@Liyan -Lyan, ini bukan tulisan tangan kan?
Soalnya untuk tulisan tangan juga aku sering mengalaminya, sebel tulisanku kayak cakar ayam dan makin sebel kalo lihat tulisan cowok yang lebih bagus dan rapi dari tulisanku :PATAHHATI
Walaupun aku masih amatiran bangeeeeeetttt dalam hal menulis tapi aku pernah merasakan hal itu, rasanya memang sangat menyebalkan dan bener banget sangat mempengaruhi mood menulis.
Btw, alasan bencinya karena cerita atau tulisan kita kelihatan flat dan susah nemuin ide, bukan? Writer’s block?
Yang aku lakukan biasanya stop menulis dulu. Kalo dipaksain bisa berabe. Aku coba cari kesibukan lain yg menghibur, yang bisa memunculkan ide baru dan gairah untuk menulis.
Kalo menurut penulis yang handal mah ini yang harus dilakukan,
1.Segarkan pikiran dan tubuh
Terlalu lama berada di depan komputer, berpikir dan menuangkan gagasan ke dalam tulisan, membuat otak menjadi lelah. Jika sudah begitu, sebaiknya Anda tidak memaksakan diri untuk menulis di depan komputer. Pergilah keluar, cari udara segar. Ketika kembali, otak akan menjadi lebih segar dan siap untuk bekerja.
Bukan cuma pikiran, tubuh pun perlu disegarkan. Tinggalkan tulisan Anda sejenak untuk mandi. Sehabis mandi, tubuh akan terasa segar dan siap menulis kembali. Keadaan lapar juga membuat kita sulit berpikir, mencari kata dan kalimat untuk dituliskan. Berhentilah sejenak untuk makan. Setelah perut terisi, Anda punya cukup energi untuk menulis. Hal-hal seperti ini kelihatannya sepele, akan tetapi berdampak besar bagi seorang penulis.
2.Ciptakanlah tempat menulis yang nyaman
Ruang tempat menulis sangat mempengaruhi produktivitas seorang penulis. Jika Anda mempunyai ruang ber-AC mungkin itu akan terasa lebih nyaman ketimbang sebuah kamar kecil yang pengap. Di kantor, saya mempunyai sebuah kursi dan meja kerja dengan komputer desktop di atasnya. Di sebelahnya ada satu set sofa yang sudah lama dan tidak terlalu bagus. Namun, dengan menggunakan laptop, sofa itu jauh lebih nyaman untuk menulis dan mengedit ketimbang meja kerja yang ada. Intinya, ciptakanlah ruang tempat Anda menulis senyaman mungkin.
Kita juga dapat sewaktu-waktu pergi ke kafe atau restoran, lalu menulis di sana. Saat ini ada banyak kafe atau restoran yang dengan sengaja menambah fungsi mereka, bukan hanya untuk makan dan minum, melainkan juga untuk bekerja dan mencari inspirasi. Mereka menyediakan layanan internet gratis, walaupun sebenarnya tidak gratis, karena kita harus membeli makanan atau minuman mereka. Cara ini memang membutuhkan biaya ekstra. Karena itu, saya tidak menyarankan Anda melakukannya setiap hari. Cukup sekali-sekali saja Anda melakukannya demi menciptakan ruang kenyamanan yang berbeda.
3.Carilah waktu terbaik untuk menulis
Setiap penulis mempunyai waktu terbaiknya untuk menulis. Tentu, waktu itu berbeda antara seorang penulis dengan penulis lainnya. Anda dapat mempelajari kapan Anda merasa lebih lancar menuangkan ide ke dalam tulisan, misalnya, pagi hari, siang hari atau malam hari. Berdasarkan pengalaman, waktu terbaik saya menulis adalah pagi hari, beberapa saat setelah bangun tidur, ketika otak masih segar. Pelajari waktu terbaik Anda dalam menulis, dan menulislah secara rutin pada waktu itu.
4.Asahlah kemampuan menulis Anda
Mengasah kemampuan adalah hal yang sangat penting bagi seorang penulis. Menulis bukan sekedar merangkai kata. Menulis adalah seni yang harus didukung dengan teknik yang baik. Pelajari struktur sebuah kalimat efektif, peta/map sebuah paragraf dan jenisnya, kalimat transisi, headline yang menarik, dan lain sebagainya. Anda ingat pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama dulu? Pelajarilah kembali bahan-bahan pelajaran tersebut. Itu menjadi dasar yang sangat penting untuk mengasah kemampuan menulis.
5.Carilah informasi tentang topik yang sedang Anda tulis
Salah satu sebab mengapa otak terasa “blank” ketika menulis adalah kurangnya informasi tentang topik yang akan ditulis. Informasi itu bisa didapat dengan berbagai cara. Membaca adalah cara utama yang bisa dilakukan. Membaca adalah pekerjaan wajib seorang penulis. Dari tulisannya kita bisa mengetahui apakah penulis membaca banyak buku atau tidak.
Selain membaca, diskusi dengan teman yang memahami topik tulisan Anda akan sangat berguna. Diskusi itu bisa dilakukan dengan berdialog, bisa juga di-share di media sosial seperti facebook, kompasiana atau milis. Tidak perlu tulisan final yang sempurna yang di-upload, draft tulisan pun dapat diperlihatkan dan didiskusikan. Justru, dengan masukan dari berbagai pihak dapat digunakan untuk menyempurnakan tulisan kita.