hm.. kali ini untuk yang pertama kalinya Chika ingin bertanya , Chika tahu topik ini dulu pernah diangkat oleh salah satu author PSA , tapi kini Chika ingin menganggkat nya lagi .
disana ada yang bilang:
lebih baik berjalan dijalan yang gelap sekali asal tangan kita berpegangan dengan seorang sahabat ,dari pada berjlan dijalan yang terang benderang dan ramai namun kita berjalan seorang diri.
dan juga ada yang bilang :
Kampret itu adalah saat loe berusaha menutupi-nutupi kejelekkan dia dihadapan semua orang ,ternyata dia malah nyebar-nyebarin kejelekkan loe dibelakang loe .
tidak ada artinya punya teman dengan jumlah yang banyak ,namun mereka menghilang saat kita butuh , lebih baik punya teman sedikit tapi mereka tetap menemani kita saat kita sennag maupun susah.
sahabat kadang menjadi orang yang paling dekat dengan diri kita dibanding keluarga kita , nah..Chika mau tanya , apa point penting kalian , apa ujung tombak kalian sehingga kalian merasa bangga saat bilang.
” dia adalah sahabatku ?”
apa yang membuat kalian akhirnya mengucapkan kalimat itu ?
dan apa yang akan kalian lakukan jika untuk yang kesekian kalinya kalian lagi dan lagi di khianati oleh orang yang kalian beri label ” teman ” itu ?
sebelum dan sesudahnya Chika ucapkan terima kasih ^^
Aku boleh cerita?
Aku anggap boleh ya hihi
Aku punya ‘teman’ yang sempat aku kasih label ‘sahabat’ aku berteman dg org itu udah cukup lama. Kenal saat usia kami 8 tahun, saat itu kami berteman tp tidak terlalu dekat. Tp setelah masuk SMP-SMA dan ditempatkan dikelas yg sama. aku dan org itu baru mulai dekat. Kalo dihitung2 sejak kedekatan itu sampe sekarang udah 8 th lamanya. Dan baru 1/2 th yg lalu aku kasih label dia ‘sahabat’ tp sptnya aku harus kecewa krn sikap dia berubah total. Bisa dibilang dulu teman rasa sahabat tp 1/2 th yg lalu sahabat rasa teman? Atau entah apa, krn waktu itu aku merasa tdk dipentingkan olehnya. Diabaikan, dan dia jg menghindar. Entah krn apa, mungkin aku ada salah yg g aku ketahui, dan dia jg g ngejelasin, aku berusaha tanya sllu menghindar dan kelihatan malas bicara sm aku. terus aku diemin dan baru sekitar 1 bulan lalu dia mulai ngajak komunikasi. Komunikasi kami mulai membaik. Aku g coba mengungkit alasannya krn hubungan mulai membaik aja bagi aku udah cukup. Dan sekarang aku g berani sebut lagi dia ‘sahabat’menurutku itu mengikat. Kalo mjd teman lebih baik, knp harus mjd sahabat.
Sorry sorry sorry garing dan epanjangan hahaaa
jika dikhianati aku akan ‘flashback’.
Kesalahannya, warna gelapnya… adalah saat ini. Ingat, sebelumnya perlakuan apa aja yang udah dia coba beri untuk membuat bahagia aku sebagai temannya.
pertimbangkan baik-baik. Banyak warna gelap atau warna terang. Jika didepan mata sudah tertutup warna gelap, memang akan sulit untuk melihat warna terang.. yg mungkin aja dibelakang lebih dominan.
Jadi aku sllu mengingatkan diri sendiri… apa iya perteman rusak hanya krn masalah saat ini? Sampai sejauh ini hubungan pertemanan bisa baik krn hebat menyelesaikan setiap masalah, apa kali ini g bisa? Apa g sayang kalo putus pertemana? hilangkan pikiran ‘masa aku terus yg mengalah’.
Tdnya aku mau pake petumpamaan warna putih-hitam untuk baik-buruk tp…ayolah hitam tdk buruk. itu warna faforite, bagaimana bisa aku menyebutnya buruk. hitam tak selalu gelap. Gelap, tak selalu hitam. Apalaaaaaah ini hahaaaa :D
“Dia adalah sahabatku”
Bagiku kalimat itu semacam reward yang tentunya gak mudah aku dapatkan. Ada banyak suka duka yang kami lewati sampai salah satu mengatakan kalimat itu.
Apa yang akan saya lakukan kalau ‘sahabat’ mengkhianati saya? Saya hanya akan tersenyum dan memperbaiki diri. Mungkin memang ada suatu hal dalam diri saya yang membuat dia berkhianat. Tapi ketika saya sudah introspeksi diri dan tak merasa ada yang salah, maka sepertinya sayalah yang salah melabeli dia sebagai sahabat. Mungkin dia hanyalah sosok teman yang sengaja menyerupai sahabat, atau bisa jadi dia memang sosok yang sengaja disisipkan dalam hidup kita untuk memperkuat mental kita ke depannya. Positive thingking.
Sebelumnya maaf klo dalam sharing ini saya agak berbeda… terusterang saya tidak mempercayai 100% persahabatn, walaupun nantinya ada yang bilang suami n istri pun menjadi sahabat, tp hanya Tuhan YME lah yang bisa saya percaya jadi sahabat sejati, karena selama mereka sesama manusia, sudah alaminya ada sifat yg negatif, jadi selama ini saya hanya berteman baik, tp tidak berani mengucapkan sahabat sejati, takut terjadi pengingkaran janji dari seorang shabat sejati.
Sahabat. Dia yg ga segan negur kalau salah. Yg bahagia ketika kita bahagia, turut merasa sedih ketika kita sedih. Membantu kita untuk bangkit ketika terpuruk. Tetap komunikasi wlw jarang bersua. Tetap ‘gokil’ketika berjumpa. Org yg paling bisa baca perasaan kita dari gestur tubuh/ isyarat kita. ❤