Masih Mengejar Waktu
2 Agustus 2017 in Vitamins Blog
Prang….
Kaca yang berada didepanku pecah.
Aku memandang pada cahaya, seseorang telah menghancurkan kaca itu. Dengan palu besar di tangannya dia menghancurkannya. Dia menghampiriku, wajahnya kini terlihat.
“Tanganmu terluka?”tanya dia padaku.
Aku mengangguk. Pikiranku terhenti. Aku bebas harusnya aku senang, andai kau yang menghancurkan kaca ini.
“Kita harus mengobati lukamu” Setelahnya waktu begitu cepat, yang aku tahu tanganku sudah terbalut perban.
“Terima kasih”
“Tidak perlu. Ini sudah menjadi kewajibanku, aku sudah berjanji untuk menjagamu kan”ucapnya dia, lalu tersenyum padaku
Pelupuk mataku terasa berat, cairan bernama air mata sepertinya akan jatuh. Tapi aku menahannya. “Berhentilah menjagaku”
“Kenapa?”
“Aku tak bisa membalas perasaanmu. Maaf” ucapku sambil melepaskan kaitan tangan kami.
“Aku tahu. Seperti kau yang terus mencintainya, aku pun begitu padamu” Sorot mata dia membuatku merasa bersalah. Aku perempuan kejam. Tega sekali menolak laki-laki baik di depanku.
“Kenapa aku tak mencintaimu saja. Semuanya tak akan sesakit ini”
“Kalau begitu cobalah bersamaku. Kau akan bahagia” janji dia dengan sorot mata penuh keyakinan. Aku tertegun menatapnya. Aku menangkupkan tanganku di wajahnya.
“Kau yakin?”
“Sangat yakin”
Aku tersenyum. Tanganku menjauh dari wajahnya.
“Aku mau mencobanya” ucapku.
AKU TAHU MUNGKIN SUATU SAAT NANTI AKAN MENYESAL
Mengejar Waktu Lagi
2 Agustus 2017 in Vitamins Blog
Aku menatap laki-laki yang membalut luka di telapak tanganku. Kau kembali…
Saat kau pergi meninggalkan aku sendiri. Hatiku kosong, aku marah. Tapi bukan padamu lebih pada diriku yang mencintaimu.
Waktu terasa hening. Hening waktu saja diam melihatku sekarang. Menyedihkan. Aku mengedarkan mataku keseluruh ruangan memastikan. Aku harus keluar.
Aku berada di ruangan berbentuk persegi tanpa pintu.Lalu bagaimana aku keluar?
Aku memukul kaca jendela. Sekali, dua kali. Terus hingga tanganku perih. Kaca mulai bergetar, aku tahu aku harus memecahkannya. Hanya dengan begitulah aku bisa keluar.
Kaca itu tebal, tapi tak menyurutkan semangatku untuk menyerah. Aku memukulnya lebih keras…. Cairan warna merah membasahi kaca itu, peluh keringat menetes di pelipisku.
Retakan menghiasi kaca di depanku. Tanganku mati rasa, sakit karena darah yang mengalir melumuri kedua tanganku…. masih ada. Tanganku pegal. Aku ingin menyerah, sia-sia. Aku edarkan kepalaku ke belakang. Kosong.
Aku menggenggam tanganku yang bergetar. Air mata membasahi wajahku.
“Sudah selesai” ucap kau.
Aku mengangguk. Kau menggenggam tanganku, memandangi tanganku yang dibalut perban. Wajah kau sedih, ada penyesalan di sana. “Aku baik-baik saja”
Kau terdiam. “Kenapa kembali? Harusnya kau tak kembali”
Air mata membasahi perban di tanganku. Aku menatapnya penuh tanya. Kenapa kau menangis?
Setelah sekian lama kenapa dia baru kembali sekarang. Aku menutup mataku. Meredam semua perasaan. Aku membuka mata. “Kenapa baru sekarang? Setelah sekian lama. Pergilah”
“Tak ada kesempatan?”
“Andai aku bisa memberikannya. Takdir kita telah terenggut oleh waktu. Kau harus mengejar waktu untuk diberikan kesempatan”
“Bagaimana perasaanmu padaku?” tanya kau.
“Aku tak tahu. Bagaimana perasaanmu padaku?”
Kau tersenyum. “Aku mencintaimu”
Jantungku berdetak kencang. Setetes air jatuh di pipiku.
AKU TERNYATA MASIH MENCINTAIMU
Mengejar Waktu
2 Agustus 2017 in Vitamins Blog
Aku dapat mencium aroma tanah yang menguar sehabis hujan. Dalam beningnya kaca jendela aku menatapmu. Kau tersenyum sambil melambaikan tanganmu. Aku menyuruhmu masuk kedalam namun kau hanya menjawabnya lewat gelengan.
Aku menatap langit, entah kenapa awan dan sinar matahari cerah. Aku memandangmu yang tersenyum menatap langit. Aku membalas senyummu. Aku ingin keluar, mendekatimu menikmati cerahnya langit.
Tiba-tiba kau menarik sesuatu, bukan seseorang disampingmu. Menggenggam tangannya dan mencium tangan itu. Siapa perempuan itu? aku harus keluar.
Aku memperhatikan sekitarku. Kosong, kamar ini kosong. Pintu, aku harus mencarinya. Aku memutari Seisi kamar. Tidak ada. Aku ada di ruang pintu. Aku terjebak.
Pandanganku mengarah pada jendela kaca. Aku berlari dan mengetuk jendela itu. Kacanya keras dan tebal. Kau menggandeng perempuan itu hendak meninggalkanku. Aku berteriak, memukul kaca namun kau mengabaikanku. Aku berteriak…. Jangan pergi, jangan tinggalkan aku. Kau berhenti….
Aku yakin kau akan menolongku. Kau menoleh begitu pun dengan dia. Aku terdiam saat bibirmu berucap. Aku memandang wanita itu yang tersenyum penuh kemenangan. Aku terus memukul kaca sambil menangis ketika mereka berbalik dan meninggalkanku sendiri
“Maaf, aku memilihnya”