Balasan Forum telah dibuat
-
PenulisTulisan-tulisan
-
-
19 April 2016 pada 12:43 pm #18534kak_oiPeserta
@SairaAkira akhirnya saya bisa buat narasinya walaupun jauh dari harapan.
Vani melihat jam tangannya menunjukkan pukul sepuluh malam tepat, hari ini dia merasa sangat lelah. Ditambah dia memakai sepatu hak tinggi membuat kakinya sakit, ingin rasanya dia melepas sepatu namun tidak mungkin pulang dengan bertelanjang kaki. Dengan langkah gontai dia terpaksa berjalan kaki dulu menuju halte bus umum di ujung jalan sepulang kantor, dari pagi sampai sore dia mengerjakan pekerjaannya sedangakan sore sampai tadi tepatnya 10 menit yang lalu harus mengerjakan deadline pekerjaan temannya yang sedang cuti melahirkan ditambah beberapa revisian karena tugas yang begitu banyak membuatnya terlambat keluar dan tertinggal bus karyawan, yang merupakan fasilitas kantor itu sangat membantu selain bisa beristirahat dalam bus, mengurangi kemacetan di jalan juga menghemat ongkos.
Sekarang dia harus berjalan kaki selama 30 menit melalui area pertokoan yang hari ini terasa begitu menakutkan tidak seperti biasanya, jejeran toko yang sudah tutup serta tidak ada orang lain hanya lampu jalan saja yang menemaninya. Meskipun bukan pertama kali dia melewati area ini mendekati tengah malam seperti sekarang namun nyatanya tetap membuat nyali Vani semakin menciut padahal letaknya yang masih di sekitar kantor tempatnya bekerja dan jalan raya tidak mengurangi kesan mencekam. Vani mempercepat jalannya tidak dihiraukan rasa pegal dan sakit yang mendera, dia terus berdoa dalam hati berharap segera sampai di halte dan bus umum yang ditemukannya nanti tidak penuh sehingga membuatnya terpaksa berdiri berdesak-desakkan sampai tujuan seperti malam sebelumnya. Dihelanya napas dalam-dalam mencoba menenangkan dan menyabarkan diri.
Saat Vani tengah menenangkan diri tiba-tiba dirasakan ada yang mengikutinya, refleks dia menengok ke belakang dan disisirnya segala arah namun tidak ada orang, malam yang semakin larut membuatnya semakin takut sehingga dia melepaskan sepatu itu lalu dijinjing di tangan kanannya kini dia bisa berjalan lebih cepat menuju halte bus. Vani yang merasa terus diikuti memutuskan untuk berlari dan dia mulai mendengar dengan jelas suara sepatu yang mengikuti, dieratkannya salah satu sepatu dalam genggaman tangan lalu sebuah tepukan dibahu membuat Vani menghentikan langkahnya dan menoleh dengan sigap dipukulkannya ujung sepatu yang berat ke pelipis kiri orang itu dengan sekuat tenaga sampai terdenar suara yang cukup keras ‘plakkk’. kontan orang tersebut gontai ke belakang sambil memegangi pelipis yang dirasakannya mengeluarkan cairan berwarna merah. Vani baru menyadari bahwa yang ada di sampingnya adalah Pak Andre, supervisior di divisinya yang masih muda, lajang dan digilai banyak wanita di kantor yang ternyata telah dia pukul dengan sepatu kesayangannya.
Vani langsung meminta maaf kepada Pak Andre yang menahan pelipisnya “maafkan saya Pak, itu benar-benar refleks saya kira tadi penjahat, sakit sekali ya Pak? Aduh berdarah lagi, saya obati ya?” Dilepasnya sepatu itu lalu membuka tas mencari persediaan obat merah dan plester yang selalu dibawa.
“Iya tidak apa-apa salah saya juga langsung menepuk tidak memanggil dulu. Saya melihatmu tertinggal bus jemputan yang terakhir. Mau saya antar pulang?” Jawabnya dengan menahan sakit. Vani sengaja tidak menjawab pertanyaan itu lalu menemukan obat merah dan plester hendak mengobati pelipis Pak Andre tapi langsung ditahan di pergelangan tangannya “kita ke mobil saja, toh percuma pasti kamu tidak mau menjawab” diambilnya sepatu di tanah kemudian menarik tangan Vani menuju mobil berwarna merah itu. Sesampainya di mobil Pak Andre membukakan pintu untuk Vani lalu menyuruhnya masuk setelah masuk dan menutup pintu dia memutari depan mobil kemudian masuk ke sisi seberangnya. Dikembalikannya sepatu sialan itu kepada Diva lalu menyalakan mobil menembus jalanan yang sepi. -
18 April 2016 pada 10:52 pm #17794kak_oiPeserta
Iya kak kalo dirasa2 emang punya ciri masing2 terkadang beda part beda rasa, walaupun tdk ada nama author yg nulis sh…
Maaf ken kalo melanggar tata tertib di sini :rose: -
18 April 2016 pada 1:42 pm #16493kak_oiPeserta
Hmmm kak berani praktekin modusannya langsung depan bang Kira?
yakin Bang Kiranya gak kabur dulu tuh :unsure: -
18 April 2016 pada 1:30 pm #16470
-
18 April 2016 pada 9:27 am #15947kak_oiPeserta
Menurut saya sih, kalo sekolah kan tujuannya bukan hanya gelar dan ijazah tapi ilmunya, IRT walaupun cuma mengurus rumah tapi jga harus punya ilmu, dari parenting samapai masak, syukur2 sambil jadi IRT punya sambilan kerja. Jadi kalo ada yg tanya seperti itu jawab aja, supaya jadi IRT yang cerdas bukan abal-abal B-)
-
17 April 2016 pada 2:26 pm #13145kak_oiPeserta
Weleh-weleh kak cakapar ini moduser banget, pantes mamas Rio langsung kabur ke Tiongkok ternyata di sini dimodusin mulu, dah tau mamas gak suka dimodusin -.- padahal adeknya masih kangen tau. Adek kakak gk bisa modus.
-
15 April 2016 pada 10:10 am #2820kak_oiPeserta
Wah patut dicoba nih… tapi setelah deadline tugas hari ini selesai dulu. Oya maaf saya ko merasa ada yg mengganjal ya? saat Vani di halte bis lalu ditepuk pundaknya oleh Pak Andre kemudian Vani berhenti melangkah, apakah Vani mondar mandir di dalam halte? biasanya kalau di halte cuma duduk atau berdiri saja tidak melangkah, atau saya yang gagal fokus yah?
-
15 April 2016 pada 9:46 am #2690kak_oiPeserta
Dulu saat pertama kali menulis saya menggunakan nama panjang, tapi semakin ke depan rasanya ko ribet akhirnya sekarang lebih milih nama pendek, ya saya akui bahwa semakin banyak cerita jadi semakin malas nulis nama panjang-panjang hehehe lebih enak dan simple pake nama satu kata malah mudah diingat pembaca, apalagi yang ejaan namanya agak susah panjang pula giliran dipercakapannya hanya dipanggilan cuma pakai satu kata saja bukan? Jadi daripada pusing2 mikirin nama tokoh mending mikirin alur cerita ;-)
-
15 April 2016 pada 9:14 am #2554kak_oiPeserta
Ok… terima kasih infonya :heart: :good:
-
-
PenulisTulisan-tulisan