Tanya lagi, mumpung kesempatan maen di mari. Akhir akhir ini, masuk ke dalam lingkup yang membuat otak bingung.
Ada sebuah novel yang yah ceritanya biasa biasa saja..tapi apresiasi readers nya bejibun. Padahal nilai moral pun tak ada.
sedangkan satu novel lagi penuh nilai hidup yang bermakna, tapi tak satupun readers tertarik membacanya.
jadi intinyaaaaa adalaaahhh lebih laku novel yang tak begitu bagus asalkan readers nya banyak benar??? Saya jadi di buat bingung dan miris dengan ini semua…hohoho kalian seperti itukah??? Jadi sastra dan publisitas itu sangat berbeda sekali
Setujuuuu uhuuuu….
Bukan gak ada nilai moral sih sebenarnya.
Tapi kalau melihat karya berdasarkan sasaran pembaca pasti setiap karya itu punya daya tarik beda-beda.
Misal, ceritanya fokus ke teenlite. Isinya dari awal sampe akhir itu cinta remaja yang terasa so cheesy untuk yang sudah dewasa, tapi kan untuk ABG itu segar sekali. Apalagi kalau bahasanya pakai bahasa anak “gahoel” banget. Makin gandrung tuh ABG yang baca. Lumayan kan mereka bisa keliatan hits kalau tahu istilah anak gahoel di novel.
Tapi untuk dewasa sudah pasti gak bakal diminati. Jujur saya kadang bingung kalau baca teenlite, tulisannya best seller tapi saya cari bagian WAW-nya gak ketemu, apalagi kalau isinya cinta-cintaan mulu dari prolog sama epilog, duh ya, nyari konflik juga gak ada. Entahlah~
Sama halnya dengan novel-novel bergenre lainnya. Setiap penulis punya sasaran masing-masing untuk karyanya.
Dan saya setuju apa yang kau katakan, sastra dan publisitas saat ini jelas berbeda dengan dulu. Kalau duli orang mau publisitas harus bersastra dengan baik, sekarang sastra bukan jaminan, asal ada naskah, ada peminat, dan walaupun dari segi isi belum layak terbit tetap sah-sah saja terbit. Penerbit indie menjamur di mana-mana sekarang. Keren!