Baca Novel Bagus Gratis Sampai Tamat › Forum › Forum Kepenulisan › Lomba Cerpen Kuliner ~ Oryza Sativa part 2
Di-tag: Lomba cerpen kuliner
- This topic has 2 balasan, 3 suara, and was last updated 7 years, 11 months yang lalu by Author4.
-
PenulisTulisan-tulisan
-
-
25 November 2016 pada 9:17 pm #300813Ainindah_Peserta
Gara-gara kebanyakan ngeluh malah lupa kasih italic pas flashback di part 1 ?
???
Lelaki itu mengamati gerak-gerik Kayla dengan tatapan intens. Gadis itu sedang berkutat dengan berbagai macam masakan, terlihat begitu fokus hingga tak menyadari kehadiran Arkan di belakangnya.Dari sini, Arkan bisa mendengar gadis itu selalu bergumam angka satu sampai tiga saat hendak memasukkan bumbu masakan, pun saat jemarinya menakar dengan hati-hati tiap bahan yang akan ia masukkan ke dalam panci.
Harum masakan tercium sesak memenuhi ruangan. Aroma itu lebih didominasi oleh uap nasi yang mengepul hangat di sudut dapur, begitu gurih hingga membuat perut siapa pun bergejolak minta dipuaskan.
Kedai milik Kayla ini memang terkenal dengan rasa nasinya yang gurih dan pulen. Karena memang cara memasaknya masih tradisional dan menjaga keasliannya. Terbukti dari tungku-tungku tanah liat yang Arkan lihat di sudut dapur.
Arkan bergerak gelisah, merasa gatal ingin membantu Kayla yang terlihat kewalahan mengerjakan semua pesanan seorang diri. Apa gadis itu tidak punya pekerja lain?
“Apa aku bisa membantu?” Arkan memberanikan diri untuk menawarkan bantuan. Tapi rupanya, suara tiba-tiba Arkan membuat Kayla terlonjak hingga hampir menjatuhkan piring yang ia pegang.
Gadis itu tampak menegang sebelum akhirnya membalikkan tubuh dan menatap Arkan dengan kedua mata besarnya yang melebar kaget. “Arkan…” ujarnya berbisik.
Pria itu tersenyum manis, “Hai!” sapanya ceria. Lelaki itu bergerak mendekat ke samping Kayla yang masih bergeming.
“Kau sedang memasak apa?” Arkan bertanya sambil mengamati bahan masakan di depannya. Dahinya berkerut tanda sedang berpikir.
Melihat semua ini, kenapa membuat Arkan ingin segera menggerakkan tangannya dan mulai memasak?
Arkan hendak mengambil daun seledri yang tergeletak di samping bak cuci sebelum suara Kayla menginterupsi.
“Ah, aku melupakan sesuatu!” gadis itu terlihat panik, rupanya ia baru saja tersadar dari keterkejutannya atas kedatangan Arkan. Segera ia berlari ke sudut dapur, mengambil semangkuk besar nasi yang sudah ia dinginkan sebelumnya. Buru-buru Kayla menuju pantri tempat ia menaruh semua bahan-bahannya untuk membuat pesanan.
Gara-gara Rasty yang mendadak cuti hari ini, terpaksa Kayla harus mengambil alih semua urusan dapur, membuatnya kelelahan hingga hampir kehilangan fokus.
“Kenapa kau mengabaikanku?” Kayla memekik, lagi-lagi terkejut karena kedatangan Arkan yang tiba-tiba.
“Jangan datang tiba-tiba Arkan! Kau ingin membuatku mati dini?” Kayla berucap kesal, tangannya mulai sibuk mengiris daging asap untuk campuran masakannya kali ini.
Arkan hanya terkekeh menanggapi Kayla. Lelaki itu mulai mengamati bahan-bahan yang Kayla sediakan. Ada keju mozzarella yang sudah dipotong dadu, semangkuk nasi dingin, kocokkan telur, dan senampan kecil tepung roti, juga tumisan bumbu di sebuah mangkuk kecil.

“Kau ingin membuat arancini ya?” Arkan menebak sambil mengamati Kayla yang kini mulai mengiris daun seledri yang tadi sempat Arkan bawa.
Kayla menghentikan kegiatannya, hanya sejenak sebelum ia berhasil mengendalikan diri. Gadis itu mengangguk singkat dan mulai mencampurkan semua bahan yang tersedia ke dalam wadah besar. Ah, kenapa Arkan bisa menebak dengan mudah?
Arancini adalah makanan khas Italia, berupa nasi yang dicampur dengan daging cincang, keju cheddar, tumisan bumbu, dan kacang polong. Lalu di bentuk menyerupai bola. Nantinya, di dalam bola-bola itu akan diisi dengan potongan keju mozzarella, lalu dibaluri kocokkan telur dan tepung roti sebelum digoreng hingga berwarna keemasan. Kalau di Indonesia, mereka sering menyebutnya dengan kroket nasi.
“Hey! Kau yakin akan menambahkan garam sebanyak itu?” Arkan menyela saat melihat Kayla mengambil satu sendok makan penuh garam.
Gadis itu menggigit bibir bawahnya. Kayla kehilangan sendok khusus untuk mengukur seberapa banyak takaran garam untuk membuat arancini sesuai dengan resep Arkan dulu. Ya, Kayla selalu mengikuti semua cara memasak Arkan dengan hati-hati, selalu bertanya berapa takaran bahan dan bumbu yang hendak digunakan.
Selama ini, Kayla bisa menutupi kekurangannya dengan baik. Di dinding-dinding dapur, terdapat banyak sekali catatan resep beserta semua takarannya. Sengaja Kayla tempel agar masakannya bisa sama persis dengan masakan Arkan, dan Kayla selalu berhati-hati dalam melakukan semuanya.
Dan kini, saat kehilangan salah satu sendok pengukurnya, Kayla kehilangan arah.
“Ak..u…”
“Biar kubantu, Kayla.” Arkan menyela dan segera mengambil sendok garam ditangan Kayla, mengurangi jumlahnya sebelum memasukkan garam itu pada campuran bahan yang Kayla buat.
Sudut bibir Kayla perlahan terangkat membentuk sebuah senyuman, hatinya menghangat saat melihat Arkan yang begitu cekatan mengolah arancini. Lelaki itu sama sekali tidak berubah, masih tetap piawai dalam memasak.
Ah, Kayla rindu sekali saat-saat seperti ini, melihat Arkan memasak dengan binar bahagia yang selalu terpatri di wajahnya. Dulu, lelaki itu akan menjelaskan semua bahan yang ia gunakan sambil sesekali melemparkan guyonan garingnya. Kemudian mereka akan tertawa dan melupakan hidangan yang harus mereka selesaikan.
“Kau bisa panaskan minyak?” Arkan bertanya di sela-sela kegiatannya membuat bulatan-bulatan arancini, memasukkannya pada kocokkan telur untuk kemudian ia baluri dengan tepung roti.
Kayla sedikit tersentak, tersadar dari lamunannya. Ia berkedip sebelum mengangguk dan mulai mengerjakan perintah Arkan.
“Sudah?” Arkan datang sambil membawa sepiring arancini yang sudah membentuk bulatan sempurna.

“Ya.” Gadis itu mengambil alih piring Arkan dan mulai memasukkan bola-bola itu ke dalam minyak panas.
Kayla jadi teringat pertama kali dirinya membuat arancini. Tapi~ dulunya hanya sebuah makanan sederhana yang Arkan olah dari sisa nasi yang tidak termakan, berupa nasi yang ia beri bumbu seadanya, kemudian ia bentuk bulat dan diberi baluran telur.
Lelaki itu selalu berkata pada Kayla untuk tidak membuang hasil kerja keras para petani. Apalagi, orang tua Kayla termasuk salah satunya.
“Kamu pernah makan durian?” Kayla bertanya di sela-sela kegiatannya menggoreng arancini.
Arkan mengangguk antusias. Ia suka sekali dengan rasa khas durian yang memanjakan lidah. Sebagian orang memang tidak suka bau durian yang menyengat. Tapi bagi Arkan, durian adalah buah terenak dunia. “Durian adalah buah favorit saya,” ujarnya.
“Lalu, kamu membuka kulit duriannya sendiri?” tanya Kayla lagi.
“Ya, dan itu usah sekali! Tanganku pernah berdarah saat membukanya,” Arkan mengingat kejadian satu minggu yang lalu, ketika sang ayah baru saja pulang dari perjalanan dinasnya. Dan yang Arkan ingat, itu adalah saat pertamanya membuka kulit durian.
“Tapi kamu menikmati hasilnya kan?” gadis itu mulai meniriskan bola-bola arancini yang sudah berwarna keemasan. “rasanya akan sangat berbeda jika kamu mendapatkan sebuah durian tanpa berusaha, Arkan.”
Kayla tersenyum manis, menatap Arkan yang kini memandangnya dengan wajah bingung. Ah, lelaki itu pasti tidak ingat jika dulu, dia yang memberitahu perumpamaan itu pada Kayla.
Makanan yang paling enak adalah makanan yang dihadirkan dari sebuah kerja keras. Bukan tentang seberapa mahal bahan yang digunakan, atau seenak apa hasil yang diperoleh. Tapi~seberapa besar usaha untuk menghasilkan makanan itu.
Sebuah usaha akan membuat rasa syukur kian terkembang sempurna, dan hasilnya, tidak akan ada makanan yang terbuang sia-sia.
Dulu, Kayla tidak paham dengan perkataan Arkan saat itu. Tapi kini, saat mengalaminya sendiri, Kayla baru tahu. Butuh kerja keras untuk mencapai sebuah keberhasilan, harus berani jatuh untuk kemudian bisa berdiri tegak. Setelah itu…kita bisa menuai hasil yang pernah kita tanam dengan perasaan bahagia dan bangga.
???
Kayla mengambil satu buah arancini yang masih mengepul hangat di atas piring, kemudian mengulurkan tangannya pada Arkan. “Kau mau?”
Arkan menatap gadis itu ragu, tapi saat melihat senyum lebar yang tampak tulus di sana, Arkan balas tersenyum, lalu menyambut tawaran Kayla dan mulai mengambil sebagian arancini itu dari tangannya.

“Terima kasih,” ujarnya tulus.
Kayla mengangguk dan mulai menggigit arancini itu. Renyahnya lapisan tepung roti menyambut Kayla pertama kali, disusul dengan lumernya keju mozarella dan gurihnya nasi berbumbu. Tak lupa dengan rasa irisan daging yang khas. Kayla memejamkan mata untuk meresapi kelembutan arancini yang terasa bergoyang lidahnya.
“Bagaimana?” Arkan bertanya tidak sabar ketika melihat Kayla hanya memejamkan mata sambil terus mengunyah. Lelaki itu sudah menghabiskan arancini bagiannya, sedang menunggu Kayla yang tak kunjung usai dengan kegiatannya.
Kayla terkekeh. Ia membersihkan mulutnya dengan tisu sebelum menatap Arkan dengan sorot geli. Ia mengangkat jempol.
“Mantap! Bumbunya meresap sempurna, apalagi saat keju itu menyentuh lidahku. Rasanya aku tidak rela memberikan arancini itu pada pelanggan.” Kayla menatap seporsi arancini hangat itu dengan bibir mengerucut. Ini adalah masakan pertama Arkan setelah empat tahun lelaki itu menghilang. Rasanya~Kayla ingin menyimpan arancini itu untuk dirinya sendiri.
Arancini itu telah diberi bumbu kacang yang telah Kayla buat sebelumnya. Satu porsi terdiri dari empat buah arancini dengan taburan keju cheddar dan daun seledri cincang di atasnya, tampak begitu menggoda dengan aroma gurihnya yang menguar memenuhi dapur.
“Kamu jelek sekali dengan ekspresi seperti itu Kay!” Arkan tergelak, refleks tangannya terangkat untuk mengacak rambut Kayla.
Wajah gadis itu memerah, menahan malu sekaligus merasa senang karena mereka bisa sedekat ini. Apa Kayla boleh berharap jika mereka akan kembali lagi seperti empat tahun lalu? Ketika kecelakaan itu belum terjadi?
“Ah, aku harus segera mengantarkan pesanan ini.” Kayla mengalihkan fokusnya dengan dalih mengantarkan pesanan. Padahal, sebentar lagi juga Nandi akan mengambil ini.
Berada di dekat Arkan seperti ini~membuat harapan Kayla kian melambung tinggi. Ia hanya tidak sanggup jika suatu hari, ketika hati Kayla benar-benar terpenuhi oleh Arkan tanpa tersisa, ia akan kehilangan lelaki itu, untuk kedua kalinya.
“Ah, Kayla, aku lapar sekali. Bisa aku memasak pesananku sendiri?”
Kayla menghentikan kegiatannya mengambil nampan. “Kau mau membuat apa?”
“Sepiring nasi goreng beruang yang sedang bergelung dengan selimut. Gambar yang tertera di menu mirip sekali denganmu Kay,” Arkan terkekeh pelan saat mengakhiri kalimatnya.
Rasa hangat mulai menjalar di pipi Kayla. “Terserah kau saja,” balasnya cepat dan bergerak menjauh, meninggalkan Arkan yang menatap kepergiannya dengan sorot geli.
???
Kayla menutup pintu kedai di belakangnya, kemudian berjalan perlahan, menghampiri sepeda merah pudar yang ia titipkan di samping rumah milik bibi Herni.
Kayla mengamati sepeda itu dengan sorot sendu. Sepeda tua inilah yang menjadi saksi bisu perjuangannya bersama Arkan. Dulu, saat hendak bepergian atau mengangkut berkarung-karung gabah hasil panen, Arkan akan mengendarai sepeda ini bersama Kayla di boncengan belakang. Kemudian mereka akan tertawa lepas seiring dengan cepatnya sepeda melaju menuruni undakan.

“Mau ke mana Kay?” Kayla hendak menaiki sepeda itu sebelum sebuah suara menginterupsi. Gadis itu menolehkan kepala dan menemukan Arkan dengan senyum manisnya.“Kenapa kau di sini?” Kayla bertanya dengan dahi berkerut. Memang sudah satu minggu ini Arkan selalu berkunjung ke kedai, membantu Kayla selagi Rasty masih dalam masa cuti. Tapi lelaki itu selalu datang di waktu siang menjelang sore, dan ini masih terlalu pagi untuk laki-laki itu berkunjung.
Arkan menaikkan alis, “Hey, kau belum menjawab pertanyaanku tadi, Kayla,” ujarnya menyuarakan protes.
Gadis dengan surai sebahu itu menghela napas, kemudian menuntun sepedanya sambil berjalan mendekati Arkan. “Aku akan ke pasar untuk membeli bahan-bahan yang sudah habis, kau mau ikut?”
Arkan mengangguk cepat dan mengambil alih sepeda itu dari tangan Kayla. “Ayo,” ujarnya setelah berhasil duduk dan menggenggam erat kemudi.
Ragu-ragu Kayla duduk di boncengan belakang. Terakhir kali Arkan menaiki sepeda adalah empat tahun lalu, sebelum lelaki itu kehilangan ingatan. Apa Kayla salah jika berpikir lelaki itu juga kehilangan kemampuannya menaiki sepeda?
Kayla mencengkeram pinggiran jaket Arkan saat lelaki itu mengayuh sepedanya. Pertama memang sedikit oleng karena kehilangan kendali. Tapi rupanya lelaki itu cukup pintar dan membiarkan nalurinya mengambil alih.
“Kita akan ke pasar mana?” Arkan bertanya di tengah kesibukannya mengayuh sepeda.
“Pasar Ratu, Arkan. Memangnya ada berapa banyak pasar di kota ini?” Kayla tersenyum geli.
“Ah, siapa tahu kau ingin ke kota tetangga?” lelaki itu menjawab dengan nada aneh hingga membuat Kayla tertawa.
Gadis itu mencubit pinggang Arkan pelan, “Bilang saja jika kau tidak tahu jalannya, Arkan,” ujarnya menyerigai.
“Maafkan aku Kay, aku baru ke kota ini sekitar dua minggu yang lalu. Jadi belum begitu paham dengan area ini.” Arkan berucap dengan nada bersalah.
Kayla terdiam saat mendengar jawaban Arkan. Gadis itu tahu jika selama ini, Arkan tinggal bersama ayah angkatnya di luar negeri setelah kecelakaan yang menimpanya empat tahun lalu. Ia hanya belum siap mendengar kenyataan itu keluar dari mulut Arkan sekarang.
Sudah hampir seminggu mereka dekat, dan Kayla hampir melupakan jika lelaki di depannya ini bukan lagi Arkannya yang dulu. Kenapa? Kenapa lelaki itu seolah sengaja mengingatkan Kayla dengan posisinya saat ini? Orang asing yang baru saja lelaki itu kenal seminggu yang lalu?
“Kay? Kenapa diam?”
Kayla tersadar dari lamunannya. Ia berkedip beberapa kali dan melihat ke jalan di depannya. “Eh, itu, belok ke kiri supaya cepat sampai.”
Arkan hanya mengangguk dan membelokkan sepeda merahnya, melewati jalan setapak dengan ilalang yang berjajar rapi di kiri dan kanannya, berwarna kuning keemasan nan indah.
“Tempat ini indah sekali.” Arkan bergumam dengan nada takjub, mengamati hamparan langit biru yang seolah diapit oleh padang ilalang di depan matanya.
“Ya, dan ini adalah salah satu tempat favoritku.” gadis itu tersenyum lebar saat mengingat kenangan indah bersama Arkannya dulu.
Untuk saat ini, Kayla hanya ingin menghabiskan waktunya bersama Arkan, menambal lubang-lubang yang menganga di hatinya dengan kehadiran lelaki itu.
Kayla merentangkan kedua tangannya lebar-lebar, merasakan embusan angin sejuk yang menerpa wajah, menerbangkan helaian rambutnya yang terurai. Senyumnya mengembang sempurna, mensyukuri nikmat Tuhan yang masih bisa dirasakannya hingga kini.
Dari sini, mereka bisa menaiki sepeda dengan cepat tanpa takut mengganggu. Tempat ini berada di antara gedung-gedung kota yang tinggi menjulang, mengarah pada sebuah jembatan gantung yang terhubung langsung ke pusat kota. Untungnya mereka masih bisa lewat sini sebelum pembangunan jalan bulan depan.
Jika Kayla bisa menghentikan waktu, maka Kayla ingin terus berada di waktu ini bersama Arkan, menikmati keindahan yang Tuhan berikan gratis untuk umatnya.
???
Setelah pulang dari pasar, Kayla langsung memasak nasi aron untuk bahan membuat arem-arem pesanan dari pelanggan hari Senin lalu. Dan Arkan~lelaki itu masih bersikeras untuk membantu Kayla memasak hari ini.
“Tumis ayam dan tahunya sudah matang Kay.” Arkan datang dan meletakkan sewadah tumis ayam tahu yang nantinya akan menjadi bahan isian arem-arem.
Arem-arem merupakan camilan berat khas dari Jawa Tengah, berupa nasi aron yang dimasak dengan santan, sedikit garam, mentega, satu siung bawang putih geprek, dan daun salam.
Saat kuah santannya sudah meresap sempurna, nasi itu akan dipaparkan di atas daun pisang, diberi berbagai macam isian sesuai selera. Bisa berupa tahu, daging, kentang atau sayuran yang sudah dipotong kecil-kecil dan ditumis. Kemudian baru digulung menyerupai lontong dan dikukus hingga matang.
“Oke, sebentar lagi santannya akan meresap sempurna. Kau siapkan daun pisangnya saja dulu, ada di sana.” Kayla menunjuk keranjang belanjaannya di atas pantry.
“Siap kapten.” Arkan tersenyum geli sambil memasang sikap hormat, kemudian bergerak menjauh saat tangan Kayla sudah terangkat—hendak mencubit pinggangnya..
Kayla tersenyum tipis sambil menatap Arkan yang mulai sibuk mengambil daun pisang dari dalam keranjang. Perlahan, Kayla seperti menemukan sosok Arkannya yang dulu. Sosok lelaki hangat yang menatapnya lembut dan penuh perhatian.
Hanya saja~Kayla masih belum bisa melihat netra karamel itu menatapnya penuh cinta seperti dulu.
Nanti. Kayla janji, jika dia diberi kesempatan untuk semakin dekat dengan Arkan, ia akan membuat lelaki itu jatuh cinta padanya seperti dulu.
“Setelah ini diapakan?” Arkan datang sambil membawa gulungan daun pisang di tangannya.
“Sebentar, biar aku ambil dulu nasinya, kau paparkan saja daun pisangnya di atas meja.” gadis itu mulai mengambil nasi aron yang santannya sudah meresap sempurna, memasukkannya pada wadah yang sudah Kayla sediakan.
“Lihat aku.” Kayla memberi perintah sambil memaparkan secentang nasi ke atas daun pisang dan memaparkannya. Lalu ia tambahkan dua sendok isian yang sudah Arkan buat tadi ke atasnya. Setelahnya, Kayla menggulung daun pisang itu dan menusuknya dengan lidi kecil di ujungnya.
Arkan meletakkan sikunya ke pantry.”Kau terlihat cantik dengan wajahmu yang penuh keringat, Kay.”
Pipi Kayla terasa panas. “Arkan! Aku menyuruhmu melihat cara membuat arem-arem, bukan wajahku,” ujarnya sedikit kesal.
Arkan terkekeh. “Maafkan aku,” ujarnya manis. Lelaki itu menegakkan tubuh dan mulai mengambil daun pisang di samping Kayla.
“Tenang saja Kay. Aku memperhatikan tanganmu tadi. Coba lihat.” lelaki itu mulai mengambil daun pisang dan melakukan semua yang Kayla contohkan tadi, kali ini dengan raut wajah serius.
Ah, Kayla suka sekali dengan ekspresi serius Arkan yang seperti ini. Tangan-tangan kokohnya bergerak lebih cekatan daripada Kayla.
Lelaki itu jadi terlihat semakin dewasa dan tampan. Kayla~ingin semuanya tetap seperti sekarang, memasak berbagai macam olahan nasi bersama Arkannya, seperti dulu.
“Kenapa jadi aku semua yang membuatnya eh?”
Kayla tersadar dari lamunan, ia berkedip dua kali dan melihat Arkan sudah memasukkan hampir semua bungkus arem-arem ke dalam panci yang sudah Kayla panaskan sebelumnya.
Lagi-lagi, pipi Kayla terasa memanas. Ia terlalu sibuk melamun hingga tak menyadari jika Arkan sudah menyelesaikan semuanya.
“Maafkan aku,” ujarnya menyesal.
???
Harum kukusan arem-arem yang sudah matang mengusik indra penciuman, begitu gurih dan menggiurkan hingga membuat siapa pun ingin segera mencicipi. Gadis itu mulai membuka tutup pancinya dan menaruh arem-arem itu ke wadah besar. Berhati-hati karena uapnya yang masih mengepul panas.
Kayla mengambil beberapa arem-arem dan menaruhnya ke wadah kecil. Mengiris salah satunya untuk ia tumpuk agar terlihat lebih menarik.

“Arkan!” Kayla melihat pria itu baru saja keluar dari toilet di sudut kanan dapur. Segera ia melambai agar Arkan mendekat.
“Coba ini, baru saja matang tadi.” Kayla mengulurkan arem-arem yang sudah ia potong, memperlihatkan isiannya yang menggoda.
Lelaki itu mengambil potongan arem-arem yang masih mengepulkan uap dari tangan Kayla, membuka bungkus pisangnya dan menggigit camilan berat itu perlahan.
Gurihnya nasi dan pedasnya isian dengan rasa rempah-rempahnya yang begitu kuat langsung menyapa lidah Arkan. Rasanya begitu lembut dan nikmat, apalagi daun pisang yang membungkusnya itu menambah cita rasa.
Lelaki itu tertegun saat mengunyah gigitan terakhir. Rasanya~ kenapa seperti de javu? Seolah olah Arkan sudah pernah mencoba makanan ini sebelumnya. Tapi kapan?
“Enak sekali Kay. Aku juga akan memesan ini untuk minggu depan. Ah, kau ingat kan mengenai ucapanku seminggu yang lalu?” lelaki itu meletakkan daun pisang bekasnya ke atas meja dan mengambil sepotong lagi tanpa rasa canggung.
Kayla mengerutkan kening, gerakan tangannya yang sedang membersihkan meja seketika terhenti. “Perkataan yang mana?”
“Mengenai aku yang memesan kue pancong dalam jumlah banyak. Apa kau bisa membuat 1000 buah kue satu minggu lagi?” Arkan menatap gadis itu lekat sambil menggigit arem-aremnya lagi.
Kayla menyandarkan pinggangnya pada pinggiran pantry.”Untuk apa kue pancong sebanyak itu?”
Lelaki itu tersenyum tipis, “Untuk acara pertunanganku, Kay. Sekalian aku ingin mengundangmu ke sana.”
‘Deg’
Jantung Kayla terasa disayat kuat saat mendengar itu. Perih, tubuhnya gemetar dengan manik yang menatap kosong ke depan.
Kenapa harapan itu menghilang begitu cepatnya? Kayla pikir, mereka bisa kembali dekat seperti dulu, sebelum kecelakaan itu terjadi dan merenggut ingatan Arkan. Tapi kenapa Kayla harus merasakan ini untuk ke sekian kalinya? Kehilangan Arkan?
Sakit sekali, dada Kayla terasa sesak, seolah oksigen di renggut paksa darinya.
Arkan~ selalu bisa memecahkan hatinya tanpa lelaki itu sadari.
Genangan air mata tampak sekali di maniknya. Gadis itu menghirup napas dalam untuk mengeluarkan sesak yang kian menyiksa. “Selamat…” bisiknya serak dan lirih, sangat lirih hingga nyaris tak terdengar. Kayla mencengkeram erat pinggiran pantry, menahan tubuhnya agar tetap berdiri tegak.
“Hey, kau kenapa?” Arkan menyentuh pundak Kayla yang terlihat bergetar, tapi sedetik kemudian gadis itu menjauhkan tangan Arkan dan bergerak mundur.
Kenapa hati Arkan terasa dicubit saat Kayla menolak sentuhannya?
“Aku harus pergi,” Kayla tersenyum pedih sebelum bergerak menjauh. Rasanya~ ia tidak sanggup lagi untuk menatap Arkan.
Setelah kepergian Kayla, Arkan mencengkeram dadanya. Kenapa rasanya seperti kosong? Kenapa ia merasa tidak rela jika Kayla pergi?
Kedekatan mereka seminggu ini cukup banyak mengubah Arkan. Lelaki itu seperti sudah merasa mengenal Kayla bertahun-tahun lamanya. Ada rasa nyaman di sudut hatinya saat berdekatan dengan Kayla.
Apa mungkin, dia telah jatuh cinta pada gadis itu? Tapi kenapa? Bukankah ini terlalu cepat untuk menyimpulkan rasa itu?
Arkan menggeleng. Sudut hatinya berteriak untuk mengejar Kayla. Dorongan ini begitu kuatnya hingga tanpa sadar, kaki Arkan sudah bergerak cepat mengejar Kayla yang menjauh. Lelaki itu terlalu fokus melihat punggung rapuh Kayla hingga tak menyadari sebuah motor melaju dengan kencang ke arahnya.
???
Gadis itu tertawa lebar dengan maniknya yang berbinar polos. Mahkota kecil dari jerami itu hampir terjatuh karena tubuh mungilnya yang terus bergerak meluapkan tawa.
“Berhenti Kay, kamu bisa merusak mahkota hasil jerih payahku jika terus bergerak.” lelaki yang lebih tua dua tahun dari si gadis melayangkan tatapan kesal.
“Maaf.” Kayla membenarkan letak mahkota jerami di kepalanya sambil tersenyum manis.
Arkan menggenggam kedua jemari Kayla. Manik karamel itu menatap gadisnya lekat. “Jadi? Kau mau menikah denganku?”
Padi-padi yang mulai merunduk menjadi saksi bisu perkataan seorang pria yang hendak melamar gadisnya. Goresan warna jingga menciptakan siluet menakjubkan di belakang sang gadis, menciptakan suasana magis penuh cinta.
Seulas senyum terbit di bibir Kayla. Akhirnya, setelah melewati perjalanan panjang bersama Arkan, lelaki itu melamarnya. “Tentu saja Arkan, aku mencintaimu.”
Lelaki itu tersenyum manis sambil merapikan helaian rambut Kayla yang mencuat nakal. “Aku janji akan terus bersamamu Kay.” Arkan mengulurkan sebatang padi ke tangan gadisnya.
Jeda sejenak, Arkan mengambil napas untuk menghilangkan gugup. “padi ini sebagai lambang jika aku milikmu. Seperti padi yang memberi kehidupan padamu sejak kecil, biarkan aku menggantikan tugas padi untuk menafkahimu, Kay.”
Kayla membekap mulutnya menahan tangis. Ingatan itu datang seiring dengan langkahnya yang terseok-seok, menuju gubuk mungil di samping persawahan dengan padi yang telah menguning sempurna.
Tempat ini, adalah tempat yang sama saat Arkan melamarnya empat tahun lalu. Tepat di gubuk kecil yang mengarah langsung pada pematang sawah.

Kayla adalah gadis yang paling bahagia saat itu, dilamar oleh pria yang dicintainya sejak kecil. Tapi, seolah takdir memang tidak pernah berpihak pada mereka, Arkan mengalami kecelakaan tunggal hingga merenggut semua ingatannya, ingatan indah tentang mereka berdua.
Kenapa? Kenapa lelaki itu datang jika pada akhirnya hanya menorehkan luka?
Kayla mencengkeram erat dadanya yang berdenyut perih. Kenapa rasanya lebih menyakitkan daripada saat melihat Arkan pergi?
Kayla jatuh berlutut di tengah hamparan padi, sudah tidak sanggup menahan beban tubuhnya. Kristal bening itu sudah berlomba-lomba untuk keluar, tidak menahan diri lagi.
Di sini, Kayla merasa bebas meluapkan segala kesakitannya, memeluk semua kenangan indahnya bersama Arkan bertahun-tahun lamanya.
Kenapa Kayla harus bertemu dengan lelaki itu jika pada akhirnya seperti ini? Hanya memberi luka yang semakin dalam?
Karena memang pada akhirnya, Arkan tidak akan pernah bisa menjadi padi untuk Kayla. Lelaki itu terlalu sempurna untuk bisa Kayla raih.
Langit berubah jingga seiring dengan air mata yang mulai mengering. Kayla sudah tidak sanggup lagi untuk beranjak, energinya terkuras habis.
Entah sudah berapa lama Kayla berada di sini dalam hening, hanya bisa meratapi takdir tanpa mau bangkit.
Hingga kemudian… Kayla terenyak saat sebuah tangan mengulurkan sebatang padi yang masih berwarna hijau ke arahnya. Sayup-sayup gadis itu bisa mendengar suara yang dirindukannya, begitu lembut hingga mengusik alam bawah sadarnya.
Apakah ini nyata? Atau hanya sebuah bayangan semu dari kesakitannya?
“Maaf karena pernah melupakanmu. Bukannya aku ingin, tapi karena aku tidak bisa menjauh dari takdir yang telah Tuhan gariskan. Terima kasih karena sudah menunggu dan menjaga hati untukku.”
Kenapa suara itu semakin terdengar nyata? Bahkan ia bisa menghirup aroma pria itu yang terasa begitu dekat. Perlahan, dengan berbekal harapan yang kian menipis, Kayla mendongak. Rupanya, kristal bening itu belum sepenuhnya mengering. Kayla bisa merasakan cairan hangat itu kembali mengalir. Di depannya kini, bersimpuh seorang Arkan Pranaja dengan perban yang membungkus sebagian kepalanya, sorot matanya nampak sendu, ada rasa bersalah bercampur rindu yang tampak jelas di sana, sedang tangan kanannya memegang erat sebatang padi yang belum sepenuhnya menguning.
End.???
Akhiiiiirrrrnyaaaa, setelah berjuang bikin cerpen ini di tengah peningnya tryout, selesai jugaaaaa… ???Paling gak bisa sama yang namanya deskripsiin perasaan tokoh, suka gak nemu feelnya. ? dd orangnya gak baperan sih, hahaha. ?
Tau kok kalo makanannya gak bikin ngiler… ? bingung soalnya emang gak bisa masak…
Ini juga perumpamaannya aneh banget ? hahaha.Gimana kang @author4 dan @author2 ?
Tadi udah sempet mau nyerah posting ini, beneran..? ketiban sial mulu , hahahaha. ? sinyal sempet mlimpir kemana mana pula! ?
Makasih buat yang udah mau baca… ???
-
26 November 2016 pada 7:58 am #301112DalpahandayaniPeserta
Makanannya enak2 kayanya
-
27 November 2016 pada 3:25 pm #302182Author4Keymaster
Arancini itu macam arem arem gorengkah? Atau nasi kepal goreng yakk… Dibikin bulat2 lalu digoreng yak, au belum pernah tau loh makanan gitu, ini dapat resep baru, kayaknya enak yak ntar kalo pulang kampung mau maksa nyokap bikin secara kalo ada nasi sisa ama nyokap dibikin nasi goreng wkwkkwkw
Mau ngomentarin judulnya dulu yang ternyata cocok ama filosofi cerita ini. Kayla selalu berhubungan dengan padi, dia dibesarkan dari padi, buka kedai yg berhubungan ama padi/nasi dan kisah cintanya jg berhubungan dengan padi
:PATAHHATI
Akhirnya au dapat jawaban atas rasa penasaran di part ini, ternyata Arkan amnesia, tega banget ninggalin anak gadis orang nunggu selama 4 tahun, habis itu dateng2 nagih kue pancong pula, beruntung penantian arkan kaga sia2 yak… dan biarpun si arkan amnesia bakat masaknya kaga ilang yakk
Cerita yang bagus, panjang tapi pas bacanya kerasa singkat karena ceritanya mengalir, itu nasi pake beruang berselimut kalo au pesen di rumah makan pasti dibecandain ama temen2 au, padahal kayaknya enak ya.
Mantab habis ini mau cari arem2 ah atau kalo ga lontong juga kaga napa deh obat pingin kan sama2 dibungkus daun pisang
:TERHARUBIRU
-
-
PenulisTulisan-tulisan
- Anda harus log masuk untuk membalas topik ini.