Melihat 9 pertalian (thread) balasan
  • Penulis
    Tulisan-tulisan
    • #106771
      Andyan21
      Peserta

      LOMBA CERPEN MISTERI
      “MENCARI DEWI”
      OLEH : ANGGITA LESTARI
      PART 1

      Kamis Malam
      Disaat orang lain sudah terlelap dalam mimpi indahnya, disini aku masih terjaga dengan lelahnya. Penyakit insomnia ini sudah seminggu terakhir datang menghampiriku. Tepatnya setelah kejadian itu. Sebenarnya aku pun tak mau terjaga semalaman sedangkan besoknya harus beraktivitas seperti biasa. Sungguh itu sangat melelahkan. Tapi entahlah rasanya mata ini sulit untuk terpejam dan alam mimpi pun seakan enggan mengunjungiku.
      Ini semua terjadi karena kejadian yang kulihat saat itu. Pernahkah kalian melihat seseorang yang kau yakini berperan sebagai teman dalam kehidupanmu, diseret rambutnya oleh orang tak dikenal tepat di depan matamu? Pasti sulit untuk dilupakan bukan? Dan itulah yang terjadi padaku.
      Kejadian itu terjadi Kamis malam tepat seminggu yang lalu. Aku yang baru selesai kuliah malam rencananya akan langsung pergi menuju kamar asramaku. Ya asrama karena universitasku memang menyediakan fasilitas asrama. Letaknya berada di belakang gedung utama. Asrama putra dan putri berhadapan yang ditengahnya terdapat perpustakaan besar tempat para mahasiswa mencari buku. Karena letak kelasku berada di gedung B yang dekat dengan perpustakaan, akhirnya kuputuskan untuk mengembalikan buku yang kupinjam terlebih dahulu.
      Aku berjalan sendirian di lorong menuju perpustakaan. Tiba tiba kulihat ada seseorang yang sepertinya tengah menyeret sesuatu. Orang itu mengenakan jubah hitam sehingga wajahnya sulit dikenali. Kutajamkan penglihatanku. Astaga ternyata dia sedang menyeret seseorang. Terpatnya perempuan karena rambutnya yang panjang itu yang menyeret tubuhnya. Perempuan itu diam tak bergerak layaknya sebuah phantom yang biasa kugunakan untuk praktek di lab keperawatan.

       
      BRRAAAKKK!!

      “AAAARRRRRRGGGHHHH….”

       

      Karena shock, tak sengaja buku bukuku terjatuh dan aku pun berteriak sekencang mungkin.

      Tapi orang itu tenang tenang saja dan terus berjalan sampai perlahan menghilang menuju gudang di area belakang perpustakaan.
      Tak lama kemudian banyak orang yang menghampiriku. Aku yang masih shock di dudukan di kursi depan perpustakaan kemudian di beri sebotol air untuk kuminum.

      Ku lihat ada beberapa anak perempuan dan laki laki. Setelah melihatku tenang mereka pun mulai menanyakan apa yang terjadi sehingga membuatku berteriak ketakutan seperti tadi.
      “Sudah enakan? Bagaimaba perasaanmu sekarang?” pertanyaan pertama datang dari kak Suci penjaga perpustakaan sekolahku.

      Sedangkan yang lain terlihat hanya terdiam memperhatikanku dengan seksama.

       

      “Sudah lebih baik kak” jawabku. Sungguh perasaanku sudah lebih tenang sekarang. Hanya saja bayangan tentang kejadian tadi masih membuatku bergidik ngeri.
      “Sebenarnya ada apa ini? Kenapa kau berteriak seperti tadi?”
      Aku pun menceritakan apa yang kulihat tadi kepada mereka. Setelah mendengar penjelasanku, beberapa anak laki laki mulai mencari apakah ada jejak dari orang yang kulihat tadi.

      Mereka menyusuri mulai dari area perpustakaan sampai ke bagian belakang menuju gudang. Tapi hasilnya nihil tidak ada apa apa. Seolah olah apa yang kulihat hanya halusinaku saja. Tapi itu tidak mungkin karena aku yakin melihatnya dengan jelas dan bukan halusinasi karena aku dalam keadaan sadar.
      “Seperti apa orang yang kau lihat tadi Ya?” kali ini Andrew yang bertanya. Dia merupakan ketua asrama putra.
      “Aku tidak melihat pelakunya dengan jelas. Dia memakai jubah hitam. Sehingga sulit untuk mengetahui apakah dia laki laki atau perempuan. Wajahnya pun tak terlihat. Aku hanya melihat jelas perempuan yang diseretnya.” jelasku panjang lebar.

      Mereka yang berada disini sepertinya mulai tertarik dengan penjelasanku.
      “bisa kau deskripsikan perempuan itu?” tanyanya lagi. Kali ini wajahnya terlihat serius sekali. Kulihat semuanya menatapku dengan wajah yang tegang.
      Kutarik nafasku kuat kuat, dan kuhembuskan perlahan.
      “Dia perempuan dengan rambut panjang yang sepertinya berwarna coklat entahlah aku tak melihat jelas. Dia memakai dress berwarna peace sepertinya selutut. Ah ya dia juga memakai jam tangan berwarna emas tapi aku tidak tahu mereknya apa. Dan dia memakai kalung berbentuk hati lalu….”
      “ASTAGA!”

       
      Penjelasanku terpotong karena pekikan keras dari Lina. Salah seorang teman yang tadi satu kelas denganku. Semua perhatian langsung teralihkan padanya.
      “Kenapa Lin?” seseorang menanyakan pertanyaan yang tercetus dari semua orang yang berada di sini.
      Lina masih menatap ke depan dengan pandangan horrornya.
      “itu.. Dari ciri cirinya, dia pasti Dewi. Yah dia, karena dari tadi aku memang belum melihatnya. Dia tadi izin kepadaku akan mengikuti kelas malam pukul 8. Tapi dia tadi keluar pukul 7 dan sampai sekarang belum kembali. Dia memakai dress berwarna peace. Dan.. Dan..” Lina tak melanjutkan ucapannya karena tiba tiba dia jatuh pingsan.

       
      Semua orang menjadi panik. Kinta dan Sofie teman segengnya dengan Lina dan Dewi-orang yang hilang itu- segera menolong Lina kemudian mencoba menghubungi ponsel Dewi.
      Kuarahkan pandanganku ke sekitar.
      Semua menjadi panik sendiri. Kak Suci segera melaporkan kejadian ini kepada bagian keamanan kampus untuk mencari keberadaan Dewi. Karena setelah di hubungi ternyata ponselnya tidak aktif.
      Andrew dan beberapa orang laki laki lainnya kembali menyusuri area gudang. Disana ada juga Riyan pacar Dewi saat itu, terlihat dari wajahnya dia tegang sekali. Jelas pasti dia khawatir.
      Aku masih terduduk di tempatku tadi. Kali ini sendirian karena semuanya seakan sibuk sendiri. Beberapa perempuan yang berada disini saling berpelukan karena ketakutan. Lina juga belum sadar. Kami yang berada disini dilarang kembali ke kamar oleh kak Suci, karena keadaan belum aman, katanya.
      Tiba tiba Angga datang dengan wajah tegangnya menghampiriku.
      “Apakah seperti ini kalungnya” tanyanya padaku.
      “Y-ya seperti ini. Dimana kau menemukannya?” kataku kemudian dan bangkit berdiri menghampiri Kinta dan Sofie.
      “Kalian kenal kalung ini?” tanyaku pada mereka.
      Mereka mengambil kalung itu dari tanganku. Dan tiba tiba mereka menangis histeris.
      “iya.. ” dengan sesenggukkan Kinta berusaha menjawab “benar.. Ini kalungnya.. Hhhuhhu” dan dia kembali menangis berpelukan dengan Sofie.
      Semua perempuan disini menangis ketakutan selain diriku. Aku terlalu shock dan ketakutanku melebihi mereka sehingga menangis pun aku tak bisa.
      Kuperhatikan sekelilingku.

      Andrew sudah pergi bersama Putri-ketua asrama putri- dan Kak Suci. Sepertinya mereka hendak melaporkan kejadian ini.
      Kemudian aku melihat Riyan berdiri tak jauh dari Kinta masih dengan wajah sendunya.
      Kulihat juga ternyata ada Monica yang terkenal sebagai musuh bebuyutan berdiri sambil menangis juga. Aneh padahal mereka tak pernah akur.
      Kemudian ada juga Alya yang dikenal sering dijadikan bahan bullyan oleh Dewi berdiri dengan hanya memasang wajah datarnya.
      Ada juga Doni yang kuketahui sebagai mantan pacar terakhir Dewi berdiri dengan wajah tegang seperti ketakutan. Eh? Ketakutan? Atas dasar apa?

      Aku tahu semua yang berada disini pasti merasa ketakutan. tapi bisa kulihat dari ekspresi wajahnya ini bukan jenis kesakitan yang sama seperti yang lain. Ini sedikit mencurigakan.

      Bagaimana aku bisa menyimpulkannya? Karena aku ini tipe orang yang suka memperthatikan sekitar sehingga bisa membaca ekspresi yang berbeda. Seperti yang kulihat dari wajah Doni ini. Apakah dia mengetahui sesuatu? Jiwa detektifku muncul.

      Ah! ini karena aku terlalu sering membaca komik Detektif Conan sepertinya.

       
      Tapi sepertinya bukan hanya aku yang memperhatikan Doni. Kuarahkan pandanganku kepada seseorang yang juga tengah melihat ke arah Doni. Dia berdiri bersandar di tiang perpustakaan dengan tenangnya.
      Whta the hell??

      Disaat semua orang panik dia malah tenang tenang saja. Ternyata pria itu adalah Davian. Anak Semester 4 jurusan Hukum. Sepertinya dia tidak mempunyai hubungan apa apa dengan Dewi dan teman temannya. Lantas mengapa diasepertinya sangat tertarik dengan kejadian ini?

       
      Tiba tiba dia menolehkan kepalanya kearahku. Kemudian menatapku intens dan tajam. Eh ada apa dengan tatapannya itu? Apakah dia mengetahui sesuatu?

       
      ******
      Tengg… Tengg… Tengg…
      Terdengar bunyi lonceng yang keras menggema ke seluruh gedung.

      Ya itu adalah bunyi dari dentingan jam dari tower jam yang berada di samping gedung utama yang berisi aula besar, ruang dosen, dan tempat berbagai macam peralatan yang biasa digunakan untuk mahasiswa belajar.

      Seperti Big Ben yang terdapat di Britania Raya sana yang tingginya mencapai 316 kaki. Hanya saja tower di kampusku ini tidak setinggi itu. Tingginya hanya 15 m. Besarnya juga tak sebesar Menara Big Ben.

      Akan tetapi setiap loncengnya berbunyi. Suaranya akan menggema sampai ke penjuru gedung selama 10 detik.
      Berarti sekarang sudah tengah malam karena tower jam itu sudah menunjukkan keeksisannya.
      Mataku sampai saat ini masih terbuka lebar. Tak merasakan kantuk sedikit pun. Ingatan tentang kejadian itu masih seperti menghantuiku hingga saat ini. Sungguh, sampai pelakunya ditemukan perasaanku tidak akan pernah tenang. Entahlah seperti ada sesuatu yang menarikku ke dalam kasus ini sehingga sulit untuk mengembalikan ketenanganku.
      Ah! Tapi jangankan pelakunya, tubuh temanku itu pun tak pernah ditemukan sama sekali.

      Hanya kalungnya itu saja yang berhasul ditemukan Angga di dekat gudang. Keluarganya sampai sekarang masih berusaha mencari keberadaannya. Jika sampai 1 minggu ke depan tubuh atau bisa kubilang jasad Dewi tidak di ketemukan, maka mereka akan menuntut universitas ini karena telah lalai menjaga putru mereka. Bahkan mereka sampai menyewa detektif, tapi hasilnya nihil!

       
      Biar kuceritakan sedikit tentang temanku itu. Dewi Purnama Setyaningsih nama lengkapnya. Merupakan anak semata wayang dari keluarga konglomerat berdarah biru alias masih keturunan bangsawan terkenal di Indonesia yang kaya raya dengan berbagai usaha ayahnya.

      Merupakan mahasiswa semester akhir Fakultas Kedokteran. Itulah yang menjadikannya seakan dirinya adalah Ratu sekampus.

      Sosoknya seperti pemeran gadis antagonis dalam novel novel picisan yang sering kubaca. Cantik dan elegan. Sombong dan angkuh. Suka melakukan pembullyan. Terkenal dan banyak yang kenal.

      Tetapi banyak yang tak suka dan membencinya. Oleh karena itu sangat sulit menemukan pelakunya karena begitu banyak orang yang dicurigai dalam kasus ini.
      Layaknya sebuah kasus dalam komik Detektif Conan yang sering kubaca. Kasus ini menyita banyak perhatian dan sulit di pecahkan. Karena semua ini seperti sudah direncanakan. Banyak yang di interogasi oleh penyelidik. Termasuk aku. Dan aku pun hanya memberikan informasi seadanya sesuai apa yang ku ketahui.

       
      Srekk… Srekk.. Srekk…

       

      Ugh bunyi apa itu?

       

      Srekk… Srekk… Srekk..

       

      Suaranya semakin jelas sekarang.
      Kututup tubuhku dengan selimut. Kemudian kedua telingaku dengan telapak tanganku. Tapi semakin ku tekan tanganku semakin terdengar jelas bunyi itu.
      Kulirik teman sekamarku Dina yang masih saja tertidur nyenyak di kasurnya. Enak sekali dia.
      “BRRRAAAAKKKK!!”

      Srrrrrrrr…..
      Tiba tiba jendela kamarku terbuka lebar menyebabkan angin malam yang berhembus kencang memasuki kamarku.
      Aneh?

      Apakah aku lupa menutupnya.

      Tapi tidak mungkin. Seingatku aku sudah memeriksanya 7 kali tadi.
      Ritual menutup pintu dan jendela merupakan kebiasaanku. Aku seperti punya kecemasan tersendiri akan sesuatu yang membuatku seperti selalu berusaha melakukan tindakan pengamanan untuk diriku sendiri. Dan aku selalu melakukan sesuatu berulang ulang dan itu harus secara ganjil. Entahlah aku tak menyukai angka genap.
      Kuputuskan untuk segera menutup jendela kamarku. Sebelum menutupnya, kuarahkan pandanganku ke sekitar. Sepi sekali. Jelas saja ini kan sudah lewat tengah malam.
      Settt…
      Apa itu? Seperti sekelebat bayangan muncul di hadapanku. Apa itu hanya hembusan angin?
      Giiii….yaaa…

      Seperti ada suara bisikan yang memanggil namaku. Tapi suara itu hanya nyaris seperti sebuah bisikan yang datang bersama angin malam.
      Apa itu? Dari arah perpustakaan seperti ada seseorang sedang berjalan ke arah asrama putri. Kukerjapkan mataku beberapa kali. Tidak ada apa apa. Aneh. Apa itu hanya sebuah khayalan yang muncul karena manifestasiku yang sedang ketakutan ini?
      Jdarrr!!

      Astaga!

      Kaget sekali, tiba tiba ada kilatan petir. Sepertinya akan turun hujan.

      Segera kututup jendela itu kemudian beranjak menuju kasur tercintaku. Kuambil pembersih tangan sterilku. Ini merupakan ritual wajib kulakukan ketika tanganku terindikasi dengan benda apapun. Entahlah perasaanku selalu mengatakan bahwa dimana mana ada kuman dan bakteri yang harus kusterilisasikan.
      1.

      2.

      3.

      Kugosok gosok tanganku 3 kali. Ganjil. Angka favoritku,
      Srekk… Srekk.. Srekk…
      Bunyi itu lagi. Suara itu seperti suara kuku yang ditancapkan keatas kayu kemudian dicakar perlahan.
      Srekk.. Srekkk.. Srekk..

      Seperti itulah suaranya. Kini bunyi itu semakin jelas terdengar. Asalnya dari bawah kolong ranjangku.
      Penasaran. Ku longokan kepalaku perlahan ke bawah.

      Layaknya seorang pemeran utama dalam film horror, ketika mendengar sesuatu yang mencurigakan, bukannya menjauh mereka malah mencari tahu. Ya wajar saja sih, karena rasa penasaran seseorang sulit dikendalikan.
      Sreett.

      Kubuka sprei yang menutupi kolong kasurku. Ck! Tidak ada apa apa. Kosong. Hanya lantai kotor yang kulihat. Benarkan. Itu hanya diriku saja yang terlalu parno sendiri.
      Kutarik kembali kepalaku perlahan. Tapi…
      “AAAAAARRRRRRHHHHHH….”
      Astaga astaga! Itu di depanku berdiri sosok Dewi! Ya Dewi! Temanku yang hilang itu!
      Kalau saja dia berdiri dihadapanku dengan keadaan yang baik itu syukur alhamdulilah. Tapi ini? Sungguh aku tau kalian tidak akan mau membayangkannya.
      Aku segera berlari ke arah tempat tidur Dina. Kulihat Dina masih tertidur fengan nyenyaknya. Apakah dia tidak terpengaruh sama sekali dengan teriakanku? Dia tidur layaknya orang mati, diam tak bergerak. Hanya deru nafasnya yang menandakan dia masih hidup.
      “Dina… Dina…” panggilku pelan.

      Kuarahkan pandanganku ke arah dimana sosok Dewi berada tadi. Sudah tidak ada. Syukurlah.
      Tapi. Aku takut. Sungguh takut. Wajahnya tadi.
      “Dina.. Dina… Dina…” panggilku lagi. Dia masih diam tak bergeming.

      “Din.. Din…” lagi aku memanggilnya agak keras sekarang.
      Apa? Jangan harap aku akan membangunkannya dengan cara mengguncang tubuhnya. Sudah bisa dipastikan banyak kuman dan bakteri di pakaian dan tubuhnya. Siapa yang akan menjamin bakteri itu takkan berpindah ke tubuhku.
      Dasar Dina Kebo.
      Kutolehkan kepalaku kesamping.
      “AAAAAARRRRRRRGGGGGHHHHHH…..”
      Wajah jelek Dewi tepat berada di hadapanku.
      Segera aku berlari ke arah pintu. Aku berlarian sepanjang lorong. Sungguh aku benar benar ketakutak sekarang. Hingga membuatku menggigil.
      Hosh… Hosh…. Hosh…
      Lelah sekali rasanya. Berlarian sambil berteriak ketakutan ternyata membuat energiku habis.
      Kalian ingin tahu wajahnya seperti apa tadi?
      Bayangkan.

      Dewi berdiri dihadapanku dengan dress peace yang sudah berwarna merah karena berlumuran darah. Kulit putihnya mengelupas mengeluarkan aura tak sedap. Menjijikan sekali. Yang paling membuatku ngeri adalah tangannya sudah tak berada di tempatnya. Alias buntung. Meninggalkan bahunya yang terus meneteskan darah. Rambut indahnya tergerai dengan banyak sisi kepalanya terkelupas memperlihatkan tengkorak kepalanya.
      Wajahnya dapat kulihat jelas ketika tadi berada di depan mataku. Pucat dan menyeramkan. Pipinya sobek, rahangnya patah, bibirnya seperti sudah disayat hilang dari tempatnya. Yang paling kuingat adalah tatapannya. Tajam menikam menusuk mataku. Melotot seakan bola matanya bisa keluar kapan saja.
      Aku takut sekali.
      Kenapa? Kenapa dia muncul dihadapanku?

      Apakah ini seperti film horror yang sering kutonton. Dimana seseorang yang menjadi korban pembunuhan menghantui pemeran utama untuk membantunya? Membantu apa? Supaya menemukan jasadnya? Lantas kenapa harus aku? Apakah benar dia meminta bantuanku? Begitu banyak pertanyaan yang tercetus diotakku ini.
      Aku benar benar ketakutan sekarang.
      Tunggu? Bukankah aku tadi menyentuh pintu. Pasti banyak sekali bakteri yang menempel dikulitku.
      Astaga! Disaat seperti ini masih saja aku memikirkan hal sepele seperti itu. Tapi sungguh, mempelajari segala macam hal tentang keperawatan membuatku waspada sendiri.
      Setelah agak tenang, aku berjongkok di tengah lorong sepi saat ini.
      Sepi. Sepi. Dan sepi

      Seolah semua penghuni asrama ini tak mendengar jeritanku tadi. Bukankah aku sudaj berteriak sekuat tenaga tadi.
      Kuarahkan kepalaku untuk memperhatikan sekitar. Ini ternyata asrama putra. Sejauh itukah aku sudah berlari?

      Srekk… Srekk.. Srekk..

      Astaga! Bunyi itu lagi. Kenapa suaranya seakan mengikutiku.

      Abaikan Giya. Abaikan. Itu hanya halusinasimu saja.

      Tapi bukankah tadi sudah jelas kau melihat sosok Dewi?

      Tidak. Tidak. Itu hanya khayalanku saja.

      Benarkah? Bukankah tadi kau ketakukan?

      Ck! Sudahlah diam. Kenapa dewi batinku ini terus menakutiku sih.

      Oke Gi! Sugestikan dirimu sendiri bahwa tadi itu bukan apa apa. Tenang.

      Semakin kucoba untuk tenang, semakin jelas tatapan tajam Dewi di kedua kelopak mataku yang terpejam.

      Shit! Sialan kau Dewi? Enyahlah dari pikiranku.

      Srekk… Srekk.. Srekk.. Bunyi itu lagi. Aku menggeram kesal. Kubuka mataku yang sedari tadi terpejam. Kutajamkan kembali pendengaranku.

      Srekk.. Srekk.. Srekk..

      Jelas. Suaranya datang dari arah salah satu kamar yang letaknya paling ujung.

      Perlahan aku bangkit berdiri dan berjalan menuju kamar itu yang berada tak jauh dari tempatku.

      Sungguh rasa penasaran dan selalu ingin tahuku ini sulit ku kendalikan. Manusiawi lah.

      Semenit tadi aku menggigil ketakutan karena rasa penasaranku. Sekarang aku melakukannya lagi.

      Gila! Sungguh dirimu sudah tak waras!

      Iya aku gila! Gila karena ketakutan dan rasa penasaranku.

      Kini aku berdiri di depan pintu kamar tadi. Tertulis nama Davian di pintu itu.

      Tunggu? Davian? Orang yang menatapku tajam itu? Ada apa ini?

      Kenapa semua seolah berhubungan?

      Ku arahkan kepalaku ke arah lubang kunci pintu itu. Ini kebiasaanku untuk melihat sesuatu yang ada di dalam. Sungguh tidak sopan sekali ya!

      Hanya warna putih.

      putih susu.

      tapi perlahan warna putih itu bergeser menjadi warna

      Hitam!

      Hitam yang mencekam.

      Perlahan warna hitam dan putih itu menjauh. Bersatu.

      Kini aku dapat melihatnya dengan jelas.

      Itu sebuah MATA.

      Tubuhku kaku tak bisa bergerak,

      Mata itu menatapku Menusuk.

      TAJAM.

      “AAAAAAAAAAARRRRRRRRRRGGGGGGGGHHHH………”

      Dan semuanya

      GELAP!

       

      ******

       

    • #106813
      NolanDzeta
      Peserta

      Huaaaa… tegang euy bacanya  :gorilaterdesak

      Bagus, rasanya ikut masuk kedalam cerita

      Yang mistis emang bikin dag dig dug   :bebekcemas

       

    • #106831

      lomba cerbung apa cerpen namanya?

    • #106860
      SitiIsmaya
      Peserta

      Nah loh aku parnoan tiap abis baca cerita horor, tapi anehnya aku gak mau brenti baca,hiksss. Kerenn bikin aku jumpalitan di kamar nihh , hiks

    • #106873
      Author5
      Keymaster

      Thanks for the story @andyan21

      Diteruskan ke part berikutnya ya. Nanti judulnya ditulis aja lomba cerbung misteri : mencari dewi part 2.

      Semangat!

    • #106874
      Andyan21
      Peserta

      Aku kok ngerasa aneh ya sama cerita ini hahah

    • #106877
      Andyan21
      Peserta

      Kak @author5 ada yang aneh kah dari cara penulisannya? Jelekkah? Misterinya keliatan gak? Ngebosenin gak sih. Apa mudah ketebak ceritanya? Ah kalo begindang nanti aku ganti aja ceritanya gitohhh… Hihi

    • #106934

      Kenapa arwahnya datengi Giya ?!!!! Alurnya bikin tegang…banyak tokoh disini bisa jadi arya tapi ketika Davian muncul eh…..,gak tahu kenapa aku menyorot tokoh itu

      ini benar2 serem ditunggu part selanjutnya andy Mangatttttts

    • #107003
      nona_porba
      Peserta

      Penasaran ama kelanjutannya euy… :IMUT

      semangat menulis yaa @andyan21 smg idenya dtg dgn lancar. sukses yaa bwt qm, smg menang :MAWARR

    • #107030
      farahzamani5
      Peserta

      Nahhh loh, baca ny udah td malem dan ternyata lupa blom komen hihi
      Ka @Andyan21, cerita ny bikin tegang, ya iyah horor gtu loh hihi, mksdny gni, pas baca berasa jdi Giya gtu ‘apa krna baca ny tengah malem kli ya,berasa bngt dah’, trs nih ya, baca part 1 ini bikin penasaran akut, knp bgni knp bgtu, siapa ini, siapa itu dll, kdng mikir jngn2 pelaku itu ,jngn2 pelakuny dia, nah loh penasaran bngt kan jdi ny, baca ini berasa lgi nntn detektif conan plus nntn horor dah, ayooo lanjut part 2 ny
      Ditunggu ditunggu
      Semangat semangat

Melihat 9 pertalian (thread) balasan
  • Anda harus log masuk untuk membalas topik ini.