Adakah seseorang dari masa lalumu yang berhak menerima permintaan maafmu?
Beranikah kamu meminta maafnya sekarang?
Ada, saya akan sedikit bercerita
aku mencintai Ayahku. Sangat mencintainya. Tapi saat aku kecil aku tidak pernah mengijinkan ia menemuiku di sekolah atau tempat ngaji, aku malu karena pekerjaannya hanyalah seorang supir angkot dan kuli batu musiman. Aku benci diejek teman-temanku perihal pekerjaan ayah. Ayah dengan tubuh tambun itu selalu tersenyum ramah. “Iya nak biar ibu saja yang datang” setiap aku bilang tentang acara pertemuan orang tua di sekolah atau di tempat aku mengaji. Aku tidak pernah mau mengakuinya sebagai ayahku. Hingga beberapa tahun kemudian aku mulai menyadari kasih sayangnya. Ia yang hujan-terik selalu mengupayakan sesuap nasi bagiku. Pernah aku meminta sepeda, dalam hati aku sangat menginginkan hadiah itu tapi aku hanya diam. Aku tidak mau merengek. Tiga tahun kemudian ayah membelikanku sepeda Polygon, dengan uang tabungannya, saat itu harganya 1.200.000. Dia pulang ke rumah dengan senyum lebar, begitu lebar, “Dhe, ini sepeda barumuuuuu, sekolah yang rajin ya!” Aku ingin sekali meminta maaf padanya, saat ini juga tentang semua kesalahan-kesalahanku. Tapi aku yang bodoh ini ternyata tidak diberi kesempatan oleh Tuhan. Ternyata Tuhan lebih menyayanginya.:ASIA :ASIA
Bagaimana dengan mu…
Ada…
Waktu aku baca ceritamu aku juga teringat dulu aku juga pernah ngalamin hal yang kurang lebih mirip dengan ceritamu tetapi untungnya aku sadar dan pikir kenapa mesti malu diejek teman karena kerjaan ayahku, ayahku kan jujur kerjaannya dan pastinya untuk kebaikan kita. Kecuali kalau kerjaannya mencuri atau hal2 jahat baru kita boleh malu, tapi ini bukan sehingga aku tidak peduli jika ada yang mengejek. Menurutku wajar aja anak kecil malu terhadap orang tuanya karena dia masih tidak tahu apa2 dan tidak mau diejek temannya tapi seiring berjalannya waktu dia pasti akan sadar bahwa hal itu sebenarnya salah dan harusnya dia bangga dengan ortunya yang bekerja keras untuknya…