintai tanpa tahu bahwa Dia begitu sakit melihat Semua itu. 

 

Entah apa yang ada dipikiranmu, Dia hanya mampu meyakinkan dirinya bahwa kau hanya ingin menjadikan Sahabatnya sebagai jembatan agar kalian semakin dekat. 

 

Tapi kau tidak tahu bahwa berusaha meyakinkan Logika yang Mengamuk bukanlah hal yang mudah, hatinya mulai tak percaya, Logikanya berteriak marah, dan kau tetap tak mengubah apapun.

 

Lihat sekarang, kau membuat Persimpangan dijalanmu, antara Dia dan Sahabatnya. 

 

Logikamu yang tak Mengerti membungkam hatimu yang lemah. 

 

Dan kau memilih membelakanginya demi sahabatnya, dengan Logika bahwa kau akan bisa mendekatinya dengan mendekati sahabatnya lebih dulu. 

 

Tapi kau salah dan baru menyadarinya suatu hari dikemudian saat penyesalan hanya jadi selembar daun kering yang rontok oleh angin.

 

Kau tahu? Saat kau memilih sahabatnya, dia berdiri dipersimpangan jalan bersama sang Waktu, menatap punggungmu dan sahabatnya menjauh, hanya soal waktu sampai dia berlutut memegangi dadanya yang sesak dan menangis. 

 

Menangis untuk waktu yang lama, terpuruk oleh luka yang kau gores dan kau taburi garam lantas kau pergi tanpa menoleh.

 

Waktu membantunya berdiri kembali, mengusap air matanya, membisiki telinganya dengan lembut. 

 

Dia berdiri tegar disisi sang Waktu, tak goyah sedikitpun.

 

Melangkah mundur perlahan, berusaha merekam punggungmu, dia tidak ingin mengingatmu tapi untuk disimpan dalam kenangan. 

 

Dan dia berbalik melangkah semakin cepat dan akhirnya berlari, dia tak pernah berbalik lagi, menoleh pun tidak.

 

Bertahun-tahun kemudian dia lelah berlari dari Masa silam itu, dan dia menemukan Jodohnya.

 

Pria beruntung itu membalut kakinya dari luka karena kerikil kehidupan, membasuh wajahnya yang kotor karena debu masa lalu. 

 

Dia Berbahagia, Kekasih sang Waktu telah bahagia.

 

Dan kau pada hari itu tinggal diam, terpuruk oleh kesia-siaan, menyadari jalanmu salah dan saat kau berlari kembali kepersimpangan untuk menemuinya, yang kau temukan hanya belukar berduri, jalan itu sudah lama tertutup untukmu.

 

Hanya soal waktu juga dia datang padamu membawa selembar kertas bertulis kebahagian, pemberi kabar kau akan jadi tamu undangan di Pesta bahagianya bersama sang kekasih.

 

Kau terpuruk lebih dalam dan sang waktu menertawakanmu dengan sinis, Sang Waktu telah membalas sakit Kekasihnya.

 

Bulan berikutnya kemudian kau dengar kabar bahagia didengungkan angin, diperutnya tumbuh kehidupan baru. 

 

Dia tersenyum sinis padamu saat kau datang pada acara Syukurannya. 

 

Lihat siapa yang lebih sakit sekarang? 

 

Bertahun-tahun kemudian kau semakin terpuruk oleh waktu dan dia terus tertawa oleh kebahagiaan.

 

Kau semakin renta, sakit-sakitan tanpa seorangpun disisimu.

 

Dipenghujung nafasmu hanya dia yang kau ingat. 

 

Dipemakamanmu hari itu, kau melihatnya datang paling akhir saat semuanya sudah pergi. 

 

Dia datang dengan sebuket bunga mawar putih yang indah dan harum, dia letakkan diatas tanah merah yang masih basah itu, lalu tersenyum dan pergi. 

 

Waktu semakin menjauh, nyaris tak pernah ada yang mengungjungi pusaramu dan kau hanya duduk diatas batu bertuliskan namamu itu, menatap bunga-bunga berjatuhan oleh angin.

 

Dan suatu hari dipenghujung senja saat tahun-tahun penuh kesunyian berlalu.

 

Dia datang mengungjungimu, wajahnya sudah termakan usia, keriput menutupi kecantikan masa mudanya. 

 

Dia duduk diatas kursi rodanya, kakinya juga telah dimakan waktu, kursi roda itu didorong pria yang wajahnya sama denganmu.

 

Dia meletakkan bunga mawar putih dipusaramu, tidak seperti bertahun-tahun lalu, dia tak lagi membawa sebuket bunga, hanya setangkai mawar putih yang layu dan mulai membusuk. 

 

Lantas dia tersenyum dengan senyum yang tak lekang oleh waktu. 

 

“Kita seperti bunga ini, kau buang sebuket bunga cantik yang harum itu bertahun-tahun yang lalu demi setangkai bunga yang layu, dan kau bermaksud kembali untuk mengambil sebuket bunga cantik itu, tapi yang kau temukan bunga itu sudah terbawa oleh angin”

 

Kau tersenyum kecut, bukankah dia menyindirmu? 

 

“Mama… Makam Siapa ini?”

Pria muda itu bertanya sambil berjongkok disampingmu menatap batu yang kau duduki.

 

“Dia yang tersimpan dalam kenangan, terbawa waktu menjauh, lalu kembali terdampar kesini lantas hilang tertelan kerinduan” 

Anaknya terdiam, menunggunya melanjutkan cerita dan kau juga menunggu, tapi dia terdiam, diam yang lama, anaknya juga tak berani menyela kenangan yang tampak dimata Ibunya.

 

“Dialah wajah yang kau tiru nak, bayangan yang tak hilang dari pikiran saat kau masih jadi janin kecil, Dialah Nak”

 

“Dia Ayah?”

 

“Dia kenangan nak, hanya kenangan” 

Kau terhenyak, ditampar kenyataan bahwa anak itu tak tahu ayahnya, angin berbisik ditelingamu, ayahnya meninggal pada kecelakaan pesawat sebulan sebelum dia lahir kedunia.

 

“Dengarlah nak! Jika dipenghujung Usiaku nanti, biarlah aku berbaring disisinya, biarkan aku memeluk Kekasihku, belahan jiwaku”

Lalu dia pergi, dipenghujung senja itu kau masih terus melakukan hal yang sama seperti yang kau lakukan bertahun-tahun yang lalu. 

 

Menatapnya tanpa bisa melakukan apapun. 

 

 

Dialah Wanita diPenghujung senja yang kau Cintai bersama Waktu dan Kerinduan. 

 

 

**

 

 

 

 

***

 

RadynkaRU ^DianDiam

 

***

 

 

11 Komentar

  1. farahzamani5 menulis:

    Ya Allah
    Aq kok sedih bngt baca ini
    Ngena bngt ke hati aq
    Aduhhhhh huhuhuhuhu
    Kata per kata bikin ga bosen trs baca sampe selesai
    Ditunggu karya2 lainnya ka
    Semangat trs ya

    1. farahzamani5 menulis:

      Oia ka, tulisanny diedit sedikit dibagian atasny, tambahin kata [ratings] spy nnt muncul lope lope bwt kita2 klik untuk mengapresiasi karya ny dikau
      Yuks dicba ka

    2. Makasih sarannya Yah

    3. farahzamani5 menulis:

      Sippp
      Sma2 yak hehe

  2. Wahhh sedih nya itu tpi bukn anaknya kan.??? Huhu pemahamn sastfa Yaya lemah jadi agak bingung diakhirnya

  3. merinding baca nya…hiks…

  4. Dan saya meneteskan air mata di saat paragraf2 terakhir cerita ini…

  5. KhairaAlfia menulis:

    OMG!!
    Keren banget kata”nya,,

  6. :PATAHHATI :PATAHHATI :PATAHHATI :PATAHHATI

  7. fitriartemisia menulis:

    hmm jadi ini anaknya Yoga atau bukan?
    ku gak bisa fokus :PATAHHATI

  8. :dragonbaper