Standar? Gimana ya.
Bertahap sih. Dari waktu ke waktu berubah. Saya suka baca dari SD. Itu masih standarnya bacaan majalah bobo dan sejenisnya. Begitu awal SMP, dongeng dan legenda. Sampai akhir SMP, sudah mulai merambah ke novel teenlit. SMA ganti chicklit. Sedangkan, zaman kuliah buku-buku khusus sastra Inggris.
Nah, karena sekarang kerjanya sebagai editor, standar sudah mulai tinggi. Pastinya untuk diksi, alur, setting, gaya bahasa, dan sebagainya tiap-tiap genre cerita ada porsinya masing-masing. Jadi, karena sudah terbiasa sensitif dan peka dengan standar cerita, saya cenderung pemilih. Novel yang bergenre teenlit, sudah tidak bisa menikmati lagi. Chicklit pun terkadang masih suka pilih-pilih. Kalau dijelaskan detail standar fiksi saya seperti apa terlalu rumit. Hihihih.
Satu novel apa ya? Terakhir sih, yang favorit banget itu novel Negeri Para Roh karya Rosi L. Simamora. Novelnya bercerita tentang kisah nyata kru Jejak Petualang yang melakukan syuting di Timika yang dijuluki negeri para roh yang berakhir kameramennya hilang hingga sekarang. Menuliskan kisah nyata dalam bentuk fiksi itu benar-benar tidak mudah. Tapi, novel ini membuktikan penulisnya bisa menulis dengan sangat baik. Dari diksinya yang sastra banget, alur yang tidak biasa, filosofi yang dihadirkan, pesan moral yang diselipkan, dan lain-lainnya benar-benar bagus. Novel ini berkualitas. Recommended.
Kalau penulis, saya lebih suka penulis jadul. Dari lokal, ada Hamka, Abdul Muis, dan penulis-penulis sastra lama. Lalu, yang mulai modern ada Pipiet Senja, Gola Gong, Asma Nadia, dan penulis satu angkatan lainnya. Kalau dari luar, saya suka William Shakespeare, Charles Dickens, Agatha Christie, Sandra Brown, dan ada beberapa lagi.
Biasanya kalau yang udah bergelut didunia sastra kaya gitu. Selera diksinya yang berat. Kak, bisa sebutin satu novel yang paling kaka suka? Sama penulis yang kaka suka. Maksih loh.