Jika kalian menikah dan punya anak nanti, kalian pengen jadi Wanita Karir atau jadi Ibu Rumah Tangga aja? apa alasan kalian memilih pilihan tersebut? Dan bagaimana kalian menyikapi dampak negatif dari pilihan kalian tersebut?
Semua pilihan ada konsekuensinya, tapi Rina tahu tidak ada yang bisa disalahkan dari sebuah pilihan. Bahkan yang memilih bekerja dan menitipkan anaknya pada orang lain.
Maka dari itu Rina pengen tahu pendapat kalian tentang hal ini, Rina berharap dapat jawaban yang beragam dari kalian ya.. :AZHURA
Untuk apa Rina? Ya biar nambah pengetahuan aja, siapa tahu ada yang bisa memberi alasan dan solusi yang tepat dari efek negatif menitipkan anak pada orang lain dan pada perkembangan anak itu sendiri. Iya kan..? intinya kita sambil have fun juga sharing ilmu. :aaaPrincess
Ibu rumah tangga yang berkarir kalau bisa
tetapi tetap mengutamakan pada keluarga dan anak. Wanita tidak diwajibkan mencari nafkah jika sudah menikah apalagi mempunyai anak. Maka urusan rumah tangga mengurus keperluan suami dan anak harus diutamakan karena itu yang utama bagi seorang istri dan ibu. Terutama tentang pendidikan. Pendidikan ini bukan hanya tentang bangku sekolah tetapi hal2 kecil tetapi besar sekali keutamaanya. Contoh dasar anak mulai belajar, bicara, berjalan, merangkak itu bukan dari sekolahan yang memberi pendidikan tetapi kedua orang tua dan peran ibu yang paling besar pengaruhnya. Bahkan katanya pendidikan pertama seorang anak itu di mulai dari dalam rahim ibunya. Tetapi jika bisa membagi waktu antara karir dan keluarga secara adil. Kenapa nggak lakukan kedua2nya. Tapi sering kali dan kebanyakan wanita rumah tangga yang berkarir dan sukses tidak sedikit mengesampingkan urusan keluarga dan lalai akan anaknya bahkan dalam urusan kecil sekalipun. Ini tidak semuannya ibu2 karir ya, tetapi kasus yang begitu, sering saya jumpai di sekitar saya. Anak yang tidak dekat dengan ibunya sejak kecil sebagian hingga besar pun juga tidak benar2 bisa dekat dengan ibunya. Dan saya sendiri mengalaminya. Sejak kecil ibu saya sering menitipkan saya kepada nenek saya dan beliau sibuk pada urusan kerjanya. Bisa santai dengan saya hannya akhir pekan dan hari-hari libur. Dan sampai sekarang saya tidak benar2 bisa dekat dengan ibu saya dan lebih legowo dan terbuka kepada nenek saya. Bukan kenapa2 tetapi karena saya terbiasa dan lebih dekat dengan nenek saya bahkan ketika dari saya berusia 11 bulan. Ini bukan hannya terjadi kepada saya tetapi banyak anak2 di sekitar saya dengan kasus yang sama dan dampak yang sama. Jadi jika kelak saya menikah tetap saya upayakan anak dan keluarga nomor 1 Rezeki biar Allah atur melalui suami saya. Saya yang nantinya akan memberikan dorongan dan doa untuk dia suami saya. hehehehe…
ini versi saya lho