Baca Novel Bagus Gratis Sampai Tamat › Forum › Forum Kepenulisan › (Lomba Cerpen Kuliner) My Sweet Sugar
- This topic has 37 balasan, 22 suara, and was last updated 7 years, 11 months yang lalu by RositaAmalani.
-
PenulisTulisan-tulisan
-
-
10 November 2016 pada 8:04 pm #281878RositaAmalaniPeserta
Judul: My Sweet Sugar
Genre : Romance.
Penulis : Rosita Amalani
“Creme Brulee! Pana cotta rasberry apakah sudah siap? Sudah waktunya disajikan! Cepat sedikit!” Suara tegas dan dalam mulai terdengar,meneror siapa pun yang berada di dapur pastry.
“Sudah siap, Chef Bima!” balas para asisten dapur bersamaan. Semuanya bergerak cepat seakan dikejar setan. Terlihat kesibukan dapur pada sebuah restoran kelas atas bernama Heaven Kitchen. Area dapur itu sudah seperti arena tempur saja, semua pada sibuk. Pesanan demi pesanan berdatangan tanpa jeda. Sore itu restoran sedang di sewa dalam rangka resepsi pernikahan putri salah satu petinggi negeri, begitu banyak tamunya, banyak pula hidangan yang disajikan. Semua bagian dapur sibuk mempersiapkan menu masing-masing. Tidak terkecuali pada dapur Patissier. Dapur di mana semua dessert terbaik di buat untuk para tamu restoran.
Bima melihat di meja penyajian terdapat beberapa buah mangkuk Cream Brulee, dahinya mengerenyit. “Kenapa atasnya tidak mengeras? Siapa yang membuat ini? kemari cepat!” teriaknya marah, dalam sekali pandang, dia tahu ada yang tidak beres pada hidangan itu.
“Saya yang membuatnya, Chef Bima.” Seorang pemuda datang tergopoh-gopoh sambil membersihkan tangannya pada apron yang dipakainya.
“Creme Bruilee ini harusnya meng-caramel dan berwarna coklat gelap, begitu kamu bakar dengan blow torch. Tapi, coba lihat ini.” Chef Bima mengetuk bagian atas dari creme itu dengan bagian punggung sendok kecil. Tidak ada bunyi “Krek” begitu sendok dipukulkan pada bagian permukaan, sebagaimana jika creme bruilee itu sudah sempurna mengeras caramelnya, maka bagian atasnya akan retak begitu sudah sempurna pembakarannya. “Warnanya juga pucat, dan rasanya…” Bima mencicipi sedikit dari mangkuk itu. “Hambar, masih amis! bentuknya masih terlalu kasar dan kempis. Ulang lagi.” Bima mendorong mangkuk kecil itu menjauh. Crème brûlée adalah hidangan penutup yang berasal dari Perancis; secara harfiah namanya berarti “Krim Gosong” (burnt cream). Susu, kuning telur, dan gula merupakan bahan utama untuk membuatnya.
“Baik, Chef.”
Bima memeriksa Panna Cotta berhiaskan buah raspberry dalam gelas-gelas kecil nan cantik, sudah sangat bagus dan menarik. Panna Cotta adalah dessert khas Italia di sebut juga puding Italia. Terbuat dari bahan-bahan seperti cream, susu segar, gula, dan juga gelatin yang di masak menjadi satu dan diberikan saus buah sesuai dengan selera. Biasanya buah yang digunakan adalah strawberry, lemon, mangga, dan rasberry. Dipilih rasa buah yang sedikit asam segar untuk menyeimbangkan rasanya yang sedikit cream.
“Panna Cotta silakan disajikan.” Bima melambaikan tangannya pada beberapa lelaki berdasi kupu-kupu yang bertugas menyajikan hidangan.
Bima sekali lagi berkeliling dapur, dan ketika tiba di bagian cake and Chocolate langkahnya berhenti. Dia hanya melihat dua orang asisten dapur yang mempersiapkan Cokelat Truffle. Kedua asistennya nampak kerepotan membuat semuanya, karena cokelat itu dibuat dengan kelihaian dan kecepatan tangan langsung, bukan menggunakan cetakan cokelat praline. Hal itu juga yang mempengaruhi rasa dan bentuk cokelat itu sendiri.
“Kemana rekan kalian satu lagi?”
“Tidak datang, Chef.” jawab seorang perempuan, yang merupakan salah satu asisten dapur. “Sudah dua hari ini dia tidak masuk.”
“Tidak memberi kabar apa pun?”
“Tidak, Chef.”
Bima menggeram marah. Dia bakal memecat orang lagi kali ini. Sudah berapa orang yang dia pecat karena malas, dan tidak menjalankan apa yang dia minta sebagai chef di dapur ini, apalagi kabur pada saat krusial begini.
Chef Bima. Lengkapnya Bima Setya adalah seorang lelaki keras kepala dan dingin, memiliki berdisiplin tinggi. Dia begitu mendedikasikan seluruh jiwa dan kemampuannyadalam pekerjaan sebagai koki. Keahliannya bidang kuliner sudah tidak diragukan lagi. Dia juga mendalami kuliner khusus hidangan penutup atau di sebut juga dengan Dessert. Walau untuk bidang kuliner lainnya juga sama ahlinya. Usianya saat sini sudah mencapai 32 tahun dan menduduki jabatan sebagai Chef Pastry di restoran Heaven Kitchen.
Chef pastry sendiri adalah juru masak yang bertugas menyiapkan berbagai hidangan seperti pastries ataupun aneka desserts lainnya. Terkadang pastry chef mempunyai dapur tersendiri yang terpisah dari dapur utama.
Seringkali pula dia diminta menangani event pesta besar berskala international maupun event nasional. Berapa banyak pemilik restoran saingan berusaha mengajaknya bergabung bersama mereka, tapi Bima selalu berkata belum berniat pindah. Pemilik restoran ini sendiri sekuat tenaga mempertahankan Bima untuk tetap bekerja bersama mereka, bahkan Head Chef sendiri merasa segan kepadanya.
Namun keseriusannya dalam bekerja sering kali membuatnya lupa akan kehidupan pribadinya sendiri. Dia tidak punya waktu untuk berkencan dengan wanita, apalagi memiliki kekasih. Pernah suatu kali sebuah majalah wanita tersohor memasukannya dalam list Bachelor of The Month sebagai bujangan yang paling diincar. Dengan status seorang chef terkenal dan masih single, tidak sedikit wanita-wanita cantik mendekatinya, tapi belum ada satu pun yang berhasil menarik hatinya secara langsung. Melihat cake mengembang, atau cokelat meleleh masih lebih menarik daripada melihat wanita cantik menurutnya.
Di lain tempat…
Sugar berdiri di samping kompor gas khusus untuk memanggang, di mana ibunya sedang membolak-balik daging steak dengan cepat. Sugar juga ingin ikut membantu, namun entah ibunya tidak mengijinkannya sama sekali. Para pekerja lain juga terlihat sama sibuknya, bunyi piring dan sendok yang beradu, serta bercampur bunyi peralatan memasak lainnya begitu riuh. Beginilah kalau sudah memasuki jam makan siang, restoran milik keluarganya ini dipenuhi oleh pengunjung yang kelaparan. Serba harus gerak cepat.
“Ibu ijinkan aku memasak cake ya buat di restoran kita.”
“Ibu bilang tidak usah. Kamu cukup lanjutkan pendidikanmu saja, tidak usah terjun ke dapur restoran. Untuk apa membuat cake lagi, kita sudah punya langganan yang memasoknya.”
Sugar memberengut. Restoran ibunya ini memang mempunyai pemasok tetap untuk cake dan hidangan puding lainnya sebagai makanan penutup. Akan tetapi, bagi Sugar rasa dan bentuknya sungguh mengecewakan, benar-benar asal buat. Sugar gemas sekali jika melihat yang seperti itu.
“Tapi Bu, aku bisa membuat cake dan mempercantik hidangan ibu. Lihatlah aku bisa membuat yang lebih enak dari itu.” Sugar menunjuk hidangan cake yang tidak menarik di counter penyajian. Salah satu kekurangan restoran ibunya.
“Tidak boleh, Sugar! Carilah pekerjaan yang bagus jangan mencoba menjadi koki. Atau lanjutkan pendidikanmu lagi menjadi Sarjana S1.”
“Tapi… Tapi… ”
“Sudah minggir, Sugar, Ibu repot. Kamu duduk saja di sana cukup lihat dan duduk manis.” ucap sang ibu tegas.
Gadis yang dipanggil Sugar mendengus kesal, melangkah gontai menunggu di kursi besi panjang yang ada di dapur restoran milik ibunya. Dia membuka tasnya mengeluarkan sebatang cokelat dan mengunyahnya cepat, dengan memakan cokelat dia bisa sedikit tenang. Sugar memandang ibunya dan Honey, kakak perempuannya yang sibuk menghias dan menyajikan hidangan pesanan pengunjung pada siang ini. Restoran keluarganya ini bernama “Simple food” dibangun atas jerih payah ibunya sendiri dari nol hingga bisa seperti sekarang. Restoran mereka menyediakan hidangan lengkap dari steak yang empuk, Salmon pasta sampai spaggeti. Tapi dengan harga terjangkau oleh masyarakat biasa, dengan harga murah tentu saja ramai. Murah bukan berarti restoran mereka menggunakan bahan ala kadarnya tapi memang bahan dengan kualitas bagus.
Kakaknya juga memiliki keahlian yang sama dengan ibunya, hanya saja kakaknya itu diperbolehkan membantu. Jadi kloplah mereka walau akan lebih baik apabila dirinya juga diperbolehkan bekerja di dapur sebagai pembuat cakenya.
Sugar ingat semenjak kematian ayahnya karena sakit, ibunya berjuang menghidupi anak-anaknya. Keluarga tidak ada yang mau turun membantu mereka. Untung saja ibunya mempunyai keahlian khusus memasak yang mumpuni bahkan memiliki sertifikat kuliner, sama seperti ayahnya. Keahlian ibunya memasak makanan inilah yang membuat Sugar tertarik untuk ikut mencoba ikut terjun di dunia yang sama. Meski dia sama sekali tidak pernah mengecap pendidikan khusus kuliner seperti kakaknya. Dia hanya belajar otodidak. Ibunya sama sekali tidak mengijinkan Sugar menginjak dapur restoran, hanya memperbolehkan sebagai pengamat.
Sugar tahu ibunya hanya ingin dia tidak mengikuti jejaknya sebagai koki karena sudah cukup di keluarga mereka yang berprofesi sebagai juru masak. Ibunya ingin Sugar memilih bidang lain sesuai jurusan ilmunya. Hampir setiap hari Sugar selalu mencoba resep yang sudah dia hapal dan temukan dari kegiatan mempelajari buku resep. Terkadang dia menciptakan kue untuk hidangan penutup kreasinya sendiri. Awalnya selalu gagal total dan hancur, tapi dia tidak jera mencoba. Selain itu pula dia juga mempelajarinya dari video pembuatan cake. Semua itu dilakukan secara diam-diam, hanya kakaknya yang mengetahui hal ini. Satu lagi, Sugar sangat tergila-gila pada cokelat. Segala yang berbau cokelat dia sangat menyukainya hingga dia bercita-cita ingin menjadi Chef Pastry. Menjadi seseorang yang ahli membuat cake dan segala hidangan yang berasal dari cokelat.
Jadi ketika Sugar mengetahui restoran terkenal Heaven Kitchen membutuhkan seorang asisten chef khusus bagian cake dan kreasi cokelat, dia nekat melamar walau pengalaman nol besar, alias tidak punya CV atau referensi dari Chef terkenal sebagimana kalau melamar untuk bidang tersebut. Sebenarnya lowongan ini tidak sengaja Sugar temukan, ketika itu iseng mengetikan lowongan asisten chef pada kolom search, dan munculnya iklan dari Heaven Kitchen. Dia pun mengajukan lamaran lewat surel tanpa berharap dia akan di panggil, dia melamar dengan melampirkan hasil foto-foto cake hasil dari percobaannya yang selalu dia simpan di komputernya.
Tidak sampai satu bulan Sugar mendapatkan panggilan interview dan tanggal interviewnya jatuh pada hari ini. Sugar menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan berusaha menenangkan kegugupannya. Hari ini dia menggunakan pakaian resmi, celana panjang hitam dan blazer bernada sama. Sugar masuk menemui seorang wanita Altituderestoran Heaven kitchen untuk menanyakan panggilan interviewnya. Wanita itu menyuruh Sugar menunggu sebentar di kursi tunggu, di mana biasanya para tamu restoran menunggu antri pesanan meja mereka siap.
Heaven kitchen adalah restoran kelas atas yang menyajikan kuliner Eropa dan Asia. Terletak di sebuah daerah pusat bisnis elite. Restoran itu hampir sebagian berdinding kaca, pengunjung bisa melihat pemandangan kota dan orang berlalu lalang di jalanan. Tidak lama kemudian, seorang wanita menghampiri Sugar dan menyuruhnya untuk mengikutinya ke bagian dalam resto, tepatnya ke sebuah dapur yang bertuliskan “Patisserie”
Sugar memasuki ruangan itu dengan langkah gugup. Matanya memandang sekeliling ruangan. Memang dapur profesional, seluruh alat-alat memasakmodern sekali, beda dengan yang ada di restoran milik ibunya. Di dapur resto ibunya sudah alat-alat terbaru, tapi dapur ini, benar-benar surga memasak. Dia bisa mengkhayalkan dirinya bekerja di sini membuat cake-cake lucu dan cantik. Luas dan nyaman sekali, bagian memasak sepertinya ada di sebelah kanan, sedangkan bagian lain tempat meja pencicipan masakan, berbentuk meja panjang yang terbuat dari almunium.
“Itu Chef Bima segera temui beliau, dia yang akan langsung menguji keahlianmu, kamu adalah pelamar yang paling terakhir di wawancara. Good luck ya.” Ucap pengantarnya tadi sebelum berlalu. Sugar perlahan mendekat, matanya melihat seorang lelaki dewasa mungkin sekitar usia awal tiga puluhan, sedang duduk di kursi kayu, terlihat sedang membolak-balik kertas, entah kertas apa.
Lelaki yang terlihat elegan, wajahnya sedikit seperti orang asing, rahangnya kokoh dan tegas dihiasi warna kehijauan di sekitar dagu, seperti habis bercukur. Tapi yang mencolok adalah rambut ikalnya yang sedikit panjang melewati kerah baju putihnya, lucunya lelaki itu menggunakan bando hitam kecil guna menahan poninya jatuh ke dahi. Secara keseluruhan dia tampan, dewi batin Sugar bersorak. Sugar mencubit pahanya mengingatkan tujuan awalnya melamar kerja di sini.
Bima mendongak ketika melihat ada seseorang didekatnya, seorang gadis yang masih sangat muda.
“Silakan duduk,” katanya pada Sugar.
Sugar duduk di kursi di hadapan Chef Bima sambil matanya tak lepas dari wajah lelaki itu.
“Sebutkan namamu.” suara Bima memecah lamunan Sugar.
Bima menatap Sugar dengan seksama, sorot mata tajamnya memindai Sugar seperti sinar x-ray. Gadis di depannya berwajah kekanak-kanakan, bertubuh sedikit berisi, berkulit putih, kedua pipinya bulat chubby persis bakpao, kedua bola matanya hitam legam, bukan coklat gelap seperti kebanyakan orang Asia. Untuk sesaat keduanya saling beradu pandang cukup lama, namun berbeda pemikiran tentang masing-masing.
Sugar masih terpana karena mengagumi wajah Bima, seorang Chef terkenal akan dessert yang dia buat bahkan sampai ke luar negeri. Wajahnya baru-baru ini menghiasi cover depan majalah wanita ternama, sebagai Chef jenius dan masih single. Ternyata dia sangat tampan kalau dilihat aslinya, pikir Sugar.
“Nama?” ulang Bima lagi, mulai sedikit kesal kepada pelamar satu ini.
“Sweet…” gumam Sugar tanpa sadar.
“Saya tahu kalau saya ini “Sweet”, Nona. Konsentrasi atas pertanyaan saya. Saya ulangi, sebutkan namamu.” sudut bibir Bima sedikit berkedut menahan tawa. Sementara para asisten lainnya terkikik geli dibelakangnya.
“Ah maafkan saya, Chef.” Sugar tergagap sekaligus tersipu, pipinya yang putih itu merona. “Nama saya Sugar. Lengkapnya Sweet Sugar, panggilannya Sugar.”
Akhirnya tawa Bima meledak, “Ha… ha… ha… namamu aneh sekali untuk ukuran orang Indonesia.” Tawanya keras sekali. Para asistennya yang berada di dekat situ hampir copot jantung karena terkejut. Bagaimana tidak, Chef Bima di kenal jarang tersenyum malah tertawa terbahak.
Sugar berdecak kesal dalam hati, Sialan! Tapi siapa pula yang tidak tertawa begitu mendengar namanya. Orang tua mana yang tega memberi nama anak gadisnya dengan nama itu. Sweet Sugar. Nama yang hampir tidak mungkin di pakai orang sebagai nama anaknya. Bahkan mungkin tidak ada. Nama itu dibilang nama barat juga bukan, nama ala Indonesia juga bukan. Bahkan waktu dia sekolah dulu namanya diplesetkan menjadi Sugar cane alias pohon tebu.
“Nama yang… ehem… unik. Siapa yang memberimu nama itu?”
“Ayah saya, Chef.”
“Kenapa ayahmu memberimu nama itu?” Mata tajam Chef Bima menyorot geli.
“Karena ayah saya mengatakan, saya lahir bertepatan dengan pabrik gula di dekat rumah nenek saya di resmikan, Chef.” jawab Sugar. “Biar unik, dari pada nama saya jadi Gula manis.” Jawab Sugar panjang lebar.
“Ha? Kamu tidak bohong?”
“Tidak. Saya memang bohong, kok, Chef.” Sugar menyeringai jahil. “Sebenarnya, karena mendiang ayah saya menyukai makanan manis, maka nama saya diberi nama Sugar. Kakak saya malah bernama Honey, Chef.” Sugar berkata santai.
Gadis edan, rutuk Bima dalam hati. Dia sudah dipermainkan gadis bau kencur.Bima berdeham. “Usiamu berapa?”
“22 tahun, Chef.”
“Pendidikan?” tanya Bima lagi.
“Fakultas ekonomi Diploma III. Sudah lulus.”
Bima melipat tangannya di dada, “Atas dasar apa amatiran seperti dirimu berani melamar pekerjaan di bagian Pastry? Kalau kamu tahu reputasi restoran ini, tentu saja kami tidak akan menerima asisten dapur yang tidak memiliki resume pengalaman kerja. Bahkan jurusan kuliahmu sama sekali tidak ada hubungannya dengan dunia kuliner.”
“Menurut chef sendiri kenapa memanggil saya untuk interview, kalau tahu saya tidak ada pengalaman?” Sugar balik bertanya dengan berani. Dia merasa tersinggung sekali karena di remehkan.
Bima menatap datar pada Sugar, “Karena saya tertarik dengan foto-foto masakanmu yang kamu lampirkan, jadi saya memanggilmu untuk wawancara. Nah sekarang jawab pertanyaan saya tadi.” Desaknya tidak sabar.
Sugar mengepalkan tangannya. “Saya lebih mahir membuat cake dari yang bersekolah khusus kuliner sekalipun. Keinginan saya menjadi Chef Pastry yang hebat.” jawab Sugar lantang bersuara.
Tawa tertahan terdengar dari orang-orang yang ada di ruangan itu. Tak terkecuali Bima yang menyunggingkan senyum mengejek.
“Percaya diri sekali. Baiklah, saya mau kamu mencoba membuat ini.” Bima melemparkan beberapa lembar kertas kehadapan Sugar dengan gaya angkuh. “Kalau kamu bisa membuatnya dengan sangat enak dan sesuai dengan kemauanku. Saya akan menerimamu bekerja di sini. Walau kamu… masih sangat amatiran. Pelamar sebelumnya tidak ada yang pernah membuat cake itu dengan sangat enak.”ucap Bima.
“Bahan-bahan untuk membuatnya ada di sebelah sana, kamu ambil dan pilih.” Bima menunjuk dengan dagunya pada sebuah pintu kecil di sebelah kanannya. Sugar bisa ditebak itu adalah gudang bahan-bahan kue seperti yang ada di restonya.
Sugar meraih dan membaca lembaran demi lembaran, membacanya hati-hati perbaris, dari isi resep itu. Chef Bima menyuruhnya membuatnya Hot Chocolate Souffle, makanan penutup yang tidak asing lagi baginya. Sugar sering membuatnya sendiri dikala dia belajar di dapur secara diam-diam dan memakan hasilnya dengan Honey. Beberapa kali kakaknya itu memuji Hot chocolate souffle buatannya dan sangat menyukainya.
Membuat Hot Chocolate Souflemudah sekali,namun ada beberapa tahap yang cukup panjang dan detail. Sekali lagi Sugar membaca resepnya dengan teliti, tidak lama kemudian, segera bergerak cepat, memakai apron yang sudah disediakan, mengikat rambutnya yang sebahu dengan karet gelang dan mengambil bahan sesuai resep di gudang bahan.
Setelah siap Sugar segera bekerja. Pertama; memanaskan oven kue, beruntung asisten dapur resto ini siap membantunya. Kemudian mempersiapkan mangkuk ramekin. Mangkuk- mangkuk kecil berwarna putih itu diolesi dengan buttter terlebih dahulu dan parutan halus dari coklat batangan, ditaburkan di sekeliling bagian dalam mangkuk ramekin dengan bantuan kertas roti. Setelah selasai, mangkuk ramekin tadi dia masukan ke dalam lemari es agar cokelat tadi tidak mencair selama proses pembuatan berlangsung.
Tahap berikutnya membuat Creme Patissiere atau adonan custard. Sugar pun tenggelam dalam pekerjaannya. Mata tajam Bima mengawasi gerak gerik Sugar dari tempat duduknya, gadis itu lincah dan terlihat terbiasa membuat cake. Betapa cepat tangannya mengaduk-aduk adonan custrad dengan kocokan balon dan bagaimana memasukan dengan pas takaran tepung ke dalam kocokan telur dan gula tersebut. Bima heran kemana wajah polos dan jahil tadi menghilang, sekarang berganti dengan wajah serius dan penuh aura, “Jangan mengganggu.” Chef Bima mulai merasakan sesuatu yang menarik di sini.
Sugar mengamati adonan custard terlihat sudah mengental dan berwarna pucat, lalu menyisihkannya sementara. Selanjutnya, menyiapkan panci kecil almunium untuk memasak dan mencampur krim kental dan susu, memasaknya dengan api kecil hingga mendidih. Krim kental adalah double cream atau kepala susu dengan kadar lemak susu lebih dari 40%.
Setelah itu Sugar memasukan cokelat blok yang sudah dipotong-potong dan cokelat bubuk ke dalam panci tadi yang berisi susu dan cream kental yang sudah dimasak, mengaduknya rata menggunakan kocokan yang berbentuk bulat balon hingga tercampur baik dan smooth. Sugar mencampurkan setengah adonan coklat itu ke dalam adonan custard tadi, dan kembali mengaduknya hingga tercampur rata. Dan menambahkankan sisa adonan coklat dan memasak kembali semuanya hingga menjadi adonan kental dan pekat lalu di dinginkan.
Sekarang resep selanjutnya, pikir Sugar dengan semangat membara. Hmm, Ganache, Sugar bergumam sendiri. Sambil memperhatikan resep dia kembali konsentrasi. Tahap selanjutnya mencairkan cokelat blok yang sudah dipotong-potong kecil dengan cara men “tim” coklat bersamaan dengan cream kental kembali untuk membuat Ganache.
Ganache sendiri berasal dari bahasa Prancis yang artinya isian coklat dan krim, atau bahasa koboinya ganache adalah campuran antara cream dan coklat dengan perbandingan tertentu. Yang bisa digunakan untuk filling cokelat yang digunakan umumnya adalah coklat masak atau Dark Cooking Chocolate (DCC).
Setelah bergulat dengan adonan rumit itu, akhirnya Sugar merasa semua adonan siap dimasukan ke dalam ramekin. Adonan yang telah siap dan dibuat sebelumnya akhirnya semua dicampurkan menjadi satu, dan diaduk kembali dengan mangkuk berukuran besar agar leluasa mengaduknya. Sugar tidak lupa sebelumnya dia menambahkan adonan putih telur dan gula yang telah di kocok sampai kaku atau disebut dengan Merenque. Beberapa mangkuk ramekin yang sudah di siapkan sebelumnya di isi adonan berwarna cokelat tadi sampai sebatas bibir mangkuk.
Setelah selesai Sugar lalu membersihkan sisa-sisa adonan dari tepiannya sampai bersih, gunanya agar cake akan naik dengan baik. Ide di kepala Sugar muncul untuk mengikat sekeliling ramekin dengan kertas baking dan mengikatnya dengan seutas benang. Sugar takut kalau adonan akan naik tapi runtuh seketika karena tidak ada penahannya.
Hmm cerdik juga, Bima memuji Sugar dalam hati. Belum pernah dia bertemu dengan seseorang yang begitu memerhatikan detail masakannya seperti dirinya. Tapi kini seorang gadis muda sedang menunjukan padanya bahwa dia juga bisa walau hanya seorang amatiran.
Sugar menyusun semua mangkuk–mangkuk ramekin itu ke dalam loyang persegi, dan menambahkan air ke dalam loyang setengah dari tinggi ramekin, ajaran yang dia pelajari dari buku memasak. Teknik au bain marie atau water bath, digunakan untuk meredam agar panas tidak bersentuhan langsung dengan ramekin yang terbuat dari keramik. Caranya persis seperti men “Tim” coklat. Gunanya agar cake kering di atas, lembut pada bagian dalamnya juga guna mencegah lengket dan gosong. Sekarang cake-cake itu sudah berada di dalam oven kue yang sudah di panaskan sebelumnya. Sugar menggosokkan kedua telapak tangannya pada apronnya, merasa sedikit lega.
Sembari menunggu cakenya masak Sugar membereskan alat-alat masak yang telah dia pakai sebelumnya, membersihkan mejanya sampai selesai dan rapi kembali. Di bawah tatapan tajam Chef Bima yang seperti hewan pemburu, Sugar sebenarnya merasa gugup setengah mati, tapi untung saja dia bisa memasang wajah datar andalannya. Bersikap seakan dia tidak terganggu sama sekali.
Sugar berjongkok di depan oven kue sambil berdoa dalam hati semoga adonannya naik dengan cantik. “Tolong mekar yang cantik ya, please, please,” Sugar bicara sendiri.
Perlahan samar-samar bau harum cake menguar memenuhi area dapur itu. Tanpa disadari oleh Sugar sendiri, orang-orang yang berada di situ mulai merasakan perutnya bernyanyi, dan air liur mereka seperti sudah diujung bibir. Dari harumnya saja Hot Chocolate Souffle itu begitu menggugah selera makan, padahal cake itu belum selesai di panggang.
Mata Sugar membelalak senang ketika dia melihat perlahan adonan cake itu naik dengan indah dan tingginya melebihi bibir mangkuk ramekin. Cakenya berwarna cokelat berkilau, sungguh cantik. Begitu alarm ovennya berbunyi, segera Sugar mengeluarkan cake itu dan menaruhnya di atas meja span. Sekarang bau harum cake itu menjadi bertambah tajam dan nyata. Harum cokelat, susu dan butterr menyatu di udara hampir satu ruangan itu menyebar harumnya. Sebagai sentuhan terakhir Sugar menaburkan gula halus di atas cake- cake tersebut dan menaruh daun mint sebagai hiasan di atasnya.
“Sudah selesai, Chef, silakan dicicipin.” Sugar menyodorkan Hot Chocolate Souffle ke hadapan Bima, sambil menarik napas lega berdoa dalam hati semoga cake buatannya tidak mengecewakan.
Bima meraih sendok kecil dan menyendok cake itu untuk memeriksa kematangan dan kelembutannya. Dalam hati dia kagum cake ini begitu halus dan lembut teksturnya. Berbeda dari yang dibuat pelamar lainnya, yang ini begitu memanjakan mata. Bima menyendok bagian tengah cake itu, dia cukup kaget karena bagian tengah dari Chocolate Souffle itu moist dan rapuh. Begitu sendok itu di angkat terlihatlah bagian dalam yang cair muncul perlahan dan meleleh. Bima menyicipinya dan dia terdiam. Astaga rasanya sungguh creamy dan cokelatnya benar-benar cokelat! Tanpa di sadarinya, Bima terus dan terus memakan cake itu sampai habis, malah menjilati sendoknya.
Para asisten kitchen lainnya saling pandang. Belum pernah sebelumnya Chef Bima mau makan sampai habis seperti itu, bahkan cake buatan mereka saja hanya di cicipi sekedarnya. Tapi kali ini sungguh keajaiban dunia.
“Bagaimana, Chef?” ucap Sugar dengan mata berbinar.
Bima membersihkan mulutnya dengan tisu. Dia baru sadar kalau semua mata tertuju ke arahnya. Dia berdeham sebentar menghilangkan rasa malunya.
“Kamu saya terima.” Jawab Bima langsung.
“Hah? Benarkah? Chef tidak bohong?” Mata Sugar membelalak.
“Minggu depan, karena banyak yang harus saya laporkan pada Head Chef. Datanglah pagi-pagi karena banyak hal yang harus kamu lakukan.
“Siap, terima kasih, Chef.” Sugar melompat kegirangan dan dengan polosnya dia memeluk Chef Bima sebagai tanda terima kasihnya.
Bima merasa gerah sekali. “Maaf tolong lepaskan tanganmu dariku.” dengan paksa dia melepaskan lengan Sugar yang melingkari pinggangnya.
Sugar baru menyadari siapa yang telah dia peluk itu, segera mundur dengan malu. Wajahnya terasa panas, pasti sekarang sudah memerah.Dia lupa kebiasaannya kalau merasa senang akan memeluk siapa saja yang di dekatnya. Kebiasaan buruknya.
“Maafkan saya, Chef, saya hanya merasa terlalu senang.”
“Sudah pergilah.” usir Bima mengibaskan tangannya.
Sugar menunduk hormat dan berlalu.
Bima menggeleng-geleng melihat kelakukan Sugar.
“Emm ini enak sekali, beda kalau kita yang buat ya.” Suara-suara obrolan terdengar dari arah samping, tempat tadi Sugar membuat cake. “Ini nyuss sekali lembutnya.”
“Benar-benar enak ya, pantas saja Chef Bima menyukainya, langsung menerima gadis itu tanpa banyak kesulitan.” suara satu lagi menimpali.
“Ehemm… Sudah makannya?” tegur Bima sambil berkacak pinggang.
Kedua orang tadi menyeringai malu. “Maaf soalnya cake ini enak sekali. Oya, Chef kenapa mudah sekali menerima gadis itu, dia amatiran dan masih tanpa pengalaman.” tanya salah satu asistennya.
Bima mendengus, “Semua orang yang profesional mulai dari amatiran.” Jawab Bima singkat. Bima lalu melihat masih ada satu Hot chocolate Suffle yang belum di makan, lantas dia menyambarnya dengan cepat. “Ini jangan di makan.” ucapnya sambil membawa cake itu keluar dapur Patissier akan di simpan buat nanti di makan lagi.
****
Sugar memberitahukan berita gembira itu kepada ibu dan kakaknya. Tentu saja sang kakak merasa senang karena adiknya bisa bekerja di restoran bagus. Sedangkan ibunya hanya bisa mengomel dengan mengatakan bahwa itu hanya sementara, sebentar lagi juga Sugar akan bosan.Sepertinya ibunya kecewa karena sepertinya seluruh putrinya akan tetap berhubungan dengan dapur. Sugar mengatakan bahwa dia akan belajar sungguh-sungguh untuk menjadi chef pastry suatu saat nanti. Ya,pasti bisa, Sugar memberi semangat pada dirinya sendiri.
Minggu berikutnya pun tiba, pagi-pagi sekali Sugar sudah datang. Chef Bima tanpa ba bi bu langsung menyuruhnya memakai seragam sebagaimana lainnya. Tapi yang membuat heran Sugar seharian ini dia hanya seperti menjadi pesuruh. Di perintah cuci piring, di perintah mengambil bahan ini itu di gudang bahan. Bahkan dia belum boleh memegang panci sekali pun, kecuali kalau di suruh mencuci panci kotor bekas adonan. Setiap kali Sugar bertanya Chef Bima selalu menjawab dengan wajah dingin dan seperti tidak senang, “belum waktunya.”
Mendengar itu Sugar jadi gemas, ingin mencakar-cakar wajah tampan Chef Bima kalau tidak ingat dia bekerja saat ini.
Bahkan Chef Bima juga tidak memberinya kesempatan untuk duduk sekalipun atau memberinya kesempatan membuat hidangan. Setiap dia akan membantu rekan lainnya dia akan di suruh mundur dan hanya kembali sebagai pengamat seperti di restoran ibunya, dan apabila yang lain memerlukan sesuatu, maka dia akan mengambilkannya. Sugar berusaha sabar dengan perlakuan itu.
Tapi ketika sudah memasuki satu bulan bekerja, pekerjaan Sugar masih tetap yang sama. Sugar coba menanyakan juga pada rekan lainnya, dan jawaban mereka sama sekali tidak memuaskan rasa ingin tahunya. Dalam hati, dia mulai bertanya-tanya kenapa begini terus.
Ketika pada suatu malam Sugar berusaha memberanikan diri untuk menemui Chef Bima di ruangannya, ketika jam operasional restoran berakhir. Sugar mengetuk pintu ruangan Chef Bima, tapi tidak ada jawaban dari dalam, perlahan Sugar masuk.
“Chef… Bima…” panggil Sugar pelan. Lampu menyala terang di ruangan ini.
Ruangan Chef Bima besar, ada dua buah pintu kayu berwarna hitam di sana, entah pintu kemana. Deretan rak buku terbuat dari kayu, penuh dengan buku-buku tebal yang sepertinya berisi resep-resep masakan dari luar negeri dan lokal. Sugar meraba-raba buku-buku itu dengan rasa ketertarikan yang hebat. Seandainya boleh meminjamnya, dia rasa akan duduk berjam-jam di sini.
“Ada apa mencari saya, kamu belum pulang?”
Suara maskulin yang menegur Sugar dari arah belakang, hampir membuat jantung Sugar melompat keluar. Dia memutar tubuhnya untuk melihat Chef Bima. Tapi bukan Chef Bima yang biasanya Sugar lihat di dapur, kali ini Chef Bima nampak berbeda. Lelaki itu sepertinya baru selesai mandi terlihat dari rambut ikal yang biasa memakai bando hitam, kini terurai basah dan lurus, dan Chef Bima bertelanjang dada, hanya celana training hitam panjang yang menggantung sebatas pinggang. Dada bidang dan perut rata Chef Bima nyata terpampang di depan mata Sugar. Untuk ukuran lelaki dewasa sepertinya Chef Bima rajin ke Gym, pikir Sugar.
“Hei… bersihkan air liurmu itu. Belum pernah lihat lelaki habis mandi ya?” Bima menoyor kepala Sugar.
Sugar tanpa sadar meraba sudut bibirnya mengira air liurnya menetes sungguhan, tapi ketika tahu itu hanya tipuan, wajahnya mendadak menghangat. Sial!, rutuk Sugar kesal dalam hati.
“Ada apa?” ulang Bima menatap dengan sorot mata geli melihat wajah malu Sugar yang merah seperti tomat masak.
“Saya ingin bertanya, Chef, Kenapa saya belum boleh membuat hidangan dessert. Sudah satu bulan dan saya satu kali pun belum pernah membuat apa pun?”cecar Sugar langsung.
Bima tidak menjawab. Sebaliknya dia mengambil t-shirt dari dalam lemari di samping mejanya, dan memakainya dengan cepat. “Ayo kita bicara di dapur saja.” Ajaknya sambil merapikan rambutnya asal.
Sugar mengiyakan dengan semangat, dia mengikuti langkah lebar lelaki itu dari belakang.
“Duduklah, mau minuman cokelat hangat?” tawar Bima pada Sugar. “Saya tahu kamu penggemar cokelat.” sambungnya sambil mengambil alat French press dari dalam kabinet. Lalu mengambil kaleng cokelat bubuk, gula, susu bubuk, terus cokelat bar yang disimpan di lemari pendingin.
“Chef?” Sugar penasaran membulatkan matanya. Dilihatnya lelaki itu sedang sibuk merebus air dalam teko kecil.
“Dari baumu.” Bima memotong cokelat bar menjadi potongan kecil, memasukan semua bahan tadi ke dalam French press dan menuangkan air panas yang sudah di rebus tadi ke dalamnya. Mengaduknya perlahan seakan berhati-hati sekali. Setelah tercampur rata baru menuangkannya ke dalam dua buah gelas cup, cairan cokelat itu begitu kental dan pekat harumnya. Membuat siapa saja yang menciumnya pasti tidak akan menolak mencicipinya. Bima menambahkan topping whipped cream dan taburan cokelat chip, semakin mempercantik minuman tersebut.
“Heh? Bau saya?” Sugar mengendus-endus lengannya. Dia tidak mencium bau apa-apa selain bau sabun cuci piring. Walau pun tidak dipungkirnya cokelat adalah seperti bahan makanan pokok bagi Sugar bahkan sebelum menemui chef Bima, dia makan cokelat chips yang ada di dapur.
“Jangan ragukan indera penciuman dari seorang Chef. Seorang Chef bisa mencium bau gosong dari jarak jauh sekali pun.” Bima menyerahkan satu gelas yang berisi minuman cokelat pada Sugar. “Silahkan.”
Bau harum cokelat dan susu yang khas itu, begitu menggoda Sugar, dengan semangat dia meraih gelas jatahnya. “Terima kasih, Chef.” Sugar mendekatkan gelas ke bibirnya, meneguk minuman hangat itu. “Ini enak, Chef. Rasanya pas tidak terlalu manis juga. Saya suka, jadi begini rasanya buatan Chef terkenal, seperti mimpi.” Sugar menyeringai.
Bibir maskulin Bima tersenyum tipis, “Jadi, kamu mau ingin tahu kenapa saya tidak mengijinkanmu mengerjakan apa-apa di dapur?” alisnya terangkat sebelah
Sugar mengangguk.
“Itu karena saya ingin kamu terbiasa terlebih dahulu dengan suasana dapur saya. Bagaimana kami bekerja, bagaimana kami berinteraksi satu sama lain. Kamu harus kuat mental ketika mengikuti peraturan saya. Kalau tidak silakan pilih profesi lain.” Bima berkata tegas. “untuk itu saya belum mengijinkan kamu untuk memasak apapun sampai saya ijinkan.”
“Jadi begitu?” Sugar bergumam. “Tapi saya kuat mental, saya tidak akan kalah, ijinkan saya, Chef.” Sugar masih bersikeras.
Bima menarik napas lelah, “Kamu ingin menjadi Chef Pastry kan?”
Sugar mengangguk. “Ingin sekali.”
“Untuk mencapai itu perlu usaha keras. Passion saja tidak cukup, harus punya strong will. Perlu diketahui, menurut saya, profesi sebagai chef sangat butuh dedikasi. Bukan anggap remeh pekerjaan lain, tetapi sebagai chef, memang dibutuhkan kerja keras. Yang orang lihat di program televisi, seperti Masterchef atau Hell’s Kitchen, itu cuma show. Tetapi, di balik layar, sebagai chef itu tidak mudah dan benar-benar butuh dedikasi. Kamu harus tahan untuk tidak libur, pulang malam. Berkutat dengan hidangan gagal, complain pelanggan tentang masakan kita.
“Bahkan tak heran banyak pula orang-orang di dapur yang hubungan pernikahan atau percintaannya bubar. Karena kita tak pernah ada untuk mereka, kita selalu bekerja. Mungkin kalau sudah top sekali, baru bisa santai. Tetapi untuk mencapai posisi atas itu, butuh kerja keras. Selama menjadi Chef saya cuma pernah datang ke 1 kali acara undangan ulang tahun teman. Begitu pun upacara pernikahan teman banyak sekali juga tidak bisa hadir, karena mereka mengadakannya di akhir minggu.”
“Oh makanya Chef sampai sekarang belum menikah?” kata-kata itu spontan meluncur dari bibir Sugar. Infonya begitu yang dia dapat dari para rekannya di dapur.
“Jangan sok tahu, anak kecil.” Bima menyetil dahi Sugar.
“Bukan sok tahu tapi gosipnya begitu, Chef.” Senyum mengejek dari Sugar membuat Chef Bima berkeinginan mencubit pipi chubby gadis itu.
“Sudah malam, ayo saya antar pulang. Tidak baik seorang gadis pulang sendiri malam-malam begini.”
“Chef tidak pulang juga? Jangan katakan kalau Chef tinggal di sini?” Sugar ingin tahu.
“Saya memang tinggal di sini, kadang-kadang saja pulang ke rumah. Untuk praktisnya saja.” jawab Bima. “Tunggu sebentar, saya ambil kunci mobil dulu.”
Sugar mengagumi interior di dalam mobil, begitu dia memasuki sedan mewah milik Chef Bima. Begitu elegan dengan warna hitam hampir mendominasi interior dalamnya. Rapi, wangi dan bersih sekali. Begitu mesin mobil dinyalakan mengalunlah lagu The Spirit carries on.
“Dream Theater?” tanya Sugar. Dia sudah terbiasa mendengar lagu ini dari koleksi Honey, kakaknya.
“Kamu tahu grup musik ini? Boleh juga untuk anak muda seleramu.” kekeh Bima.
“Mereka band musik yang keren.”Sugar tidak menyembunyikan rasa kagumnya
“Pasang sabuk pengamanmu.” Bima mengingatkan Sugar.
Tidak lama kemudian mobil mewah milik Bima itu meluncur membelah jalan raya. Hari sudah menjelang dini hari jalannya sudah sedikit agak lengang.
“Dimana rumahmu?” Bima bertanya.
Sugar menyebutkan daerah tempat tinggalnya dan memberikan petunjuk singkatnya. Dan Bima memacu mobilnya dengan tenang, konsentrasi pada jalan raya dihadapannya.
Namun, kursi mobil yang empuk, dan pendingin udaranya yang sejuk membuat Sugar mengantuk seketika, walau dia sudah menahan setengah mati. Hari ini pekerjaan bantu-bantu dapur sedang banyak-banyaknya, dia kelelahan sekali. Akhirnya Sugar pun kalah dengan rasa kantuknya dan jatuh tertidur.
Setelah satu jam berkendaran, mobil Bima tiba di depan rumah Sugar. Dia mengamati rumah Sugar yang terbilang cukup bagus dan lingkungannya bersih dan rapi.
“Sugar, sudah sampai.” Bima menoleh pada kursi penumpang di sebelahnya, dan dia menggelengkan kepala melihat Sugar sudah tidur nyenyak lengkap dengan dengkuran halusnya. Bima menepuk-nepuk pipi chubby Sugar supaya gadis itu bangun, tapi tidak ada reaksi sama sekali. Dia tidur seperti orang mati, rutuk Bima sambil menyugar rambutnya.
Untuk berapa saatnya Chef Bima menunggu Sugar bangun dengan membuka-buka ponselnya. Sebentar lagi saja, kasihan dia pasti lelah. Terdapat beberapa pesan dari para senior lama yang memintanya untuk mengirimkan salah satu orang rekomendasinya, untuk belajar di sekolah kuliner tempatnya dulu menimba ilmu dengan beasiswa penuh. Bima mengabaikan pesan itu, dia tidak tahu siapa yang akan dia kirim. Mata Bima memberat sekali, dia menyandarkan kepalanya pada sandaran kepala kursi mobil. Tidak salahnya memejamkan mata sebentar sambil menunggu gadis bengal ini bangun, pikirnya.
*****
Sugar menggeliat bangun dari tidurnya, memicingkan matanya yang mengantuk berat. Dia tersadar kalau saat ini sudah berada di dalam kamarnya kembali. Sugar bingung semalam seingatnya dia berada di dalam mobil Chef Bima yang mengantarnya pulang. Tapi kenapa dia tiba-tiba sudah di dalam kamarnya? Sugar mencoba mengingat-ingat lagi apa yang terjadi.
“Sudah bangun, dek?” Honey, kakaknya Sugar berdiri di ambang pintu kamarnya. “Semalam kamu nyenyak sekali tidur, sampai lelaki itu yang membopongmu masuk ke rumah.” Honey tertawa menggoda Sugar. “Katanya dia boss tempatmu bekerja, tampan ya. Tapi sayang orangnya kelihatan dingin sekali.” Celoteh Honey.
“Ha?”
“Kenapa terkejut? Kamu kan tertidur di mobilnya semalam. Kakak melihat ada mobil di luar yang tidak dikenal berhenti depan rumah. Kakak lalu menyuruh Mang Sardi untuk mengecek, tahunya kamu yang di dalam mobil sedang tertidur, tepatnya kalian berdua sama-sama tertidur di dalam mobil.”
Chef Bima juga tertidur? Sugar terdiam. Jadi begitu semalam, pikirnya. Memalukan sekali! Sugar menyembunyikan wajahnya dibalik bantal. Dia merasa sudah merepotkan Chef Bima dengan membopongnya masuk ketika dia tertidur. Sugar melirik jam di dinding kamarnya, sudah pukul 7 pagi. Astaga,sudah terlambat kerja! Secepat anak panah, Sugar segera menyambar handuk dan masuk ke kamar mandi, bisa gawat kalau terlambat. Chef Bima pasti akan mengomelinya panjang.
Benar saja, begitu Sugar tiba Chef Bima sudah memelototinya melemparkan pandangan tidak suka. Sugar hanya bisa menunduk masuk ke dalam barisan.
Sedang briefing pagi seperti biasa, di mana Chef Bima akan menyebutkan hidangan dessert apa untuk hari ini. Salah satu asisten dapur seorang wanita sedikit lebih tua dari Sugar, namanya Dewi, mendapat tugas membuat berbagai macam hidangan cake. Sedari tadi Sugar yang baru selesai mengumpulkan bahan-bahan kue dari gudang penyimpanan, melihat Mbak Dewi seperti terhuyung oleng, hampir saja mangkuk kaca yang sedang dipegangnya terjatuh. Sugar merasa khawatir, “Mbak Dewi, sedang sakit?” tanya Sugar cemas memegangi lengan perempuan itu.
“Tidak, tidak apa-apa, Sugar, hanya sedikit pusing. Maklum kurang tidur, ibu mbak sedang sakit, jadi semalaman menjaganya. ” jawab Mbak Dewi.
“Mbak, lebih baik duduk saja dulu.” Seru salah seorang pekerja lainnya.
“Cakenya belum selesai dibuat. Masih tanggung.”
“Biar saya yang lanjutin, Mbak. Kasih tahu saja apa yang harus saya lakukan.” Sugar masih ngotot.
“Jangan, nanti Chef Bima marah.” Dewi seperti terlihat cemas. Karena dia tahu Chef Bima paling tidak suka kalau ada asisten dapur yang tidak menyelesaikan pekerjaan yang sudah di sanggupi sebelumnya. Kalau sakit atau tidak sanggup katakan pada saat sebelumnya.
“Tidak apa-apa, nanti saya yang bilang, Mbak.”
Akhirnya Mbak Dewi mengalah, akhirnya dia menyerahkan pada Sugar semuanya, biarlah nanti dia akan menjelaskan pada Chef Bima. Resep dan bahan-bahan lainnya sudah tersedia. Sedangkan dia akan beristirahat sebentar sebelum Chef Bima datang untuk mengecek dapur.
Sugar memerhatikan setiap bahan cake yang telah siap, akan tetapi ide jahil di kepalanya muncul seketika, entah kenapa dia ingin membuat sesuatu yang sederhana menjadi bernilai tinggi. Jadilah saat itu Sugar mengerjakan bagian Dewi, hingga cake yang awalnya akan dibuat bersama saus strawberry sudah berubah wujud menjadi Mirror Cake Strawberry. Tersaji begitu cantik berkilau layaknya cermin di tangan Sugar.
Cake yang berasal dari Rusia ini pada dasarnya adalah cake Sponge yang menggunakan Icing gelatin yang akan membuat cake tersebut seperti kaca. Sesuai namanya Mirror Cake. Sugar mempelajari resepnya secara tidak sengaja, dan sudah pernah mencoba membuatnya. Gelatin sendiri merupakan kolagen yang berasal dari berbagai produk sampingan hewan seperti Sapi, kerbau dan kambing. Bentuknya sendiri berupa lembaran kering dan transparant mirip jelly. Pada bagian tengah cake itu berhiaskan potongan buah segar strawberry, blackberry dan rasberry yang disusun memanjang dan bertumpuk. Pada bagian bawah cake itu terdapat hiasan kacang mete yang sudah di hancurkan menjadi remah-remah kecil menempel melingkari cake tersebut.
Sugar memandang puas pada cake buatannya, dia bahkan lupa akan sekitarnya ketika berhadapan dengan cake dengan segala pernak-perniknya.
“Wah cake yang cantik ya.” tegur seorang lelaki salah satu asisten dapur yang bertugas membuat puding.
“Wah rasanya seperti apa ya? Sayang sekali mau di potong. Lihat, kita bisa bercermin di cake ini.”
Semua berkerumun di meja Sugar melihat cake itu secara dekat, mengamati dengan seksama.
“Apa yang kamu lakukan?” Chef Bima tiba-tiba muncul di samping Sugar, menyentakan lengan gadis itu dengan kasar.
Sugar yang sedari tadi lupa akan sekitarnya, terkejut setengah mati. “Chef Bima…”
Semua yang tadi berkerumun mendadak terdiam. Mereka saling pandang cemas.
“Ikut saya.” Bima menarik siku Sugar setengah menyeret gadis itu untuk keluar dapur. “Yang lain lanjutkan pekerjaan kalian!” Serunya memperingatkan.
Seluruh penghuni dapur memandangi kejadian itu dengan was-was. Pasti fatal.
Bima mendorong Sugar hingga punggung gadis itu membentur dinding. Sugar terlihat meringis kesakitan.
“Apa yang kamu lakukan tadi?” Ulang Bima, kedua tangan bersedekap menatap penuh intimidasi kepada Sugar.
Sugar tidak menjawab karena terlalu terkejut, matanya mulai berkaca-kaca. Jantungnya seakan berhenti berdetak. Chef Bima begitu menakutkan sekali di matanya.
“Tida bisa menjawab? Kamu melakukan kesalahan, Sugar, seharusnya kamu belum berhak, membuat apapun di dapur, karena saya belum mengijinkannya. Kamu masih dalam masa percobaan, masih harus banyak memahami situasi dunia kerja di dapurku. Bukan dengan seenaknya, membuat sesuatu sesuka hatimu. Ini dapur saya. Saya yang memutuskan kapan kamu akan bisa bergabung. Apa masih kurang kamu mengerti penjelasan saya waktu itu, hah?”
“Tapi Chef tadi aku cuma berniat membantu Mbak Dewi.”
“Membantu dengan tulus atau mau pamer? Pamer kepada yang lain kalau kamu itu pintar ? Pintar dalam membuat hidangan, heh? Saya paling benci orang yang sombong dan merasa hebat dari yang lain. Karena kesombongan akan memakanmu. ” Bibir Bima menipis geram terlihat sekali di wajahnya.
“Tidak, Chef bukan begitu…” Sugar menatap nanar pada Chef Bima.
“Kamu… lepaskan apron dan seragam dapurmu. Kamu saya skors tanpa batas waktu.”
“Chef…” Sugar makin lemas. Kedua kakinya serasa tak bertulang. Namun, Chef Bima benar. Dia menyadari sekarang, kalau sudah terlalu sombong. Meninggikan diri sendiri, haus akan pujian. Tapi sungguh tidak ada maksud tertentu, dia hanya ingin membantu tapi sepertinya sudah salah kaprah. Dia hanya seorang amatiran yang sombong!
Sugar tanpa banyak kata segera menyingkir dari hadapan Chef Bima dengan tergesa.
Setibanya di ruang loker dia mengemasi barang-barangnya hingga selesai. Baju seragam dia gantungkan rapi di dalam loker. Sugar mengelus seragam itu dengan sedih. Selamat tinggal, ucapnya pedih dalam hati, karena dia tahu tidak mungkin lagi akan mengenakan seragam dari tempat ini.
“Maaf ya, Sugar, Mbak akan jelaskan pada Chef Bima nanti.” Raut wajah penyesalan tergambar dari Dewi ketika mengantarkan Sugar melewati pintu belakang dapur.
“Tidak apa-apa, Mbak. Ini memang salah saya. Saya sudah terlalu besar kepala dan sombong. Padahal kalian jauh lebih berpengalaman, dan saya pamer. Seperti mengajari seekor buaya berenang.” Sugar tertawa miris, kepalanya mendongak agar airmatanya tidak jadi turun. Mungkin saya masih perlu banyak belajar.” Kata Sugar akhirnya.
“Tapi kamu kan tidak dipecat hanya di skorsing, pasti dipanggil lagi.”
Sugar hanya mengangkat bahunya tanda pasrah. Yah, mudah-mudahan.
Sementara itu Bima mengamati Mirror cake buatan Sugar dengan pandangan yang sukar diartikan. Cake itu begitu indah dan cantik, dengan warna merah yang cerah berkilau. Mengundang siapa pun yang melihat cake ini akan terpesona, dan ingin mencicipinya. Bima dalam hatinya mengakui kalau Sugar adalah gadis berbakat alami. Dia tanpa susah payah akan menyulap semua makanan yang dibuatnya menjadi enak, walau orang lain pernah membuat yang sama. Gadis itu bertangan dingin.
Bima menggaruk tengkuknya gelisah, belum pernah dia merasa seberat ini untuk memberi hukuman pada anak buahnya. Tapi kenapa dengan gadis itu dia merasa bersalah sekali, bersalah juga karena sudah menyakitinya. Rasa takut mulai menjalari Bima, jauh di dalam hatinya, dia tidak ingin gadis itu membencinya. Tapi kenapa? Ck ini tidak baik! Seharusnya bukan seperti ini, umpatnya dalam hati.
****
Sugar menyobek bungkusan cokelat almondnya, menggigit dan mengunyahnya dengan cepat. Sudah satu minggu sejak kejadian itu, semangatnya menguap bagai asap. Biasanya dia akan full charge menghadapi harinya, tapi kini bila mengingat kejadian memalukan itu serasa mau mati saja. Sugar marah pada dirinya sendiri, hingga seringkali menampar pipinya sendiri karena terlalu bodoh. Bodoh bodoh!
“Hey, dek, mau sampai kapan kamu begitu, ayo ikut ke resto, bantu-bantu sana.” Honey menarik merebut cokelat adiknya.
“Kembalikan cokelatku. Aku tidak mau ke resto kalau hanya untuk duduk manis lagi.”ujar Sugar sewot.
“Tidak, ibu sudah ijinkan kamu masuk dapur.”
“Benarkah?”
“Iya sudah cepat sedikit. Jangan makan cokelat terus, lihat kamarmu penuh bungkus cokelat begini, Dek.” Honey bersungut-sungut.
“Nanti aku sapu, Kak.” Sugar bangkit meraih tas ranselnya. “Ayo kita pergi.”
****
Bima mengetuk-ngetukkan jemarinya di meja kerjanya, gelisah sekali saat ini. Sudah seminggu dia tidak melihat Sugar di dapurnya. Rasanya sepi juga, tapi gadis itu sedang menjalani skorsing. Bima menarik napas resah, dari awal dia sudah menaruh perhatian khusus pada gadis yang sepuluh tahun lebih muda darinya itu. Entah kenapa dia tanpa sadar selalu memikirkan Sugar, belum pernah dia seperti ini sebelumnya. Bagaimana gadis itu dengan mudah akrab sekali dengannya. Bima ingat ketika mereka sama-sama tertidur di dalam mobil, dikejutkan dengan gedoran di kaca mobil dari kakaknya Sugar. Sungguh saat itu tanpa sadar dia sudah tertidur bersebelahan dengan Sugar yang masih terlelap sekali dan harus membopong gadis itu hingga ke kamarnya. Setelah itu lengannya serasa mati rasa, karena menahan berat tubuh Sugar yang sama sekali tidak ringan.
Bima mengusap wajahnya lelah, baru saja dia mendapat penjelasan dari Dewi bahwa Sugar sepenuhnya tidak bersalah dalam kejadian itu. Dewi hanya meminta bantuan Sugar sebentar sementara dia istirahat karena pusing. Seharusnya Chef Bima tidak memarahinya, begitu perkataan Dewi kepadanya.
Bima melepas apron dan mengganti seragamnya, dia mengambil kunci mobilnya dan keluar. Sebelum pergi dia mampir ke dapur terlebih dahulu, untuk mendelegasikan tugasnya pada asisten dapur kepercayaannya. Sebagian asisten dapur mungkin bertanya-tanya dalam hati, karena tidak biasanya Chef Bima pergi meninggalkan dapur dengan mudah, pasti ada sesuatu yang penting yang membuatnya terburu-buru.
Mobil Bima berhenti di pelataran parkir sebuah restoran yang terlihat cukup ramai. Memerhatikan nama restoran ini, akhirnya dia menemukan juga tempatnya.Bima memasuki restoran yang sedang ramai itu. Dia mengambil duduk di meja sudut ruangan resto. Seorang pelayan datang menanyakan pesanannya, dan dia memesan jus melon. Untuk sesaat Bima memerhatikan penataan restoran ini yang di dominasi warna kayu-kayuan. Dari meja sampai kursi juga bernuansa kayu.
Warna coklat juga sampai ke lantainya yang di desain dengan gradasi warna orange. Setiap meja terdapat lampu gantung bergaya vintage warna hitam. Tempat yang asyik untuk hang out, pikir Bima, matanya terus menyapu tempat itu sambil mencari-cari kalau saja Sugar berada di sini. Ketika sang pelayan datang, Bima menanyakan Sugar dan menitipkan pesan kepada pelayan itu.
Untung saja dia mendatangi tempat yang tepat, artinya ini benar restonya Sugar, setelah sebelumnya dia menanyakan pada penjaga rumah Sugar. Bima terkejut karena ternyata keluarga Sugar mengelola restoran “Simple Food” yang cukup terkenal di kota ini. Selama ini yang pernah dia dengar kalau restoran ini reputasinya bagus. Tapi kenapa Sugar memilih tempat lain untuk bekerja?
Sugar celingak-celinguk mencari seseorang yang ingin bertemu dengannya. Pesan yang di sampaikan lewat pelayan tadi hanya mengatakan seorang teman ingin bertemu. Sugar heran seingatnya, teman-temannya akan menelpon terlebih dahulu untuk saling bertemu. Sugar akhirnya sampai ke meja yang dimaksudkan. Sugar membulatkan matanya ketika melihat siapa yang duduk di sana.
“Chef Bima? Kenapa ada di sini?” Sugar kebingungan, jantungnya berdebar kencang. Sudah satu minggu tidak melihat Chef Bima seperti sudah sangat lama sekali.
“Saya ingin bertemu denganmu.” Bima berkata mantap.
“Kenapa?Bukannya saya sedang di skors menuju di pecat?”
“Saya ingin minta maaf.” Jawab Bima terkesan sungkan karena gengsi.
“Chef? Anda sehat? Tidak demam kan?” Sugar menyentuh dahi Chef Bima untuk memastikan.
“Saya sehat.” Bima menyingkirkan tangan Sugar dari dahinya. “Sebagai permintaan maaf,saya mau menunjukan sesuatu padamu. Ayo ikut.” Bima langsung saja menarik tangan Sugar dengan paksa untuk mengikutinya.
Sugar mulai ketakutan ketika dia di dorong masuk ke dalam mobil sedan mewah Chef Bima. Semua memandang bingung melihat pemandangan aneh tersebut, tapi tidak ada yang berani mencegah. Hanya kakak Sugar yang melambaikan tangan dengan gembira. Dasar!
“Mau di bawa kemana saya, Chef?”
“Ke rumahku.”
Sugar menelan ludahnya gugup. Ke rumah Chef Bima? Mau apa di sana?
Langkah Sugar seperti digelayuti rantai besi begitu mereka tiba di depan pintu apartemen Chef Bima. Rasa canggung mulai menyerangnya, pertama; dia baru kali ini main ke rumah seorang lelaki, apalagi lelaki dewasa seperti Chef Bima. Kedua; dia sama sekali tidak mengerti apa yang akan di lakukan Chef Bima dengan menyeretnya kemari.
“Masuk.” Perintah Bima tanpa bisa dibantah Sugar. “Apartemen ini jarang ditempati, Cuma akhir pekan saja saya kemari.”
Sugar masuk dengan sungkan, dan berdiri mematung di tengah-tengah ruang tamu apartemen ini. Sudah bisa ditebak tempat ini mewah sebagaimana seorang terkenal tinggal. Apartemen lagi-lagi penuh nuansa hitam putih dari dinding berlapis warna putih, sofa empukjuga berwarna hitam kontras dengan meja dan interior lainnya yang berwarna putih. Lukisan abstrak yang tergantung di dinding di atas televisi juga hitam putih. Semuanya hampir sama warnanya.
“Sugar kemarilah.” Panggil Chef Bima dari arah sebelah dalam. Sugar segera mengikuti arah suara itu, dia tiba pada ruangan dapur yang luas dimana Chef Bima sedang berdiri di balik meja pantry lengkap dengan apron dan peralatan memasak.
“Saya akan menunjukan sesuatu padamu. Duduklah di sana.” Bima menunjuk sebuah kursi makan tinggi persis depan meja pantry.
Sugar menurutinya dengan bingung, “Mau membuat apa, Chef?”
Bima tidak menjawab hanya tangannya yang lincah sedang mempersiapkan bahan-bahan membuat cake seperti biasa, menyusunnya rapi dan teratur. Bahan-bahan itu berupa cokelat chips, cokelat chips berwarna putih, susu cream, gula dan butter. Pertama; Bima mengambil susu cream mencampurnya dengan gula danmemasaknya di panci kecil sekitar dua puluh menit, setelah terlihat mendidih,lalu menambahkan semangkuk sedang butiran cokelat putih,mengaduknya hingga mencair. Kemudian, menyiapkan cetakan silikon persegi panjang yang terdapat empat lubang berbentuk setengah lingkaran.
Perlahan-lahanBima menuangkan cokelat putih cair tadi ke dalam cetakan silikon tersebut. Mengisi setiap lubang dicetakan itu dengan adonan lalu meratakannya di sekeliling lubang. Setelah itu dia membersihkan tepiannya, sebelum akhirnya membalik cetakan silikon itu hingga bagian atas menghadap ke bawah, mengguncang-guncangnya untuk mengeluarkan sisa-sisa coklat. Mendiamkannya sebentar sebelum memasukan cokelat putih tadi ke dalam blast cooler untuk mendinginkannya.
Sembari menunggu coklatnya mengeras, Bima mengerjakan bahan selanjutnya yaitu membuat almond crumble. Kacang almond di hamburkan di atas kertas baking, kacang-kacang itu terlebih dahulu telah dihancurkan menjadi remah-remah kecil. Selanjutnya, Bima mencampur air dan gula pasir untuk membuat cairan caramel. Setelah gula dan airnya menyatu dan terciptalah warna kuning kecokelatan, lantas dituangkanke atas pecahan kacang almond yang sudah dilapisi kertas baking tadi. Meratakannya lalu membiarkannya mendingin dan mengeras. Pada tahap berikutnya Sugar melihat lelaki itu mencampur cokelat chip, cokelat milk di tambah susu cream lalu memasukannya ke microwave.
“Kenapa dimasukan ke microwave tidak di “tim” saja langsung?” tanya Sugar.
“Memakai microwave jauh lebih cepat mencairnya. Sekedar menghemat waktu.”
Sugar masih menunggu tidak sabar apa yang akan dibuat oleh Chef Bima dengan cokelat-cokelat itu. Dia terkagum-kagum bagaimana melihat Chef Bima menunjukan keahliannyayang terkenal itu. Tanpa sadar Sugar tersenyum kecil melihat lelaki itu dengan dengan jari-jarinya yang terlihat indah dan kokoh ketika memagang peralatan memasak. Sugar suka sekali melihatnya.
Tidak lama setelahnya Bima mengambil cokelat putih yang sudah mengeras sempurna dari Blast cooler, perlahan-lahan sekali mengeluarkan cokelat putih itu dari dalam cetakan. “Harus hati-hati karena sangat rapuh,” Bima menerangkan. Sungguh cantik, hasil cetakan cokelat-cokelat putih itu kini berbentuk kubah dengan setengah lingkaran yang mengkilat dan sempurna bentuknya.
“Saya jadi tidak sabar menunggu bagaimana jadinya buatan anda, Chef.” Sugar menatap Chef Bima dengan mata berbinar tidak sabar. Jari-jarinya saling meremas gelisah bercampur excited.
Bima terkekeh melihat tingkah gadis itu, “Just wait and see.” Katanya penuh rahasia. Bima kemudian mengambil buah strawberry, blueberry dan es krim vanilla dari dalam lemari es yang akan digunakannya sebagai hiasan.
Sugar memerhatikan lagi, Chef Bima meraih satu buah kubah coklat putih, sepertinya akan di susun di atas piring datar. Tapi sebelumnya lelaki terlihat melumerkan pada sedikit bagian bawah kubah cokelat putih, dengan menggunakan pisau yang telah dipanaskan terlebih dahulu, dan meletakannya di atas piring datar secara terbalik, persis mangkuk kecil. Pada bagian dalamnya selanjutnya di isi dengan, kacang caramel crumble, buah strawberry, lalu es krim vannila.
Bima mengambil satu lagi kubah cokelat putih, melumerkan kembali, tapi kali ini hanya bagian tepian bola agar menyatu pada saat ditangkupkan pada kubah satunya, hingga berbentuk bulat sempurna dan meratakannya. Bima menghias bola cokelat putih itu dengan buah rasberry dan blueberry pada bagian bawahnya hingga mengikuti lingkaran bola cokelat.
“Selesai!” Bima Chef membersihkan tangannya dengan tissue dapur.
Sugar memandang hasilnya dengan mata berbinar penuh ketertarikan, “Bagaimana Chef bisa membuatnya jadi begini.” Sugar melihat bola cokelat putih yang unik.
“Masih ada kejutannya.” Bima mengeluarkan cokelat yang sudah mencair dari dalam microwave, mengaduk-aduknya sebentar lalu memasukan cairan cokelat itu ke dalam sebuah topless kecil selagi hangat seperti cairan saus.
“Nah ayo coba. Tapi sebelumnya sebagai langkah terakhir…” Bima menuangkan saus cokelat hangat dari dalam toples ke permukaan bola cokelat putih. Tidak terjadi apa-apa mulanya, tapi alangkah terkejutnya Sugar, karena secara perlahan bola cokelat putih itu retak dan meleleh, menampilkan isian di dalamnya es krim, kacang caramel crumble dan buah potong serta cream.
“Astaga! Cantik sekali!” Sugar mendekatkan wajahnya untuk melihat proses mencairnya bola cokelat itu secara perlahan meleleh. Dia terperangah, kedua matanya hampir tidak berkedip. “Amazing!”
“Ayo cicipin rasanya. Saya memberi nama cokelat ini “Chocolate Bomb Sundae”
Sugar meraih sendok kecil yang telah disediakan di samping piring. Menyuapkan sesendok coklat yang meleleh bersama es krim ke mulutnya. Senyum Sugar langsung terkembang lebar, kelembutan es krim bercampur cokelat cair benar-benar membuat lidahnya menari. Cokelat dan es krim benar-benar perpaduan selangit, di tambah kerenyahan kacang caramel almond dan rasa asam dari buah strawberry potong.
Sugar seakan tidak bisa berhenti untuk memakannya, sampai tidak menyadari kalau dia makan dengan belepotan cokelat di bibirnya.
Tangan Bima terlulur mengusap sudut bibir gadis itu dengan ibu jarinya, mengusapnya pelan sekali.
Sontak Sugar memundurkan kepalanya karena kaget. Jantungnya seakan melorot ke perut, sentuhan jemari Chef Bima pada bibirnya mampu membuat Sugar gelagapan. Gerakannya yang memegang sendok menjadi membeku.
Bima juga sama terkejutnya, segera menarik tangannya cepat. “Ehemm… maafkan saya karena telah memarahimu waktu itu. Dewi sudah menjelaskan semuanya. Sekali lagi saya minta maaf.” Bima menguasai dirinya kembali dengan tenang.
Sugar terdiam. “Di maafkan karena cokelat ini sangat enak.” Sugar menyeringai gugup.
“Jangan kebanyakan, badan kamu sudah berat, lengan saya sakit menggendongmu.” Sindir Bima sambil mengulum senyumnya.
Sugar mendadak teringat dimana dia tertidur di mobil chef Bima dan di bopong masuk ke rumah. Wajah Sugar entah sekarang sudah semerah apa sekarang. “K… Kapan itu ya? Sudah lama sekali kejadiannya. Saya lupa.” elaknya dengan pura-pura konsentrasi lagi pada makanannya.
Bima hanya bisa menggelengkan kepala menyerah, dia tidak dapat berkata lagi.
*****
“Chef, Suatu saat apabila saya sudah menikah, ingin sekali membuka restoran sendiri. Membuat cakenya sendiri tentu sangat menyenangkan.” Sugar memainkan tepian mugnya yang berisi teh lemon, berkhayal tentang masa depan. Saat ini mereka berdua duduk-duduk santai di beranda apartemen Chef Bima yang menghadap lapangan luas berupa taman indah. Saat senja begini lampu-lampu taman yang bertebaran mirip gula-gula caramel.
“Menikah?”
“Iya, untuk itu saya harus mencari seseorang yang mendukung apa yang saya lakukan kelak. Dan tidak akan protes bila saya terlihat sibuk.” Kekeh Sugar berkhayal jauh.
“Sudah punya calon?” goda Bima.
“Kenapa Chef menanyakan itu? Mau daftar nih?” Sugar mengerling jahil. Dia suka ngobrol berdua begini dengan lelaki dewasa seperti Chef Bima.
“Kalau kamu tidak keberatan.” ucap Bima serius.
Sugar membeku. “Ha? Chef bercanda kan?” tanyanya meragukan.
Bima terbahak, “Tentu saja saya bercanda. Mana sudi saya berpasangan dengan gadis kecil sepertimu.”ejeknya.
Sugar mencebik kesal. Sedikit kecewa, berharap kalau Chef Bima tiba-tiba bilang suka padanya. Ah tidak mungkin! Kamu jangan mimpi, Sugar!
“Oh ya apa kamu mau sekolah kuliner di Perancis? Saya bisa merekomendasikanmu ke sekolah yang itu. Mereka juga akan melihat rekomendasi saya juga dan kabarnya biayanya akan dibebaskan.” Chef Bima menoleh pada Sugar.
“Sekolah kuliner di Perancis? Sungguh? Wow..mau… saya mau, Chef.” Mata Sugar berbinar semangat.
“Baiklah, biar saya bicarakan dulu dengan senior di sana.”
“Terima kasih banyak Chef.”
“Sama-sama.”
Semenjak hari itu, Sugar kembali ke dapur lagi. Sekarang dia diijinkan membuat hidangan penutup. Dengan bimbingan dan pelajaran langsung dari Chef Bima, Sugar sudah bisa membuat dessert yang sama sekali tidak dipikirkannya akan dia buat.
Contoh buatannya begitu di sukai pengunjung adalah, “Forbidden fruit.” Cokelat mousse beku berisi ganache, berlapis coklat yang diberi perwarna makanan berwarna merah. Di bentuk persis buah apel dengan sajian pendamping berupa sorbet strawberry dan cokelat soil. Cokelat soil adalah campuran dari butter, telur, cokelat, tepung dan gula yang diblend jadi satu hingga berbetuk remah dan di panggang di oven hingga renyah. Sedangkan sorbet adalah dessert yang berasal dari sari buah, seperti es cream tapi tanpa krim dan teksturnya lebih keras.
Sungguh,pelajaran dari Chef Bima benar-benar mengerikan bagi Sugar. Lelaki itu tidak segan-segan membuang cake buatan Sugar ke tong sampah apabila menurutnya tidak bagus, dan jauh dari kriterianya.
Sugar juga baru meyadari betapa dangkal ilmu yang dia punya, ternyata masih begitu banyak seluk beluk yang tidak di ketahui di dunia kuliner ini. Dunia yang tidak asing baginya tapi masih menyimpan keunikan tersendiri yang masih perlu dia ketahui. Mulai sekarang Sugar bertekad akan terus belajar dan menyerap ilmu sebanyak-banyaknya, agar cita-citanya menjadi Chef Pastry bisa terwujud.
Tiga bulan kemudian…
“Chef Bima! Saya diterima!” Sugar menyerbu masuk ke kantot Chef Bima.
“Di terima apanya?”
“Saya di terima di sekolah kulinerLe Cordon Bleu di Perancis! Sesuai jurusan Pattiserie, dengan bebas biaya penuh. Dua tahun belajar di sana.” Sugar berjalan hilir mudik tidak bisa diam kerena terlalu gembira, dengan kertas penerimaan yang masuk ke surelnya. “Terima kasih, Chef Bima karena rekomendasinya.”
Bima tersenyum kecil, dia ikut bahagia karena Sugar mendapatkan tempat belajar yang bagus. Sekolah memasak Cordon Bleu didirikan pada 1886, dan merupakan sekolah kuliner tertua di dunia. Memiliki kampus di berbagai belahan negara, Paris, London, Australia, dan Kanada. Silabus pelajaran mereka berdasarkan ajaran Bapak dari masakan Prancis, Auguste Escoffier, namun juga memasukan cara modern dalam menyajikan makanan. Beberapa lulusannya bekerja sebagai chef di restoran dan hotel ternama, bahkan banyak diantara mereka pun yang menjadi jurnalis kuliner, membuka bisnis restoran, dan konsultan makanan. Sugar beruntung sekali di terima dengan bebas biaya penuh selama dua tahun.
Tapi, di lain pihak hatinya tidak rela harus berpisah dengan Sugar. Padahal dia yang menyarankan dan merekomendasikan gadis ini untuk menempuh pendidikan kuliner.
“Chef Bima, kenapa? Kenapa tidak terlihat gembira?” Sugar bertanya khawatir melihat Chef Bima seperti termenung.
Bima memberikan senyum menghibur, “Tidak, aku turut senang kamu bisa belajar di sekolah yang bagus. “Kapan kamu berangkat?”
“Dua minggu lagi, Chef. Banyak yang harus saya urus dulu mulai sekarang. Huff… rasanya tidak percaya saya akan bisa belajar di sana. Seperti keajaiban.”
Bima menepuk lembut kepala Sugar. “Tidak ada yang tidak mungkin bila kamu berniat sungguh-sungguh. Belajar yang rajin ya.”
“Tentu.” Sugar mengangguk semangat.
Dua minggu berlalu tanpa terasa, akhirnya keberangkatan Sugar pun tiba. Ibu dan kakak Sugar mengantarkan ke bandara. Ibu Sugar yang awalnya menolak putrinya sekolah di luar negeri, kini sepertinya sudah pasrah dengan keinginan Sugar yang keras.
Sementara itu, Sugar sedari tadi menunggu kalau saja Chef Bima juga ikut mengantarnya. Tapi tidak mungkin rasanya, Chef Bima pasti sibuk di restoran dan tidak akan meninggalkan pekerjaanya, hanya demi mengantarkan dia berangkat. Lagipula mereka berdua bukan siapa-siapa, kekasih juga bukan. Sugar menertawakan dirinya yang terlalu berharap. Yah dia sepertinya sudah gila.
Bima berdiri gelisah di ruang kerjanya, hari ini Sugar berangkat dan apalah dia harus mengantar? Tapi pekerjaannya banyak saat ini. Kalau tidak sekarang mungkin akan sangat lama untuk bertemu dengan gadis itu lagi. Bima menarik napas resah, mau tak mau di akhirnya tidak dapat membohongi hatinya kalau dia menyukai Sugar. Tapi dia tidak ingin perasaannya ini diketahui oleh gadis itu, karena akan mengganggu sekolahnya, lagipula Sugar masih teramat muda baginya. Belum waktunya buat mereka. Namun, Bima harus menemui Sugar sekarang, semoga masih sempat. Bima mengambil sesuatu yang sedari tadi tergeletak di atas meja kerjanya.
Panggilan untuk penumpang pesawat menunju Perancis sudah terdengar Sugar meraih tas ransel dan kopernya bersiap untuk pergi. Setelah berpamitan pada ibu dan kakaknya, Sugar pun melangkah menuju pintu keberangkatan.
“Sugar!”
Sugar menoleh ke arah suara yang sudah di kenalnya baik, “Chef Bima, kenapa kemari?”
Bima seperti habis berlari terlihat dari napasnya yang terengah, “Syukurlah saya belum terlambat.”
“Chef…”
“Saya ingin memberikan ini untukmu. Lumayan penghilang bosan di pesawat. Penerbangannya lumayan lama.” Sebuah kotak pipih berwarna merah disodorkan ke tangan Sugar.
Sugar menerima kotak itu dengan tanda tanya, apa gerangan isinya. Dia membuka kotak tersebut, ternyata isinya berbagai macam bentuk cokelat truffle yang lucu.Ada yang berbentuk bulat, kotak dan kerucut. Topping nya juga berwarna hijau, ungu, merah. Mulut Sugar langsung berair membayangkan rasanya.
“Wah cantik sekali, ini pasti enak. Chef membuatnya sendiri?”
“Tentu saja .Chef sehebat saya masa beli. Itu memalukan.” Bima menyombongkan diri.
“Sombong.” Ejek Sugar geli. “Tapi terima kasih banyak.”
Bima mendekati Sugar.“Sugar, cepat kembali ya.” Sementara ibu dan kakak Sugar menyingkir dari sana memberi ruang pada kedua orang tersebut.
Sugar tersenyum lebar. “Kalau saya betah disana, tidak mau pulang bagaimana?” Sugar menggoda Chef Bima.
Tangan Bima tiba-tiba saja sudah melingkari pundak Sugar, menariknya gadis itu hingga masuk ke dalam pelukannya. “Saya akan menyusulmu dan menyeretmu pulang.” Gumamnya pelan sesuatu yang berat seperti sesuatu tertahan di tenggorokannya.
“Chef…? Sugar bingung tiba-tiba dipeluk oleh Chef Bima. Bau harum yang segar musk yang menguar dari lelaki ini membuatnya makin kehilangan orientasi.
“K…kenapa?” ucap Sugar terbata-bata kebingungan.
Bima segera melepaskan pelukannya. Sugar merasa kehilangan sekali, tanpa sadar dia menghela napas kecewa.
Bima untuk sesaat terdiam, seperti memikirkan sesuatu. “R.A.H.A.S.I.A. Saya akan katakan begitu kamu lulus dari sekolah itu. Makanya kamu harus kembali untuk mengetahui jawabannya.” Bima selanjutnya terkekeh.
“Dasar pelit. Katakan sekarang juga apa salahnya.” rutuk Sugar kecewa.
“Nanti saja.” Bima bersikeras.
“Baiklah kalau begitu, saya pasti akan pulang cepat untuk menagih RAHASIA nya. Saya tidak ingin mengucapkan selamat tinggal. Tapi sampai jumpa lagi, Chef. Saya akan menunggu kata-kata selanjutnya.” Sugar berjinjit mengecup pipi Chef Bima sekilas. Bima menaikan alisnya terkejut.
“Kamu ini…” Bima tidak bisa menahan senyumnya, dia hanya menggeleng kepala atas tindakan gadis itu.
“Sudah waktunya berangkat.” Sugar berjalan menjauh, air mata tidak dapat di sembunyikan lagi, antara menangis dan tertawa bahagia dia melambaikan tangan dengan semangat pada Chef Bima. “Sampai jumpa lagi!” teriaknya tanpa malu-malu.
Bima membalas lambaian tangan Sugar. Sampai jumpa lagi, My Sweet Sugar.
Life was a like box of chocolate, you never know what you’re going to get
END. FIN. TAMAT.
Masih banyak yang perlu di jelaskan lagi di cerpen ini, tapi krn sdh kepanjangan bgt, sy cut. Mohon maaf bila ada bagian-bagian yang tidak jelas atas kekurangan risetnya. Mohon maaf juga kalau ceritanya aneh, banyak bolong-bolongnya :aaaKaboor :PATAHHATI
-
10 November 2016 pada 9:06 pm #282118famelovendaModerator
Lapaaaaaaaarr……. Ngileeeeeerrrrrr…… Kue2nya bikin salfoooookkk :NABRAKKACA
aku ga kuat baca tiap kata yang jelasin proses dan bagaimana rasa kue nyaa. Pengen ikutan makaaaaan :RAKUSS
Chef Bimaaaaa…. Buatin aku cokelat panasnya juga dooooong :DORR!
Kak Ros, ceritanyaaa keren tp sayang gantung. Kelanjutan kisah mereka gimana, yaaa :PATAHHATI
-
10 November 2016 pada 9:09 pm #282130GrenboyPeserta
- Wih bagus banget cerita kak Ros,gak kalah sama ceritanya author 2 dan 4. Sugar Cane juga bagus buat namanya wkwkwk. Endingnya keren, ringan dan pas. Yang paling penting tuh dessertnya enak enak jadi pengen :PATAHHATI semangat kak Ros… :MAWARR :kabuuuur!
-
10 November 2016 pada 9:49 pm #282290AuthorKeymaster
Karakter Chef Bima dan Sugar ( pemilihan nama yang luar biasa unik ) benar-benar menyenangkan, pembangunan relasi diantara keduanya juga smooth dan enak dibaca dari proses perkenalan yang membuat senyum dan ending yang warmingheart. Dan yang pasti ini cerpen bikin lapar melanda tengah malam, author bukan penggemar makanan manis, tapi cerpen ini bikin author ingin menggantikan segelas kopi di meja dengan segelas cokelat panas yang manis dan melahap kue-kue manis.
Cerpen yang sangat indah dari segi penulisan dan penggambaran makanan. Luar biasa, ada ilmu ttg teknik memasak juga untuk dipelajari. Seandainya ini dilanjutkan pasti author lahap dengan senang.
Dan satu yang pasti : karakter Bima adalah karakter laki-laki idaman, selain karena dia pintar memasak, dia adalah pendengar dream theater, the spirit carries on.
If I die tomorrow
I’d be alright
Because I believe
That after we’re gone
The spirit carries onLagu sepanjang masa kesukaan author :BAAAAAA
-
10 November 2016 pada 10:20 pm #282428RositaAmalaniPeserta
@famelovenda itu minuman cokelat namanya french hot chocolate terkenal karena ke kentalan cokelatnya, resepnya kurang lebih begitulah :aaaKaboor
@grenboy makasihhhh kiss jauhhhh :NGEBETT
@author ya ampun makasih, Au sudah menyempatkan baca hehhe. Di comment sama au jd mood booster buat ngetik lagi setelah sekian lama nggak nulis :PATAHHATI -
10 November 2016 pada 10:39 pm #282509Author4Keymaster
Dikasih tau kang @author kalo akhirnya ada yang posting cerpen kuliner :PATAHHATI
Pertama-tama terima kasih ross sudah posting :sopan yang kedua ini cerita tega amat yakkk, mana isinya makanan enak yg mahal ga bakal kebeli, plus dikasih gambar ama gif nya pulak :TERHARUBIRU
Pertama kali langsung liat covernya nan keren! Habis itu liat nama heaven kitchen langsung kepikiran ini pasti penulis sengaja yak mau bikin kebalikannya hell’s kitchen, ide bagus nama heaven lebih nendang dr hell dan tentu asosiasinya lebih positip
Pemilihan nama sweet sugar sangat bagus, menciptakan situasi perkenalan yang menggelitik dan menyenangkan, dari perkenalan itu pembaca jadi makin semangat buat tau perkembangan hubungan antara dua tokoh utama.
Adegan2 manis romantis pun terselip dg rapi, menambah kemanisan dessertnya dan bikin lapar sekaligus iri
Pesan author, jika anda adalah jomblo dan sedang bokek, lebih baik tahan dulu baca cerita ini. Tunggu sampe punya pacar yg bisa diajak bermanis-manis dan diajak makan dessert lezat berduaan.
Oke kalau begitu. Sepertinya au akan masak air di magic com dan bubuk milo yang selama ini jadi cemilan au akan au seduh sambil merem melek membayangkan lagi minum french hot chocolate
:ASAHPISAU2
-
10 November 2016 pada 10:58 pm #282579RositaAmalaniPeserta
@author4 Wakaka au4 kenapa nunggu nggak bokek dulu,panacotta murah kok dlm mini jar 25 rebu ahahh lumayan cukup buat berdua hahaha.Makasih au4 buat komentarnya :NGEBETT
-
10 November 2016 pada 11:08 pm #282606blueulfPeserta
Kak Rosssssssssss, aku bacanya tengah malam jadi lapar. Salfok ke gambar2nya. Ngiler banget ini. :NGEBETT
Ceritanya bagus banget, ringan, :YUHUIII tapi kok cuma segitu???? Pengen dilanjutin :HULAHULA
-
11 November 2016 pada 1:56 am #282910purpergirlloversPeserta
Kak ros ceritanya bagussssssssss , tapi itu judulny udah keduluan dipake :PATAHHATI gak papalah ungu cari judul lain lagi :CURIGAH :kelincipaketoa wkwkwkwkwk….
over all bikin ngiler semuaaaaa cokelat2ny , adegan yang paling ungu favoritkan disini waktu dianter pulang terus tidur berdua di mobil :NGEBETT ,
-
11 November 2016 pada 5:10 am #283187carijodohPeserta
emakkk!!!
sadisss, ini bkin naga2 di perut menggilaaaaaaaa
haduhhhhhh
ampuun, subuh gini nyari makanan begituan dimanaaaa :aaaKaboor
bagus emakkk ceritanya, cj jadi ga pede sama cerita cj nihhhhhh :TERHARUBIRU
btw btw, chef bima :inlovebabe
kok cj lirik2 diaaa yakkk kwkwkwwwwwwwwww
-
11 November 2016 pada 6:48 am #283503RositaAmalaniPeserta
@blueulf makasih ya sdh mampir :TERHARUBIRU
@purplegirllovers wdohhh hahaha jd beneran nih judulnya sama? wkakak iya ini krn berhubungan dengan nama tokohnya sih :aaaKaboor
@carijodoh yakkkk boleh lirik Bima kok, hihi lelaki pintar masak memang ihirrrr :aaaKaboor -
11 November 2016 pada 12:24 pm #284357Author2Keymaster
Ini apaan iniii makanan semuaaa manis manis pulaaa aku menggilaaaaa bacanyaa oh tidaaakkkk
:tidakks!
:tidakks!
Au suka banget penggambaran makanannya sama cara penulis menjelaskan proses membuatnya, informatif tapi engga menggurui dan semua porsinya tepat, tidak ada adegan2 berlebihan dalam memasak, semuanya pas
Dan gif nya itu yawlaaaaahhh
:girlyngiler
Cara menyelipkan resepnya juga pas dengan adegannya, semua makanan yg ada di sini punya makna, segelas cokelat hangat di adegan yang hangat, sekotak cokelat indah untuk bekal perpisahan
wuiiih au pingin punya pacar chef biar bisa kaya sugar, dikasih yang manis manis, senyum manis plus makanan manis dan cinta yang manisss
:KETAWAJAHADD
Adegan chef Bima lupa diri ampe ngabisin kue nya bikin ngakak, bilang aja doyan, pake sok jaim segala, naksir naksir naksir ama chef Bima
:NGEBETT
Ini bagus kalo dikembangin, bikin ngiler sekaligus bikin senyum, seandainya ada kisah LDR an antara chef Bima ama Sugar ya, trus bayangin kalo mereka nikah nanti au mau daftar jadi anak merekaaa tiap hari pasti makan ena ena secara bokap ama nyokapnya berbakat :HUAHAHAHAHA
Pokoknya au suka!!
-
11 November 2016 pada 12:40 pm #284416RositaAmalaniPeserta
@author2 makasihhh banyak commentnya :sopan hihi eyke jg mau daftar jd anaknya mereka pengen dibuatin cokelat hangat jugaaa sm si bapakkk :aaaKaboor
-
11 November 2016 pada 4:04 pm #284919isyiemyPeserta
Ka roosssssss tanggung jawaaaabbbbb :aaaKaboor :aaaKaboor :aaaKaboor
Maakk itu makanannya enak2 bgt yak, apalagi yg bola2 putih itu pas disiram coklat alamaaakkkkk bikin liur menetes :dragonmintacium :dragonmintacium pokoknya aku sukaaaaaa bgt sama keseluruham cerita ini, smooth and sweet bangetlahh :MAWARR :MAWARR
-
11 November 2016 pada 5:45 pm #285201RositaAmalaniPeserta
@isyiemy nggak mau tangggung jawabbbb :aaaKaboor btw thank you sdh mampir#kiss kiss muach#
-
11 November 2016 pada 6:58 pm #285497tatameethaPeserta
Visualisasi kuenya bener2 menggoda perut dan sukses bikin aku laper, kak ros :AKUGAKTERIMA
Ceritanya butuh di lanjut ini kak ros, penasaran sama rahasia yg mau disampein chef bima ke sugar :BAAAAAA
-
11 November 2016 pada 7:48 pm #285751RositaAmalaniPeserta
@tatameetha wkwkwk dilanjoot? noooo#kaboor# :aaaKaboor
-
14 November 2016 pada 12:35 pm #293781nikenprabaretnaPeserta
Ceritanya bagus,pemilahan nama yg unik dan lucu. Mulai perkenlan diceritakan secara terinci dan disisipi cara pembuatan cake.
Aq g tau harus koment pa lagi karena aq g pandai merangkai kata.
Chocolate bomb sundae benar2 bikin ngiler….! -
14 November 2016 pada 2:46 pm #293904RositaAmalaniPeserta
@nikenprabaretna hihi makasih sdh baca ya :TERHARUBIRU
-
14 November 2016 pada 8:49 pm #294195sellpitPeserta
Kereeeeeeeennnnnnn bnagetttt… Aku salfok di gambar akhir.. Nyari cemilan kek gitu dimana coba ????
Laki laki yg bisa masak pokoknya minta di bawa ke penghulu* eh maksudnya dapur haha :BAAAAAA
-
15 November 2016 pada 6:08 am #294386RositaAmalaniPeserta
@sellpit wakakakka iya juga ya, lelaki bisa masak keren mkn rasa masakannnya lebih enak dr perempuan yg masak hihi. Makasih ya sdh tengok lapak eyke :MAWARR
-
15 November 2016 pada 6:22 am #294392dianisahModerator
Kak ros, cerpennya baguuus.. :inlovebabe
Aku nggak familiar sama sebagian besar isi makanannya, tapi baca deskripsi tetep bikin ngiler, detail dan rapi bgt penjelasannya. apalagi yg ada gambarnya, bikin salfok.
Baca dari awal sampe akhir kesannya ngalir banget, rapi dan smooth. suka karakter keduanya. awalnya ada yg miss, kenapa mas chef ganteng gak ngebolehin sugar masak padalah masakannya katanya enak, tp pas dijelasin dirmh bawah akhirnya paham.
Aaaahh, mau yg versi panjangnya di watty dong, kisah mereka sampe sugar pulang indo lagi *ngelunjak* :aaaKaboor
-
15 November 2016 pada 8:35 am #294562RositaAmalaniPeserta
@dianisah wkwk di watty? ntar aja kl mas ilham muncul. Makasih ya hehe
-
15 November 2016 pada 9:33 am #294601ceptybrownPeserta
Keren ah maskk jadii lapeerr sku boleh colong chef bima kagak?? Buat ngersmein toko kueku kwkwwkwlw kereen kereeenn moga menaaaang maaakkk
-
15 November 2016 pada 11:35 pm #295105acisammyPeserta
Kak Ros….bagus bgt cerpennya… paket komplit bgt,,, bikin ngilerrr, ada romantisnya, ilmu kulinernya trus pesan morilnya juga dapet bgt……. btw, Kak Ros penonton MasterChef Australia ya?….. coz menu dessertnya yg dilombain di sana lhoooo…. smg menang yaaaa
-
16 November 2016 pada 5:58 am #295271RositaAmalaniPeserta
@acisammy hahaha makasih, iya season 8 yg ada chef reynold adiknya chef arnold, cerita ini terinspirasi dari dia, masih muda, sdh bisa bikin dessert cantik, khususnya “forbidden fruit” yg memukau juri. Meskipun juara 3 tp dia dijuluki King of dessert :BAAAAAA
-
17 November 2016 pada 11:20 am #296123oncomYoyoyPeserta
ka rossssssssss :gorilateriak
ga tahan ku pen baca ini dr kemareeeennn, akhirnyaaa ku lahap cerpen ka ross sama pen lahap juga itu dessertnya apalagi yg bomb sundae itu :TERHARUBIRU
baguss ka ross jd pen dtg ke restorannya Chef Bima :inlovebabe
bukan mu pesen dessert tp mesen Chef Bimanya huahahha :KETAWAJAHADD
semoga menang ka ross :tebarbunga
-
17 November 2016 pada 3:03 pm #296271RositaAmalaniPeserta
@oncomYoyoi wkwk makasih, cantikkk. Amin deh hihi. Chef Bima sdh kena booked sm penulisnya :aaaKaboor :BAAAAAA
-
17 November 2016 pada 5:09 pm #296325Isnina24Peserta
Sukaaaaaaaaaaaaaaa aku suka ama cerita nya apalagi dessert nya bikin ngiler :NABRAKKACA sugar suruh tinggal di prancis aja biar chef Bima sama aku hihihi # di tabok ama kak ita :dragonmintacium :dragonmintacium
-
17 November 2016 pada 6:10 pm #296340RositaAmalaniPeserta
@Isnina24 hihih makasihhhhh sdh mampir, nina :BAAAAAA
-
19 November 2016 pada 4:49 pm #297426sophieceliaPeserta
Yaaaaaw bapeeeer sm foto-foto desser nya. :PATAHHATI
-
19 November 2016 pada 5:03 pm #297430RositaAmalaniPeserta
@sophiecelia hehehe makasih sdh baca :MAWARR
-
19 November 2016 pada 8:20 pm #297503Novnov16Peserta
Covernya keren kak ros :YUHUIII
Aku baca ini udah beberapa kali tapi ga bosen2, suka banget sama alur ceritanya yang ringan dan teratur hehe :TERHARUBIRU suka juga sama karakter Chef Bima dan Sugar :inlovebabe
Gambarnya bikin lapeer, enak banget liatnya :AKUGAKTERIMA
Seandainya ada part mereka LDR :dragonbaper
Kerenn :MAWARR
-
20 November 2016 pada 6:03 am #297691RositaAmalaniPeserta
@Novnov16 waduhh sdh baca berapa kali nih hehehe makasih suka dgn bima sugar, maunya bikin yg LDR an tp kpn2 deh kl mas ilham nongol hohoho :aaaKaboor
-
5 Desember 2016 pada 10:32 am #310326KedaiCerpen1Peserta
Mbaaaaaa, kereeen cerpennyaaa dah berasa nonton master chef kwkwkwkwkw apa hell’s kitchen hahahaha. Mau dooong dipanjangin jadi novel biar lama sama Bang Bima n neng sugar. Hahahahha.
-
5 Desember 2016 pada 10:41 am #310329RositaAmalaniPeserta
@KedaiCerpen1, lahhh nengggg tumbennn nongolll hihi ya ampun main dong kesini. Salam buat Karan sm ayuning, moga sukses novelnya hahah. Makasih yaaa mau jadiin novel buahahha mandek ilhamnyaaa haha
-
6 Desember 2016 pada 12:17 pm #311358faidarPeserta
Kak ross tanggung jawab, gara2 baca cerpen kak ross yang ini aku jadi laper dan baper. Selalu suka sama karya kak ross apalagi yang di watty keren2 kak.
-
6 Desember 2016 pada 2:55 pm #311467RositaAmalaniPeserta
@faidar wkwk makasih, ternyata ada reader sy di sini juga heheh
-
-
PenulisTulisan-tulisan
- Anda harus log masuk untuk membalas topik ini.