1.79K views
0

Mnurut aku membangun karakter itu mudah, tinggal cari referensi lgsg dpt. Tapi utk mempertahankan karakter ini yg susah. Menurut kalian gmn sih mempertahankan karakter di cerita ?

faadicute Answered question 14 Agustus 2018
0

aku kurang ngerti kalo sm kepenulisan, ikutin sarannya kak gita aja ya hehe

0

aku sih hanya penikmat cerita tapi ga bsa bikin cerita wkwkwkwk

nah jawaban kak git dah ok banget tuh,jelas sejelas2nya,,, di tunggu cerita nyaa

0

Hanya penikmat cerita mah jd kurang paham. Nah jawaban dari kak git udah mewakili sekali

0

Daku terpanggil ke sini gara-gara @famelovenda @nini0604 @lovesela .

Halo, @romatbg . Membangun karakter sepertinya mudah, tapi sebenarnya tidak bisa disepelekan. Nah, tingkat kesulitan mempertahankan cerita itu berasal dari cara membangun karakter. Jadi, mari kita kupas dulu bagaimana cara membangun karakter yang benar agar mudah mempertahankan karakter.

Karakter adalah pusat dari cerita karena karakterlah yang membuat pembaca peduli pada cerita. Kalau pembaca sudah peduli, pembaca pasti ingin terus mengetahui apa yang di alami karakter, bagaimana dia memecahkan masalah dan sebagainya. Karakter yang baik itu:

  1. Yang memiliki keingin/hasrat. Artinya, keinginan adalah motivasi yang menggerakkan manusia. Kalau tidak punya keinginan, manusia hanya diam tanpa melakukan sesuatu yang berarti. Itu sebabnya penulis harus memberi karakter dengan keinginan. Yang perlu diingat, karakter harus mempunyai keinginan yang kuat agar pembaca bisa bersimpati. Kalau tidak, akan sangat membosankan. Misal: Karakter tokoh pria mempunyai keinginan yang kuat untuk memiliki seorang istri yang di luar dari bayangan. Yang sederhana, unik, dan gigih yang dia tidak bisa dapatkan dalam kehidupannya yang berada di tingkat atas dengan bangsawan di sekelilingnya. Maka, keinginan dia untuk memiliki sosok istri yang langka yang akan menjadi bahan simpati pembaca.
  2. Karakter harus bisa berubah. Artinya, perubahan sangat penting bagi karakter utama sebuah cerita untuk menciptakan KRISIS dan KLIMAKS cerita. Kalau penulis gagal memberi karakter potensi untuk berubah, maka karakter itu dianggap mudah ditebak dan pembaca pun mudah kehilangan minat padanya. Misal: Saat konflik, karakter tokoh pria bersikeras untuk membuang ayahnya yang kejam karena berniat mencelakai tokoh utama perempuan. Saking kejamnya ayahnya, si pria tidak bisa memaafkan kesalahan dia. Tapi, ada momen di mana tindakan ayahnya ini justru membuat si pria ini mau memaafkan ayahnya.
  3. Bangun setidaknya satu karakter unik untuk ciri khas. Artinya, karakter yang memiliki ciri yang khas akan lebih melekat di hati pembaca karena poin itu yang akan terus diingat dalam diri karakter. Misal: Karakter tokoh perempuan punya kecenderungan menggoyangkan atau mengetukkan kakinya saat dia gugup. Atau si perempuan berjalan dengan sedikit pincang karena saat kecelakaan kaki kirinya cedera. Atau si pria yang suka memintir telinganya saat tidur. Atau si pria yang cenderung takut pada suara mobil berdecit karena trauma.

Nah, 3 poin di atas kalau diterapkan akan mempermudah penulis untuk mempertahankan karakter dalam cerita. Karena dia akan mengingat dengan tanpa ragu bagaimana karakternya memiliki sifat dan perilaku tertentu yang membuat penulis bisa mengingatnya dengan mudah.

Untuk membantu, coba tanyakan pertanyaan ini saat kamu mulai membangun karakter agar tidak mudah melupakan bagaimana harus mempertahankan karakter:

Seperti apa karaktermu? Bagaimana cara berpikirnya? Sifatnya? Pandangannya? Apa yang disukai dan tidak disukaina? Apa harapanna? Ketakutannya?

 

Apakah coretanku cukup membantu? Sukses buat menerapkannya ya. Semangat. :semangatyangmembara

Wuiihh miss kagita hebatt,klo aq mah taunya baca ajha,,,,

Wah makasih infonya kak ?

0

penjelasan dari kagita uda menjawab semua esensi dari mempertahankan sebuah karakter.

aku nambahin sedikit dari sudut pandangku :

perlu konsistensi dari sifat, latar belakang, kebiasaan si karakter yang muncul dalam adegan2 cerita.

selain itu, karakter diusahakan jangan terlalu sempurna (bahasa kepenulisannya sering disebut Mary Sue (untuk cewe) atau Gary Stu (untuk cowo)) karena karakter yang terlalu perfect itu bisa membuat cerita stagnan.

seimbangkan kelebihan dan kekurangan karakter sehingga terasa down to earth atau manusiawi. karena dengan adanya kekurangan tersebut, si karakter masih memiliki ruang untuk development atau berkembang ke arah yang lebih baik dan tentunya membuat cerita / fiksi terasa lebih dinamis dan ada harmoninya (kadang serius, kadang lucu, kadang bikin baper/sedih, kadang konyol, etc)

DayNight
DayNight