Kalian pasti pernah denger peribahasa diatas,karena nila setitik rusak susu sebelanga, artinya kurang lebih karena satu kesalahan hancurlah smua, nah yg mau aku tanya, menurut kalian gimana jika kebaikan kalian yg sudah sebanyak “susu sebelanga” tiba2 rusak oleh kesalahan yg cuma “nila setitik”? Apakah kita enggak layak dapat maaf? Apakah kebaikan yg banyak itu enggak ada artinya?
Makasih sharenya
Kalau orang yang “legowo” pasti menganggap istilah seperti itu gak sepenuhnya benar.
Tapi faktanya memang manusia umumnya lebih memandang rasa sakit dibanding kebahagiaan yang sudah dilakukan.
Intinya sakit sedikit langsung mengeluh panjang lebar, padahal selama diberi kenikmatan gak pernah bersyukur. Itu analogi yang pas sekali menurut saya.
Pas seneng sama-sama di bawa asik. Giliran bikin salah sedikit langsung hilang semua kenangan baiknya. Buruknya aja yang diomongin.
Saya pribadi selama orang itu gak menipu, maksudnya yang bohongin saya, saya masih bisa memafkan. Tapi kalau sudah menipu, duh susah.