kadang kala aku merasakan sesuatu ketidakadilan ketika menemui beberapa paradigma di masyarakat yang suka cepat menarik kesimpulan dan menepuk rata tanpa mengenal terlebih dahulu contohnya saja misal : ayahnya seorang penjudi dan pemabuk terus anaknya di cap oleh masyarakat memiliki sikap serupa dgn ayahnya di dukung dgn istilah jika buah tak akan jatuh jauh dari pohonya…
jujur aku pribadi paling ndak suka dgn paradigma bigini krn tiap manusia terlahir dgn kehendak bebas dimana ia mampu menentukan langkah kakinya sendiri jadi belum tentu jika ayahnya penjahat maka anaknyapun juga penjahat bisa jadi malah anaknya merupakan penegak hukum..
jadi mengapa harus menjauhi atw mengucilkan si anak yang tidak memiliki kesalahan apapun…
sama hal yang kaya anak yg lahir di luar nikah pasti akan mendapat cemooh pdhl ia tak melakukan kesalahan apapun dan yg salah adalah org tuannya yg tak mampu menjaga nafsu klo boleh milihpun mana mau dia terlahir dgn keadaan seperti itu…
tapi heran tetap aja ia di pandang sebelah mata…
jujur kadang aku merasa miris krn berasa org yg tk bersalah jadi semacam ikut2 an terseret atw bahkan terkambing hitamkan…
dan menurutku ini merupakan satu bentuk ketidakadilan?
Klo menurut kalian gimana?
Sudah tentu gak setuju dengan hal itu. Buat saya pribadi itu bagian dari tindakan amoral. Lalu mereka-mereka yang suka cap buruk orang lain itu suatu saat anaknya akan dicap anak tukang gosip. Wah, gak selesai-selesai nih.
Salah satu pantangan utama dalam pembahasan mengenai psikologi anak adalah “labeling”.
Jangankan mendapat cap sekasar itu, walaupun orang tuanya baik-baik tapi anak disebut “nakal” atau “tidak tahu aturan”. Intinya yang negatif-negatif, itu 90% menjadi sugesti untuk mereka melakukan hal itu.
Sama kasusnya dengan anak yang dilabeling sama dengan keburukan orang tuanya. Anak yang mentalnya masih rapuh dihujani tuduhan semacam itu, sudah pasti goyah sana-sini. Makanya untuk menghindari hal itu anak butuh didampingi orang dewasa yang tepat.
Lingkungan memang bertanggung jawab, tapi peranan yang lebih penting itu dipegang keluarganya. Bagaimana cara keluarga untuk membantu anak mengatasi hal itu. Kita gak bisa memaksa seluruh dunia memahami kita karena hukumnya sudah seperti itu.
Lingkungan punya peran penting dalam membentuk kepribadian anak, tapi keluarga punya peranan yang lebih besar untuk membantu anak kembali pada porosnya.
Salah satu saudara jauh saya, ayah dia pencuri kelas kakap. Anaknya dilabeling gitu sama orang-orang. Hebatnya pas SD anaknya bilang sama saya kalau dia mau jadi Ustadz buat buktiin kalau anak maling pun gak ada halangan untuk jadi ustadz. Sekarang dia kelas 3 SMA dan fokus menuntut ilmu agama. Saya salut sama ibu dan anggota keluarga besar saya yang selalu support dia.
Aku juga tidaka setuju dengan orang yang berpikiran seperti itu dan buatku yang percaya bahwa tiap orang berhak mendapatkan kesempatan kedua, pemikiran kayak gitu justru terlalu sempit. tapi kita juga ga bisa menyalahkan orang2 yang punya pemikiran kayak gitu, ya. Mungkin saja mereka berpikir kayak gitu krn mereka mencoba mengantisipasi kejadian yang serupa terjadi.
Intinya sih ini bisa jadi pembelajaran bersama untuk berpikir lebih jauh lagi sebelum melakukan tindakan karena imbasnya bukan hanya ke dia saja tapi bisa ke keluarga, keturunan bahkan ke masayrakat sekitar. :GOOOAWAY
Sama, Rina juga gak setuju. Itu pemikiran yang kolot dan sempit. Menilai tanpa mau mengenal jauh.
Tapi seperti yang banyak dikatakan teman – teman. Hal semacam itu tidak bisa dihindari dan dicegah.
Masyarakat itu seperti kamera pengintai yang selalu mengawasi gerak – gerik kita, hal ini bisa jadi baik karena bisa menjadi filter tersendiri, mencegah kita melakukan kesalahan karena takut digunjing. Tapi masyarakat juga bisa jadi momok mengerikan bagi orang – orang yang mudah putus asa. Tekanan dan penghakiman dari masyarakat terasa sangat mengerikan bukan? Disinilah peran keluarga untuk menguatkan. Karena mustahil kita membungkam mulut dan mengontrol pikiran masyarakat luas kan? Jadi semuanya balik lagi bagaimana orang tersebut menyikapi masalah.
Di dunia ini tidak ada yang benar benar baik ataupun jahat (salah) kok. Pasti ada hikmah dari kejadian terburuk sekalipun.
Betul sekali….kadang-kadang di masyarat memang masih banyak yg kayak gini. Padahal anak lahir kedunia bagai kertas putih, gak ada sangkut pautnya dengan dosa orang tuanya.
Miris sekali jika anak yg tidak tau apa-apa harus ikut jadi korban, karna orang tuanya yg salah langkah. Padahalkan dia juga gak bisa milih mau di lahirkan di kluarga seperti apa. Menjadi orangtua itu pilihan, tp menjadi anak itu takdir. Tuhan yg menentukan takdir kita. Jadi alangkah baiknya klo kt tdk ikut menghakimi si anak ini.
iya betul
cj juga setuju sama kamu
kurang adil rasanya menjudge seorang individu hanya karena pendahulunya buruk atau baik
ada kok anak kiyai yang tidak mengikuti kebaikan ayahnya
ada kok anak aparat yang tidak mengikuti kebaikan ayahnya
jadi baiknya mari jangan menjudge individu berdasarkan hal itu saja