Wahh, teh. Kendalanya teteh di sini karena rasa tidak enaknya itu ya. Ini yang perlu diatasin dulu, teh. Bagaimanapun, teteh di sini posisinya sebagai atasan. Dan saya rasa karena hubungan teteh dan pegawai seperti itu artinya kerja teteh konsepnya tidak formal ya, teh? Ehh? Bener ya?

Kalau gitu masalahnya, pertama memang harus bersikap profesional dulu dengan menghilangkan rasa tidak enaknya. Tapi, bukan berarti denfan begitu, teteh harus bersikap layaknya bos galak ya. Menurut saya, lebih efetif melakukan pendekatan sebagai bos baik yang sikapnya seperti “teman”.

Berhubung pegawai teteh juga usianya lebih tua, teteh tegur pegawainya dengan cara “bos yang membeberkan permasalahan bisnis di dalam forum rapat dengan pegawai”. Tapi, lakukan cara ini seolah-olah teteh curhat ke temen teteh. Untuk pembukaan, teteh bisa kasih pujian untuk kinerja baiknya (walaupun hanya sebagian kecil) karena sedikit pujian dari atasan itu sangat berarti untuk si pegawai. Lalu, teteh sambung dengan curhat teteh. Misal, teteh bisa bilang “aku bingung nih di bagian pemasaran kok ini jaannya jadi begini ya”, “aku gak ngeh kenapa customer ini bisa sampe compain begini ya”, “perasaan bulan lalu pendapat segini, kenapa bulan ini jadi berkurang keuntungannya ya”, dll. Cara ini bisa membuat pegawai dihargai (karena dilibatkan dalam persoalan bisnis atasannya yang artinya posisi dia cukup penting buat atasannya) selain pegawai juga kesentil dengan kalimat tersirat teteh.

Jadi, ambil tindakan dengan tegas dengan kesan halus, teh. Semoga dengan begitu, pegawainya bisa ngerti ya, teh.