Balasan Forum telah dibuat

Melihat 14 pertalian (thread) balasan
  • Penulis
    Tulisan-tulisan
    • #87046
      WidiaGhyfra
      Peserta

      Masih ragu untuk download.

      Haruskah nyari pokemon sambil berlarian ke luar rumah?  :BINGUNG

       

       

    • #86595
      WidiaGhyfra
      Peserta

      Terima Kasih infonya.

      Saya sudah 6 bln ini pakai kabel usb ori lgsg dr Samsung, mahal tp pengisian batre cepat  :AZHURA

    • #84675
      WidiaGhyfra
      Peserta

      Waalaikumsalam. Saya hadir. Maaf lahir bathin jg y..  :ASIA

    • #84220
      WidiaGhyfra
      Peserta

      Aku catat ya nuly.. terima Kasih..  :ASIA

    • #82511
      WidiaGhyfra
      Peserta

      Aku catat ya Teh Dian  :ASIA

    • #80649
      WidiaGhyfra
      Peserta

      Yang terakhir kayanya ga cocok untukku. Krn Perawatan kulit di dokter, ya jadi lumayan mahal. Hihi

      Thank for sharing  :ASIA

    • #80452
      WidiaGhyfra
      Peserta

      @meymeyhime jawabanku yg di atas udah aku edit sedikit. Tadi salah ketik. Hehe..

      Iya, menurut aku orang yg kamu ceritain itu harus mau membuka diri sedikit dgn dunia luar. Membuka diri bkn sesuatu yg buruk ko. Malahan dgn membuka diri, banyak pelajaran  yg bisa kita dapatkan.

      Oke. Sama-sama. Semoga jawabanku membantu ya? Senang bisa bertukar pikiran.

    • #80386
      WidiaGhyfra
      Peserta

      @meymeyhime Aku jawab pertanyaannya aja ya.

      1. Senang berteman di dunia Maya sebenarnya tidak jadi masalah. Sah-sah aja. Klo dgn begitu dia bisa lebih open self. Knp tidak? Tapi kembali lagi, apa dia akan terus seperti itu? Bagaimanapun kita hidup tdk sendiri loh, dia jg perlu bersosialisasi jg dgn orang lain di dunia nyata.

      2. Cara membuka diri yaitu dgn tidak egois. Maksudnya, dia menutup diri pasti krn mementingkan kenyamanannya bukan? Cobalah untuk aware terhadap lingkungan dan oranglain, jgn terfokus pada diri sendiri. Klo dia terus seperti itu, dia akan susah untuk membuka diri.

      3. Masalah papa, kita tidak bisa menyalahkan segala sesuatu yg timbul pada diri dia krn kesalahan orangtua awalnya. Kita harus juga mengetahui reasoning beliau. Kenapa beliau seperti itu pada anaknya.

      Sedikit informasi aja, kepribadian kamu/org kurang lebih bisa disebabkan krn pola asuh dari orangtua. Contohnya: ada org yg menutup diri, mungkin krn orangtuanya menerapkan pola asuh yg overprotektif thp anaknya.

      4. Sebenarnya tidak salah. Namanya juga sesuatu yg menyakitkan pasti kita akan terus mengingat hal tsb. Tapi alangkah baiknya, dia lupakan kenangan pahit itu. Coba ikhlaskan.

      5. Apa yg papa dia bilang ada benarnya. Tapi sebagai bentuk simpati knp dia tidak coba datang saja? Keluarganya sedang berduka loh, knp kita tidak memberi support?

       

      Saya jawabnya secara general ya? Silakan telaah. Klo ada yg mau ditanyakan, pm atau mention aja.

    • #75021
      WidiaGhyfra
      Peserta

      Ya Ampun, es krim wasabi? Yg paling bikin tidak masuk akal minuman dari urine sapi  :OMG

    • #74095
      WidiaGhyfra
      Peserta

      Admin @sairaakira saya baru buka web. Maaf responnya lama. Hihi  :HIRO

      Jujur saya setuju dengan apa yang admin post. Jika diperhatikan, memang berita negatif lebih menjual. Jangan jauh-jauh ke kasus suicide/bunuh diri, contohnya dikehidupan sehari-hari ketika seseorang memaparkan sebuah berita/gossip, kita cenderung tanpa sadar ingin mendengarkan bukan? Walaupun kita sadar bahwa berita tersebut memang belum tentu kebenarannya. Dan dampaknya apa? Bagi orang yang aware, mungkin mereka akan memprosesnya terlebih dahulu. Masih mempertimbangkan benar/salah. Lah, orang yang tidak memproses terlebih dahulu, berita picisan seperti itu akan mereka telan bulat-bulat.

      Kembali ke artikel. Miris memang ketika membaca artikel tersebut. Negara kita salah satu negara yang hobi sekali menayangkan berita-berita negatif. Contohnya kasus hilangnya pesawat MH370. Ada beberapa stasiun televisi yang menayangkan berita tersebut sampai berulang-ulang bahkan sampai seminggu full.

      Memang berita yang menyangkut negara kita wajar jika ditayangkan, tapi mereka sadar tidak sih dampak yang terjadi pada penontonnya seperti apa?

      Contohnya dampaknya terasa pada diri saya sendiri. Setelah saya menonton berita tersebut saya merasa takut. Takut naik pesawat, takut jatuh di laut, atau semacamnya. Bahkan ketika diajak liburan ke Bali pun saya sempat menolak mentah-mentah karena naik pesawat.

      Dalam kasus bunuh diri. Jangan salah, orang yang depresi kemudian melihat banyaknya berita negatif mengenai bunuh diri, malah memberikan stimulus bagi orang yang depresi untuk melakukan bunuh diri. Bagi saya hal itu wajar terjadi.

      Kalau dalam psikologi, hal tersebut disebut reinforcement. Semakin berita negatif tersebut ditayangkan berulang-ulang, maka semakin kuat juga efek yang ditimbulkan.

      Pesan saya, sepenting apapun berita yang ditayangkan di televisi, tentu kita harus punya filter sendiri. Layak/tidak berita itu ditonton oleh kita. Jangan sampai kejadian seperti itu menimpa diri kita.

      Susah menjelaskannya lewat kata-kata. Hehe Semoga penjelaskannya dimengerti ya? Oya, ini pendapat saya. Mungkin nanti Desy dan Teh Dianisah akan memberi tanggapan yang lain.

       

      Admin @sairaakira Terima kasih infonya.. :)

    • #65088
      WidiaGhyfra
      Peserta

      Juni. Pas ya. :AZHURAKAHN

    • #64810
      WidiaGhyfra
      Peserta

      Aku mah minum kopi berdasarkan kondisi lambung. Hahaha

      Eh, tapi bener. Biasanya sih latte, tapi miris bgt waktu baca ‘merasa paling menderita’ :YAZZA

      Ok. Thanks for information :ASIA

    • #63550
      WidiaGhyfra
      Peserta

      Warna merah dan merah berry. Sifatnya sebagian besar sama. Tapi tidak setuju dgn berkomitmen rendah. Justru saya orang yg mementingkan komitmen dibanding yg lain..

    • #62371
      WidiaGhyfra
      Peserta

      Coba lihat dulu hobinya apa? Misalnya orang itu punya hobi hiking, ya kamu kasih peralatan hiking.

    • #59154
      WidiaGhyfra
      Peserta

      @blackwhitepanda Memang. Stress, Derajat Stress dan Coping Stress sering menjadi topik untuk judul skripsi. Apalagi untuk kami yang belajar di Fak. Psikologi.

      Dosen bisa sampai nolak bukan hanya banyak yang angkat topik itu, tapi kita kurang bisa meyakinkan topik kita menarik. Coba cari kasus manarik yang bisa dikaji dengan topik itu.

      Misalnya saya, skripsi saya mengenai derajat stress pada istri yang mengalami KDRT. Dan dibikin studi kasus.

      Apapun itu, sukses ya.. :ASIA

Melihat 14 pertalian (thread) balasan