Vitamins Blog

Langit untuk Jingga (Tiga-A)

Bookmark
Please login to bookmarkClose

No account yet? Register

330 votes, average: 1.00 out of 1 (330 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

Alya: lo lagi sibuk nggak? Gue minta tolong dong.

*Read*

Aku baru membaca chat dari Alya yang ternyata sudah sejak setengah jam yang lalu. Aku tadi sedang melayani pelanggan yang mau konsultasi masalah pernikahan dan segala macam tete bengek gaun dan perlengkapan lainnya.

Sebenarnya ini pekerjaan Nada sebagai Bridal consultant, berhubung dia masih di Bali, jadi tugas ini sementara waktu aku yang mengerjakannya.

Jadi beginilah, tanggung jawabku semakin banyak dan tentunya semakin melelahkan. Bukan hanya mengurus JN’s Boutique, aku dan Nada juga buka jasa Wedding Organizer yang masih kuberi nama sama dengan butik kami, JN’s Wedding Organizer, J yang berarti namaku-Jingga-, dan N berarti Nada.

Tetapi aku lebih fokus ke JN’s Boutique daripada JN’s WO, begitu sebaliknya. Nada juga lebih fokus ke JN’s WO, karena dia tipe anak yang supel dan sedikit petakilan, maka dari itu dia yang ambil alih tugas sebagai Bridal consultant di JN’s WO dan lebih sering berinteraksi dengan pelanggan sedangkan aku hanya mem-backup semuanya dari belakang.

Aku lebih banyak menghabiskan waktu di butik daripada di JN’s WO. Meskipun masih satu gedung JN’s mempunyai ruangan masing-masing, JN’s Boutique berada di lantai dua sedangkan JN’s WO ada di lantai bawah.
Jadi aku lebih sering berada di lantai dua karena aku punya ruangan pribadi, dimana aku bisa menumpahkan semua ide ku untuk mendesain dan merancang gaun dengan tenang.

Aku menyentuh icon kontak di smartphone-ku, kemudian mencari nama Alya di deretan kontak teratas karena inisial ‘A’ pada huruf pertamanya.

….
Adira
Alfathan Adiatma
Alya Rosa Prameswari

“Ckk.” Aku berdecak saat teringat nama Alya berada tepat dibawah nama itu. Acuh, aku segera mendial nomor Alya.

“Halo,” sapa Alya setelah mengangkat teleponku.

“Hai Al, sorry gue baru baca chat lo. Tadi masih ngurusin pelanggan yang konsultasi soalnya,” ucapku.

“Lah emang Nada belom balik?” tanya Alya.

“Nanti malem kayaknya dia baru balik Jakarta, jadi sementara waktu pekerjaan dia gue yang tanganin.”

“Yaaah sibuk banget dong elo sekarang J,” kudengar dia menghela napas diujung sana.

“Mm lumayan sih, emang kenapa Al?”

“Gue mau nitip jagain Varo bentaran dong, gue mau nyalon. Nanti malem diajak Bagas ke pesta pernikahan perak relasi bisnisnya.”

“Oke, gampang. Bentar lagi juga udah kelar kok kerjaan gue. Nanti biar gue serahin ke Reta sisanya.”

“Thanks, J. Lo tahu sendiri kan anak gue nggak mau ikut kalo nggak sama emak-bapaknya, setidaknya dia masih mau nempel sama lo.”

Aku tertawa pelan. Varo memang tidak mau diajak orang lain selain Alya dan Bagas, tapi anehnya saat aku yang mengajak atau menggendong anak itu dia tidak pernah rewel sedikitpun, membuat Alya dan Bagas sempat terperangah. Mangkanya Alya tidak pernah mempekerjakan nanny, toh akan percuma kalau Varo nggak mau ikut sama nanny nya.

“Iya-iya, elaah santai aja kali. Mau ketemu dimana?” tanyaku.

“Eh gue anter Varo ke butik langsung aja, daripada lo nanti bolak-balik. Lagian gue ke Salon Madona kok, searah juga kan sama JN’s.”

“Oh yauda deh. Susu sama diapers nya Varo jangan lupa,” ingatku sebelum mematikan sambungan telepon.

“Haha iya-iya, bye sweetheart.”

“Ck.” Aku mematikan sambungan telepon dan segera menemui Reta di lantai atas dan menyerahkan JN’s WO ke Putri, salah satu karyawan yang membantuku dan Nada.

Kalau di JN’ Boutique aku mempunyai Reta sebagai tangan kananku sedangkan di JN’s WO mempunya Putri untuk membantu Nada, karena di butik selalu ramai apalagi pada sore sampai malam hari, maka dari itu di butik kami memperkejakan lima karyawan dan hanya dua karyawan di bagian Wedding Organizer.

“Put, mba tinggal ke atas ya. Nanti kalau ada apa-apa langsung bilang aja,” ucapku pada Putri.

“Iya mba Ji, mba Alya mau kesini ya?” tanyanya.

“Iya, biasa dia mau nitipin Varo. Yauda aku tinggal dulu Put. Nanti Alya suruh langsung ke atas aja,” pesanku pada Putri.

Aku berjalan menaiki tangga dan segera mencari Reta. Kulihat dia sedang merapikan gaun di etalase bersama Bella.

“Mba Dini kemarin nggak jadi kesini ya, Ret?” tanyaku pada Reta.

“Kesini kok mba, tapi cuman bentar. Katanya nanti sore kesini sama tunangannya sekalian.”

Aku mengangguk ringan, lalu memutuskan untuk membantu mereka merapikan gaun di etalase. Dahiku menyerngit saat kulihat gaun pengantin yang panjangnya menyentuh bagian bawah etalase dan terlihat mencolok dari yang lainnya.

“Bel, ini kenapa ditaruh disini? Bukannya kemarin gaun ini dipasang ke manekin ya? Kok sekarang ditaruh etalase?” kutunjukkan gaun itu ke Bella dan Reta.

“Bukannya emang ini udah dipesen ya, iya kan mba Ret?” Bella balik bertanya kepada Reta.

“Eh iya mbak, itu kemarin mba Dini lihat-lihat lagi, terus dia pengen ini juga. Haduh maaf lupa ngga bilang mba Ji dulu,” ucap Reta merasa bersalah.

“Iya gak papa Ret. Emang gaun yang kemarin kenapa? Udah cocok juga kan?”

“Cocok kok, cuman mba Dini waktu lihat gaun ini juga langsung suka. Terus dia bingung gitu, akhirnya nyuruh saya nyimpen gaun ini. Nanti biar dia tunjukin ke tunangannya kalau mereka kesini,” jelas Reta.

Aku tersenyum. Tidak heran jika mba Dini langsung suka, aku sendiri sangat menyukai gaun ini saat selesai merancangnya. Hampir sama dengan gaun pengantin khas JN’s yang selalu ada bordir bunga mawar putih di sisi leher kombinasi renda dan kain tulle, gaun ini sedikit berbeda karena bagian belakang ekor kuberi pita di sepanjang sisi yang menjuntai, jadi lebih terlihat manis tapi tidak mengurangi kesan elegan gaun itu sendiri.

“Yaudah, jangan taruh sini kalau gitu, nyentuh etalase gaunnya. Taruh di etalase belakang aja Bel,” aku menyerahkan gaun itu ke Bella dan dia segera meletakkannya di etalase belakang, khusus gaun yang sudah dipesan.

Aku kembali merapikan etalase.

“Cowok kemarin yang kesini itu siapa mbak?” tanya Reta tiba-tiba, membuatku menghentikan aktifitas.

“Temen lama,” jawabku singkat.

Reta sepertinya belum puas dengan jawabanku, dia kembali bersuara, “lah mbak J kemarin kayak abis nangis gitu kenapa?”

“Nggak papa, lama nggak ketemu sama dia jadi kebawa perasaan,” gumamku.

“Mantan ya? Kok baper segala.”

“Bukan, dia sahabatku,” ucapku lirih. Aku tidak yakin dengan ucapanku sendiri. Apa Langit masih menanggapku sahabatnya? Entahlah, aku masih terlalu pusing untuk mengingat hal itu lagi.

“Ohh, kirain mantannya mbak Ji. Btw ganteng ya mbak orangnya. Hihi,” Reta tertawa.

“Ck, kamu mah nggak pernah merem kalo liat cowok ganteng dikit, Ret” tuduhku.

“Haha iya lah mbak, ada pemandangan indah ya di nikmati aja.”

“Semprul.”

“Hahaha.”

Aku hanya menggelenggelengkan kepala ringan menanggapi ocehan Reta.

tbc…

***

Part ini sebenarnya cuman 1400 word aja, tp berhubung disini kayaknya dibatasi kalimatnya, muat kira2 1000 word aja, jadilah aku pisah jadi dua bagian Tiga-A dan Tiga-B buat next part…

Selamat menunggu apdetan PSA yak, kalo belom ada melipir baca ini dulu hahaha :p

SitiIsmaya

Pecinta musik -random - Dan penikmat novel romance ?

16 Komentar

  1. Yey pertama hihi
    Cerita ny ngalir banget deh ka
    Ga ngeh tau2 dah tbc ajahhh
    Sukaaaaa
    Semangat trs yak
    Lanjut ke bagian B

    1. eciyeee pertama, ini bunga buat kamu ?hihihi iya nih dikit partnya, ngga muat wordnya jadilah begini. yeps mangaaats

  2. Dalpahandayani menulis:

    Bagus
    Smangat di tunggu kelanjutan nya

    1. siyaaaaap

  3. setuju sama reta, ada pemandangan indah emang harus dinikmatin apalagi kalo pemandangan indahnya cogan :KETAWAJAHADD

    sikasik update 2 part :tepuk2tangan

    btw ga ada langit ya di part ini, padahal kangen hihi

    1. haha iya ini nih kerjaan kaum perempuan, hobby banget ngomongin cogan, ngeliat apa lagi ?
      langit masih ngumpet ? hohoho

    2. Aku juga nyariin bang langit

  4. lanjut,,, :BAAAAAA

  5. :BAAAAAA :aaaKaboor :aaaKaboor

    1. ka ayu naangis mulu emotnya

  6. Langitnya mana??
    kok gak muncul,,

    1. Iya nih, aku juga nyariin langit

  7. :PATAHHATI :PATAHHATI

  8. fitriartemisia menulis:

    langitnya diumpetin dulu hoho

    1. Nah ternyata Mak yg ngumpetin langit ya? :LARIDEMIHIDUP

  9. Pemandangan indah nya cogan ya, hihihi