Balasan Forum telah dibuat
-
PenulisTulisan-tulisan
-
-
6 Agustus 2017 pada 10:41 pm #373163lestomsPeserta
Malam ini kelabu, layaknya malam yang sudah lalu. Hawa dingin menusuk, membuat kepala terkantuk-kantuk. Apalagi tak ada pelukan, dari kamu yang selalu ku nantikan.
Yang berbeda hanya kamu, yang tidak lagi menyebut namaku. Yang menghilang tanpa ragu. Yang membenciku seluruh jiwamu.
Yang tetap setia itu aku. Yang merindu itu aku. Yang menggemakan namamu itu aku. Yang tidak pernah ragu itu aku. Yang selalu mencintaimu juga aku.
Kini kehilangan itu nyata, kesepian itu nyata, kekosongan itu nyata.
Tak ada kehangatan, tak ada pelukan, tak ada ucapan, yang ada hanya kebencian.
Kamu tahu, apa yang paling aku benci ketika malam menjelang? Yaitu tak ada lagi pelukanmu yang mengantarkan kehangatan kepadaku.
Dan kamu tahu apa yang paling aku benci ketika pagi menjelang? Yaitu tak adanya kamu yang menemani kala tidurku.
Kesalahanmu tak termaafkan, katamu. Harga dirimu tak bernilai, bisikmu. Cintamu hanyalah semu, desismu.
Aku hanya diam, menatap kepergianmu dengan kesedihan mendalam. Inginnya mengatakan kebenaran, tapi hanya ada kebisuan.
Detik, menit, jam, berlalu. Hari berganti, bulan berlalu. Tapi yang ku tak tahu itu dirimu. Yang ku rindukan itu kamu. Yang ku tangisi itu kamu.
Kembalilah, kembalilah. Dekap aku erat, bisikkan aku cinta, berikan aku senyum. Tatap aku dalam dengan mata hitammu yang meski sudah sering kutatap, tetap membuatku gemetar ketakutan. Rengkuh aku dalam dengan tubuhmu yang kokoh, yang selalu menghantarkanku kehangatan tiada dua.
Antara aku dan Akrep, tidak ada kata bernama spesial. Tidak ada pula yang bernama hasrat. Apalagi yang bernama cinta.
Karena itu semua kamu, kamu yang bernama spesial, kamu yang bernama hasrat, juga kamu yang bernama cinta.
Khar, meskipun aku tahu aku ini kesalahan. Aku ini diluar nalar. Aku ini bukan sempurna. Aku ini bukan perempuan dengan mata biru dan rambut karamel. Tapi aku ini adalah anomali yang lancang mencintaimu, yang lancang memiliki hasrat kepadamu, yang lancang menganggap kamu hanya untukku.
Bolehkah sekali lagi aku berharap? Bolehkah sekali lagi aku mengiba? Bolehkah sekali lagi aku memohon?
Sekali lagi, hanya sekali lagi, aku ingin kamu menyebut aku pulang. Aku ingin kamu kembali datang. Aku ingin kamu memanggilku sayang. Aku ingin kamu menatap aku tenang.
Belasan orang boleh tak lagi menganggap, tak lagi menyebut aku pulang. Tapi tidak dengan kamu, atau aku akan hancur berkeping hingga menjadi abu.
Aku mencintaimu, yang cinta itu kamu anggap semu. Tapi kenyataan itulah yang tidak bisa aku hindari, tidak bisa aku pungkiri meski kamu hina perasaan itu. Tak apa harga diriku kamu ludahi; tak apa kamu anggap aku kesalahan abadi. Tapi yang tidak bisa kamu hindari adalah rasa cinta itu sendiri.
Malam ini, ditemani rasa sepi, aku menuliskan kerinduanku padamu yang membenci diri ini. Di bawah sinar bulan yang menerangi, kuungkapkan apa yang aku alami. Kebenaran yang ingin kamu ketahui, akan kujelaskan esok hari di saat surya mulai meninggi.
Kusampaikan surat ini kepadamu, dan aku harap kita dapat bertemu. Meski dalam ketidakyakinanku akan bertemu, tapi aku harap kamu membaca suratku.
Ketahuilah, hingga saat ini, aku tetap setia menanti. Menanti kamu yang tak pasti juga kamu yang memiliki perasaan benci.
Teruntuk, Khar, yang aku cintai berbalas benci, yang aku sayang hanya menjadi bayang.
————
Gatau lagi mau nulis apa wkwkwk. Buat bang Khar yang jadi obsesi aku meski perannya gak terlalu banyak tapi entah kenapa bikin gemesh greget ugh pokoknya suka deh tehehehe. Semoga jodohnya bang Khar itu aku kkkkk
-
-
PenulisTulisan-tulisan