Seorang sahabat menceritakan lelucon pada temannya yang baru patah hati
Temannya itupun bisa tertawa terbahak-bahak karena lelucon itu sangat lucu.
Selang lima menit si sahabat menceritakan lelucon yang sama pada temannya lagi.
Kali ini temannya itu hanya tersenyum.
Selang sepuluh menit, si sahabat kembali menceritakan lelucon yang sama pada temannya itu,
Kali ini temannya sama sekali tidak tertawa dan bertanya, kenapa sahabatnya mengulang-ulang lelucon yang sama?
Sahabatnya kemudian menjawab : “Bila kamu tidak bisa tertawa berulang-ulang terhadap lelucon yang sama, kenapa kamu bisa menangis berulang-ulang jika mengingat masalah yang sama?”
Kalian pasti sebagian besar pernah mengalami hal semacam ini. Bagaimana menurut kalian? Apakah pendapat si sahabat itu benar atau salah?
Menurut kalian, kenapa otak dan perasaan manusia hanya bisa tertawa pada satu lelucon lalu setelah mengenalinya dia tidak bisa tertawa lagi, sedangkan jika menyangkut kesedihan manusia bisa menangis berkali-kali?
kaka, pertanyaannya bikin pusing tengah malam. tapi bener juga ya, kenapa bisa menangis pd hal yang sama berkali2 tapi tidak bisa tertawa pada hal sama berkali2.
mungkin karena sunah Rasul yang menyuruh “sedikitlah tertawa” hehe
tangisan itu biasanya berasal dari hati, sementara hati itu sangat sensitif, jika dia tersentuh, berkali2, pada hal yang sama…. dia akan menangis bahagia maupun sedih.
sedangkan seperti yang spongebob bilang tawa berasal dari kotak tertawa, jadi bisa aja kotak tertawanya rusak sehingga tidak bisa tertawa berulang2 pda hal sama… kekek *ngaco nih jawaban
maafkan CJ au… lagi agak error.
tapi sih kalau hati ya sensitif jadi lebih mudah menangis, sementara kalau tertawa itu (mungkin) berasal dari logika, jadi tidak bisa diulang2. gitu aja
Benar sih, kalau pun tertawa lagi hanya sedikit tidak antusias seperti pertama. Karena tertawa adalah bentuk komunikasi kepadal orang lain bukan bentuk emosi seperti menangis.
pesan moral dpt dri copas heheh : Kesusahan hari kemarin cukuplah untuk kemarin.
Hidup adalah bagaimana kita mengelola masa sekarang. Lima menit yang lalu sudah mati. Lima menit yg akan datang belum tentu hidup. Jadi, nikmati proses kehidupan ini dengan penuh rasa syukur. Waktu tidak akan bisa kembali.
Setuju dengan pendapat si teman. Harusnya memang seperti itu. Hal yang lalu jadikanlah pelajaran, hiduplah dengan emosi positif yang baru setiap harinya agar hidup lebih bermakna.
Namun secara umum sudah menjadi naluri manusia bahwa menguatkan yang negatif itu lebih mudah dibandingkan melihat yang positif. Menatap pintu yang tertutup lebih mudah dibandingkan menatap pintu yang terbuka, padahal pintu itu bisa jadi salah satu jalan menuju banyak tawa dan kebahagian.
Nice quotes. Harus diakui menjadi seperti itu adalah hal yang cukup sulit. Apalagi kalau posisinya hati benar-benar tersakiti, manusiawi kalau rasa sakit lebih terasa.
:)