adakalanya orang menyamakan arti emphaty dengan simpati padahl itu agak sedikit berbeda. Simpaty itu bisa diajarkan sedikit demi sedikit agar memiliki rasa peduli terhadap sesama ,Sedang Empaty perasaan yang timbul karena sebuah dorongan dalam diri kita karena ikut merasakan apa yang orang rasakan. Secara detail sudah dijelaskan oleh@Author4 y pan
Sebelum menjawab ini, ada baiknya kita memahami apakah definisi dari empati itu?
Empati sering dianggap sama dengan simpati. Secara konsep empati agak berbeda sedikit dengan simpati. Keduanya memang menunjukkan perasaan atau kondisi kejiwaan seseorang, namun demikian ada perbedaan; simpati berpadanan kata dengan ‘feeling with’ sementara empati adalah ‘feeling in’ atau lebih dalam dari sekedar simpati.
Simpati adalah suatu proses dimana seseorang merasa tertarik terhadap pihak lain, sehingga mampu merasakan apa yang dialami, dilakukan dan diderita orang lain.
Empati merupakan kemampuan naluri alami untuk meletakkan diri sendiri dalam posisi orang lain dan menghayati pengalaman tersebut. Dengan bahasa yang lain empati adalah kemampuan naluri alami seseorang untuk ikut merasakan atau menghayati perasaan dan pengalaman orang lain.
Secara naluriah anak sudah mengembangkan empati sejak bayi. Awalnya empati yang dimiliki sangat sederhana, yakni empati emosi. Misalnya pada usia 0-1 tahun, bayi bisa menangis hanya karena mendengar bayi lain menangis, barulah di usia 1-2 tahun, anak menyadari kalau kesusahan temannya bukanlah kesusahan yang mesti ditanggung sendiri. Walaupun demikian, rasa empati pada anak harus diasah. Bila dibiarkan rasa empati tersebut sedikit demi sedikit akan terkikis walau tidak sepenuhnya hilang, tergantung dari lingkungan yang membentuknya.
ada 3 (tiga) karakteristik kemampuan empati yaitu :
- Mampu menerima sudut pandang orang
- Memiliki kepekaan terhadap perasaan orang lain
- Mampu mendengarkan orang lain
Meskipun empati merupakan naluri dasar yang sudah dihadiahkan kepada manusia bahkan sejak manusia lahir, kemampuan empati ini harus selalu dilatih dan diasah
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan agar kemampuan empati kita terbentuk, antara lain :
1. Rekam semua emosi pribadi
Setiap orang pernah mengalami perasaan positif maupun negatif, misalnya sedih, senang, bahagia, marah, kecewa dan lain sebagainya. Pengalaman-pengalaman tersebut apabila kita catat atau rekam akan membantu kita memahami perasaan yang sama saat kondisi tertentu menjumpai kita kembali.
2. Perhatikan lingkungan luar (orang lain)
Memperhatikan lingkungan luar atau orang lain akan memberikan banyak informasi tentang kondisi orang di sekitar kita.
3. Dengarkan curhat orang lain
Mendengarkan adalah sebuah kemampuan penting yang sering dibutuhkan untuk memahami masalah atau mendapatkan pemahaman yang lebih jelas terhadap permasalahan yang sedang dihadapi orang lain.
4. Membayangkan apa dirasakan orang lain dan akibatnya untuk diri kita.
Membayangkan sebuah kejadian yang dialami orang lain akan menarik diri kita ke dalam sebuah situasi yang hampir sama dengan yang dialami orang tersebut. Refleksi keadaan orang lain dapat membuat kita merasakan apa yang sedang dialami orang tersebut dan mampu membangkitkan suasana emosional.
5. Lakukan bantuan secepatnya.
Memberikan bantuan atau pertolongan kepada orang-orang yang membutuhkan dapat membangkitkan kemampuan empati. Respon yang cepat terhadap situasi di lingkungan sekitar yang membutuhkan bantuan akan melatih kemampuan kita untuk empati.
Jadi kesimpulan author, empati adalah naluri alami yang dimiliki oleh manusia sejak lahir tetapi akan tenggelam kalau tidak dilatih, karena itu kita harus terus melatih kepekaan sosial kita supaya naluri berempati kita tidak hilang
Sebagai makhluk sosial, manusia memiliki insting alami untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Tahap paling sederhana adalah modelling atau pengamatan terhadap lingkungan sekitar.
Aku setuju bahwa empati itu lahirnya dari dalam diri, semua manusia memilikinya secara naluriah sebagai bagian dari kemampuan dasar yg dibawa sejak lahir. Tapi kemampuan itu akan sangat terpengaruh oleh situasi sosial di sekitarnya. Jadi besar kecilnya kemampuan empati yg dimiliki setiap org nggak akan sama satu sama lain.
Jadi kedua pilihan di atas itu benar dan saling melengkapi. Empati lahirnya dari dalam diri, tapi perkembangannya sangat dipengaruhi oleh proses belajar sejak kecil hingga saat ini. Empati bisa ditumbuhkan dan dipelajari. Tapi seiring bertambahnya usia, perkembangannya nggak akan terlalu signifikan.
Ibaratnya ada dua org yg ingin ditumbuhkan sisi empatinya, yang satu masih balita dan yg lain sudah remaja, yang balita tentu lebih mudah dibentuk sesuai dengan keinginan. Itulah kenapa kita sering dengat bahwa bayi atau anak2 itu kayak kertas kosong yang sangat peka, apapun yg kita tanamkan padanya akan dibawa sampai nanti dia cukup dewasa untuk menentukan sebaliknya.
Kepribadian manusia itu diibaratkan karet, bisa merentang atau menyusut sesuai dengan situasi dan kondisi, semua itu sangat dipengaruhi faktor eksternal dan internal dari dalam diri. Misalnya kayak tingkat pendidikan, interaksi dengan orang tua, pergaulan, teknologi di sekitarnya, dll.