1.29K views
0
0 Comments

Seorang sahabat menceritakan lelucon pada temannya yang baru patah hati
Temannya itupun bisa tertawa terbahak-bahak karena lelucon itu sangat lucu.

Selang lima menit si sahabat menceritakan lelucon yang sama pada temannya lagi.
Kali ini temannya itu hanya tersenyum.

Selang sepuluh menit, si sahabat kembali menceritakan lelucon yang sama pada temannya itu,
Kali ini temannya sama sekali tidak tertawa dan bertanya, kenapa sahabatnya mengulang-ulang lelucon yang sama?

Sahabatnya kemudian menjawab : “Bila kamu tidak bisa tertawa berulang-ulang terhadap lelucon yang sama, kenapa kamu bisa menangis berulang-ulang jika mengingat masalah yang sama?”

 

Kalian pasti sebagian besar pernah mengalami hal semacam ini. Bagaimana menurut kalian? Apakah pendapat si sahabat itu benar atau salah?

Menurut kalian, kenapa otak dan perasaan manusia hanya bisa tertawa pada satu lelucon lalu setelah mengenalinya dia tidak bisa tertawa lagi, sedangkan jika menyangkut kesedihan manusia bisa menangis berkali-kali?

0

Setuju dengan pendapat si teman. Harusnya memang seperti itu. Hal yang lalu jadikanlah pelajaran, hiduplah dengan emosi positif yang baru setiap harinya agar hidup lebih bermakna.

Namun secara umum sudah menjadi naluri manusia bahwa menguatkan yang negatif itu lebih mudah dibandingkan melihat yang positif. Menatap pintu yang tertutup lebih mudah dibandingkan menatap pintu yang terbuka, padahal pintu itu bisa jadi salah satu jalan menuju banyak tawa dan kebahagian.

Nice quotes. Harus diakui menjadi seperti itu adalah hal yang cukup sulit. Apalagi kalau posisinya hati benar-benar tersakiti, manusiawi kalau rasa sakit lebih terasa.

:)

You are viewing 1 out of 20 answers, click here to view all answers.
DayNight
DayNight