Enggak secara langsung sih, tapi kalau cuma bantu-bantu pernah.

Saya kuliah jurusan PGSD, jadi kerja sampingannya ngelesin anak-anak. Kalau untuk full menyatakan diri freelance gak bisa sih. Orang tua juga maunya saya kalau sekolah fokus sekolah, kuliah fokus kuliah, kerja pun juga begitu.

Walaupun harus diakui kuliah sambil kerja itu bagus (secara finansial maupun melatih pengalaman), tapi harus diakui kalau melalukan dua hal penting bersamaan itu resikonya tidak totalitas.

Saya mundur di tengah jalan karena jadwal kuliah dan tugas semakin menumpuk. Juga kadang, jam kerja dan jam kuliah berbenturan. Akhirnya saya harus mengalah untuk salah satunya.

Kadang kalau saya bolosin les anak-anak, orang tua siswa protes. Sebaliknya kalau saya bolosin jadwal kuliah demi jadwal les anak-anak, rasa bersalah terhadap orang tua dan masa depan saya itu gak hilang-hilang.

Itulah kenapa skala prioritas itu dibutuhkan.

Nah, pengalaman lain teman sekelas saya. Dia awalnya mau freelance hanya untuk tambah uang saku, tapi dia ternyata lebih mementingkan pekerjaannya. Akhirnya dia out kuliah, fokus dengan pekerjaannya (padahal saat itu dia hanya tinggal menyelesaikan skripsinya). Satu tahun setelah saya lulus (harusnya dia lulus juga), dia resign dari tempat kerjanya karena tidak ada kemajuan untuk posisi dia di tempat kerja dengan ijazah pendidikan terakhir (SMA).

Nice question! Semoga membantu :)