Baca Novel Bagus Gratis Sampai Tamat › Forum › Forum Kepenulisan › (Lomba Cerpen Kuliner) MUKBANG IN LOVE
Di-tag: lombacerpenkuliner
- This topic has 37 balasan, 17 suara, and was last updated 8 years yang lalu by carijodoh.
-
PenulisTulisan-tulisan
-
-
11 November 2016 pada 3:56 am #283019carijodohPeserta
Judul: MUKBANG IN LOVE
Genre: Romance, Fanfiction
Penulis: @Carijodoh
Cast:
Park Chan Yeol (EXO) as Chan Yeol
Carijodoh/You as Marlina (Bhak! dibantai masa, kidding!lol)
Notes: paragraf italic utk menunjukkan flasback<i>, </i>cerita ini hanya fiksi belaka dan terinspirasi dari abang Baenjje a.k.a Banzz
https://www.youtube.com/watch?v=qn2OjF57M78. (hapus titik diakhir agar link muncul, kkk.
***
Kurang tidur, deadline menumpuk dan tubuh lelah adalah penyebab utama penampilan berantakannya saat ini. Gadis berkulit eksotis khas Asia tenggara dan berambut hitam lurus sepunggung itu terlihat berjalan lesu sambil melamun, sebelum akhirnya kesadaran menghampirinya saat melihat segerombolan manusia mulai menyeberangi perempatan. Rupanya lampu lalu lintas sudah berubah menjadi merah, Ia berjalan cepat sesuai arus pejalan kaki lainnya, berkali-kali ia mengeluhkan kakinya yang lecet karena high heels yang tengah dikenakannya.
Gadis itu bersyukur karena sempat mengganti pakaian kerjanya dengan celana jeans biru dan kaos berwarna putih yang pas ditubuhnya, sebelum pergi survey ke lokasi festival yang akan diadakan oleh kantornya bulan depan. Kalau saja saat ini dirinya masih menggunakan pakaian kerja, ia pasti akan berjalan dengan sangat kerepotan karena rok pensil yang sempit itu.
Gadis yang bernama Marlina Putri Haryo itu kini menyusuri sepanjang Jalan Yeouidaebang-ro-70 dengan malas-malasan. Selama 29 tahun hidupnya, baru kali ini Marlina merasakan kesialan yang bertubi-tubi. Pagi tadi, mobilnya mogok dan terpaksa harus dirawat inap di bengkel karena ada kerusakan parah, karena hal itu akhirnya Marlina datang terlambat ke kantor dan mendapatkan teguran. Tidak hanya sampai disitu, hari Jumat yang buruk semakin bertambah buruk, mengingat bagaimana atasannya menjadi begitu sensitif akhir-akhir ini karena acara festival yang sedang dikerjakan oleh Marlina dan timnya. Maklum saja, acara itu adalah acara besar pertama dibawah kepemimpinan baru sehingga semuanya harus tersusun sempurna, membuat tekanan demi tekanan terus membebani semua orang, terutama dirinya.
Akibatnya, proposal yang dua minggu lalu sudah disetujui pun tiba-tiba saja dibatalkan oleh Pak Raditya, pemimpin barunya. Sementara Marlina hanya diberikan waktu tiga hari untuk membuat ide baru yang lebih segar dan menarik, yang harus ia ajukan hari senin besok. Pak Raditya menginginkan acara yang tidak hanya menarik bagi warga Indonesia yang tinggal di Seoul, tetapi juga menarik bagi warga Korea.
“Uh… Masih dingin aja.” Keluh Marlina sambil merapatkan jaketnya.
Musim semi segera tiba beberapa hari kedepan tetapi suhu saat ini masih cukup dingin untuk dirinya yang berasal dari negara tropis, bertahun-tahun tinggal di Korea tidak membantu sama sekali, ia masih saja merasa kedinginan padahal warga Korea mulai merasakan peningkatan suhu yang terjadi. Marlina berbelok memasuki area apartemennya, berjalan kaki dari halte bus sampai ke apartemen ini bukanlah hal yang mudah karena high heels sialan yang dikenakannya. Gadis itu berjanji, mulai minggu depan ia akan mengenakan sepatu yang nyaman karena pekerjaan pasti akan semakin berat.
Marlina memasuki lift yang kosong, bersandar di dindingnya dan menunduk menatapi lantai. Fikirannya stuck, berputar-putar pada ide yang belum juga mampir ke otaknya. Tiga minggu, ia hanya memiliki waktu tiga minggu untuk menata ulang keseluruhan acara hanya karena beberapa acara yang dibatalkan oleh Pak Raditya.
Acara apa yang kira-kira menarik bagi warga asing untuk hadir tetapi mudah dibuat?
“Tiga minggu! Bayangkan, tiga minggu!” gumam Marlina kesal.
Ia dan timnya merancang acara ini selama dua bulan dan tiba-tiba saja beberapa acara yang telah disusun sempurna dibatalkan begitu saja. Kekacauan itu membuat timnya tidak hanya sibuk memikirkan ide baru, tetapi juga sibuk membatalkan beberapa keperluan acara festival yang sudah terlanjur dipesan dan akhirnya mereka baru sempat survey ke lokasi pukul tujuh malam tadi.
“Argh! BEGO! BEGO! BEGO!.” Marlina membentur-benturkan kepalanya ke dinding lift sambil mengumpat. “Kenapa sih harus dadakan gini, gila ya tu orang!” Kesal Marlina. Gadis itu kelelahan dan otaknya terasa akan meledak saat itu juga.
Ditengah semua keputusasaannya, tiba-tiba Marlina merasakan tepukan pelan dipundaknya. “Marlina-ssi, apakah anda baik-baik saja?” suara berat terdengar mengalun indah dan berhasil menghentikan tingkah konyol Marlina. Ia pun menoleh dan mendapati seorang tetangga tengah menatap dengan pandangan khawatir padanya.
Marlina mengelus tengkuk sambil tersenyum kikuk, “Chan Yeol-ssi, Saya baik-baik saja. Hanya sedikit pusing karena pekerjaan.” Marlina melirik barang bawaan yang begitu banyak ditangan kanan dan kiri Chan Yeol, dua buah plastik besar yang berisi kotak makanan. “Apakah malam ini Chan Yeol-ssi akan melakukan siaran?” Chan Yeol tersenyum dan mengangguk sambil mengangkat dua plastik besar itu lebih tinggi. Marlina mendekat dan mulai mengendus-enduskan hidungnya didekat plastik itu, “Ah… Saya bisa mencium harum Jjajangmyeon!”.
“Betul, menu malam ini adalah Jjajangmyeon. Kalau Marlina-ssi ada waktu dan tidak terlalu lelah, jangan lupa menonton, ya?”
Sekitar dua bulan yang lalu Marlina dikejutkan oleh kenyataan bahwa tetangga barunya yang bernama asli Park Chan Yeol itu adalah seorang artis Mukbang yang acaranya sering ia tonton untuk mengisi kebosanan. Melalui laman AseeanTV.com, Chan Yeol yang memiliki ID bernama @FoodBeast telah berhasil menarik perhatian pengunjung dan memiliki jutaan follower. Mukbang adalah siaran dimana seseorang akan merekam kegiatan memasak, memakan dan sekaligus berinteraksi dengan penonton membicarakan mengenai kehidupannya, pendapatnya tentang makanan atau topik apapun yang ingin dibicarakan. Siaran Mukbang Chan Yeol ini dilakukan melalui web sehingga penonton bisa streaming secara langsung dan membuat interaksi melalui aplikasi chat yang tersedia.
“Saya tidak akan melewatkan siaran anda malam ini.” jawab Marlina, “Mmn… Tentu saja, setelah saya memesan semangkuk Jjajangmyeon juga, hehe. Apapun yang Chan Yeol-ssi makan, semuanya terlihat enak dan membuat saya ingin makan juga”.
Lift berhenti di lantai tempat mereka tinggal, Marlina keluar terlebih dahulu, baru kemudian disusul oleh Chan Yeol. Keduanya berjalan berdampingan menuju pintu apartemen mereka yang bersebelahan.
“Memangnya siapa yang sanggup melawan godaan berat saat melihat laki-laki ini makan, apalagi kalau saus jjajangmyeon itu memenuhi bibir sexynya… Aih! apa yang lo pikirin sih Marlina, ampun deh, otak lo udah error hari ini, jangan dibikin error lagi!” tegur Marlina pada dirinya sendiri.
Chan Yeol tertawa mendengar perkataan Marlina tentangnya, jujur saja, makan adalah hobinya, ia bisa makan dalam porsi besar, bahkan sangat besar. Selain itu, ia juga memiliki cara makan yang bisa membuat siapapun yang melihat langsung menelan ludah. “Kalau begitu saya akan menunggu kehadiran Marlina-ssi diruang chat malam ini.”
Marlina tersenyum dan mengangguk mengiyakan.
“Mmn… Karena harus menyiapkan beberapa hal sebelum siaran, saya masuk duluan, ya. Sampai jumpa lagi, Marlina-ssi.” Ujar Chan Yeol saat mereka berdua sampai didepan pintu apartemen.
“Semoga siarannya berjalan dengan baik ya, Chan Yeol-ssi.” Mereka saling melempar senyum lalu menganggukkan kepala sebagai tanda sopan santun, hingga kemudian Marlina dan Chan Yeol masuk ke dalam apartemen masing-masing.
Hal pertama yang Marlina lakukan saat sampai ruang tamu adalah melemparkan tubuhnya diatas sofa lalu menelepon restaurant langganan untuk memesan Jjajangmyeon. Selain karena tergoda oleh aroma Jjajangmyeon yang dibawa Chan Yeol, Marlina juga terlalu lelah untuk menyiapkan makan malam, jadi ia lebih memilih melakukan pesan antar saja.
Sambil menunggu pesanan datang, Marlina menghabiskan dua puluh menitnya di dalam kamar mandi dan tepat pada saat ia selesai, terdengar suara bell berdering. Suara bell yang jelas-jelas mampu meningkatkan mood Marlina.
“Jjajangmyeon datang!” seru Marlina bersemangat sambil berlarian ke pintu.
Marlina menyelesaikan transaksi itu dengan cepat, kemudian berjalan menuju meja makan, menyalakan laptop yang sebelumnya telah ia letakkan diatas meja tersebut. Setelah laptop tersebut siap, Marlina langsung mengakses web dimana Mukbang Chan Yeol disiarkan.
Saat berhasil masuk ke laman tersebut, ternyata acaranya baru akan dimulai, Chan Yeol masih melakukan obrolan dengan para penonton. Banyak sekali respon penonton yang masuk kedalam layar chat, dan beberapa pertanyaan sudah dijawab oleh Chan Yeol dengan ramah.
Selama proses itu berlangsung, Marlina menyiapkan air minum diatas meja, air dingin sepertinya cukup untuk menemani Jjajangmyeonnya yang panas. Selesai melakukan persiapan, Marlina duduk di kursinya sambil fokus memandangi layar laptop.
Ia meletakkan jari-jarinya diatas keyboard, lalu menulis pesan pada kotak chat:
@Nana7777 Aku sudah log in dengan semangkuk Jjajangmyeon didepanku kkkkk ^^
Membaca pesan Marlina yang masuk melalui ID yang dikenalnya, Chan Yeol pun tersenyum lalu berkata, “Selamat datang, Nana-ssi. Ayo siapkan sumpitnya.”
“Udah siap semua nih ganteng. Ayo dong dimulai, aku lapaaaaaarrr.” Kata Marlina manja.
“Ampun dah, itu bakal abis emang?” seru gadis itu takjub saat menyadari bermangkuk-mangkuk Jjajangmyeon telah terpampang dilayar laptopnya. Ada sekitar tiga belas mangkuk Jjajangmyeon diatas meja Chan Yeol, dan beberapa mangkuk lainnya disimpan di meja yang terletak dibelakang pria itu. “Gila! Dua puluh mangkuk Jjajangmyeon! Gak meledak itu perut?” seru Marlina.
Sampai saat ini ia masih terkagum-kagum melihat kemampuan makan Chan Yeol yang luar biasa. Pria itu bisa menghabiskan makanan dalam porsi besar sampai tuntas tak bersisa dalam satu waktu. Bahkan Chan Yeol mampu menghabiskan seekor salmon dengan berat delapan kilogram seorang diri. Pada awalnya hal itu membuat Marlina bingung dan sering bertanya-tanya, Itu doyan apa rakus?”. Tapi lama kelamaan Marlina tidak lagi mempertanyakan hal itu dan hanya menikmati acaranya saja. Toh dia juga memiliki kecintaan yang sangat besar pada makanan, walaupun kemampuan makannya tidak sehebat Chan Yeol.
Dengan semua kebiasaan makannya yang bisa dibilang ‘mengerikan’, Chan Yeol tidak memiliki kesan tidak sehat sama sekali, tubuhnya sangat fit dan berotot, tidak gendut juga tidak kurus. Pokoknya semua terlihat pas ditubuhnya, karena Chan Yeol menjalani hidup sehat diluar acara Mukbang itu. Setiap harinya, Chan Yeol bisa menghabiskan 2-3 jam untuk jogging setiap pagi dan melakukan gym setiap weekend. Chan Yeol juga mengkonsumsi banyak sayur dan buah, dia adalah jenis pria yang sangat memperhatikan apa yang ia makan dan apa yang tubuhnya butuhkan.
Alasan utama Marlina betah berlama-lama menonton siaran mukbang Chan Yeol adalah selain karena ketampanannya tetapi juga karena cara makan Chan Yeol yang ‘bersih’. Tidak semua pelakon Mukbang mampu makan dengan ‘bersih’ dan membangkitkan selera makan penonton. Chan Yeol memakan makanannya dengan ‘bersih’ atau rapih walaupun dalam suapan besar, mengunyahnya dengan baik dan menelan semua makanan didalam mulutnya sebelum ia membuka mulut kembali untuk suapan selanjutnya. Selain itu, yang paling penting adalah aksi Chan Yeol yang makan dalam porsi super besar itu tidak membuat penonton merasa enek atau mual melihatnya, melainkan semakin dan semakin tergiur untuk memakan makanan yang sama seperti yang pria itu makan.
“Akhirnya mulai makan juga…” Marlina melihat Chan Yeol mulai mengaduk-aduk Jjajangmyeonnya dan hal itu diikuti Marlina dengan spontan, diambilnya mangkuk Jjajangmyeon seafood yang masih panas itu lalu mengaduknya dengan sumpit sampai semua sausnya tercampur.
Marlina teringat, dulu ia pernah mengikuti resep Maangchi untuk membuat semangkuk Jjajangmyeon, Maangchi adalah seorang Youtuber ternama yang selalu memposting video memasak, ia adalah panutan Marlina dalam masak memasak makanan Korea. Walaupun begitu, Ia tidak selalu mengikuti semua cara-cara memasak Maangchi, karena Marlina lebih suka bereksperimen sendiri dalam masakannya. Selain itu, Marlina juga menggantikan daging babi dengan udang, gurita, dan kerang karena ia lebih menyukai seafood Jjajangmyeon daripada Jjajangmyeon yang menggunakan daging sapi, babi ataupun ayam.
Jjajangmyeon adalah Mi saus pasta kacang kedelai hitam dan Highlight makanan ini adalah pasta kacang kedelai hitamnya. Sebenarnya makanan ini berasal dari negeri China, tetapi sangat digemari masyarakat Korea, oleh karena itu banyak sekali restauran China yang menjamur di negeri gingseng tersebut.
Hal yang Marlina lakukan pertama kali saat membuat Seafood Jjajangmyeon ini adalah merebus gurita yang telah dipotong, udang yang telah dikupas dan kerang didalam panci menggunakan 2-3 gelas air, bahan-bahan laut itu direbus selama 2-5 menit (tergantung ukuran) agar tidak overcooked, dan setelah itu bahan tersebut ditiriskan, sementara air kaldu hasil perebusan disimpan didalam panci untuk digunakan nanti.
Saat merebus udang dan lainnya, Marlina mempersiapkan bahan-bahan lainnya terlebih dahulu, seperti memotong-motong daun bawang, lobak, bawang bombay, zucchini dan kentang menjadi dadu yang berukuran sama.
Selanjutnya, Marlina merebus mie sampai matang, mie yang sudah matang tersebut ditiriskan lalu disiramnya dengan air dingin atau air es selama beberapa saat agar mie menjadi kenyal.
Semua bahan yang dibutuhkan pun sudah siap untuk melalui proses selanjutnya. Pertama-tama, Marlina akan membuat saus Jjajangmyeon, Ia memanaskan minyak diatas wajan dan memasukkan daun bawang kedalamnya. Setelah harum daun bawang tercium, bahan lain pun dimasukkan satu persatu, seperti kentang, zuccini, lobak, dan bawang bombay. Semua bahan tersebut dicampur dan dimasak sampai layu, kemudian Marlina menambahkan pasta kedelai hitam disamping sayuran, menggorengnya selama beberapa saat, dan kemudian ia memasukkan kecap asin, minyak wijen dan air kaldu hasil rebusan seafood kedalam wajan, semua bahan diaduknya hingga rata.
Didalam mangkuk kecil, Marlina mencampurkan dua sendok tepung kentang, seperempat gelas air, satu sendok teh gula dan sedikit garam, semua bahan itu diaduk dan kemudian dituangkan sedikit demi sedikit kedalam wajan saus Jjajangmyeon sambil diaduk hingga mengental.
Menggunakan fry pan lain, Marlina memanaskan minyak dan menggoreng daun bawang lagi sampai harum, lalu memasukkan kerang, udang dan gurita untuk digoreng sebentar saja. Ia sengaja memasukkan semua seafood itu diwajan kedua, karena jika ia memasaknya diwajan pertama, maka seafood tersebut akan melalui proses panas yang terlalu lama, hal itu membuat seafood nya yang berharga menjadi overcooked, berubah menjadi keras dan seperti karet dan hal itu sangat tidak diinginkannya.
Setelah itu, ia mencampurkan beberapa sendok saus Jjajangmyeon yang telah mengental kedalam fry pan seafood, lalu Marlina menambahkan mie dan potongan cabai hijau, diaduknya semua bahan itu hingga bercampur merata. Jjajangmyeon pun siap disajikan.
Aroma Jjajangmyeon yang sangat khas mengembalikan Marlina dari lamunannya, Jjajangmyeon itu menguapkan udara panasnya, menyebarkan keharuman khas kedelai hitam dan seafood yang mampu membuat perut siapapun bergejolak minta segera diisi.
Marlina menyumpit Jjajangmyeon dalam jumlah banyak, meniup-niupnya lalu memasukkan mie-mie tersebut kedalam mulut mungilnya. Mie saus pasta kedelai hitam dengan citarasa laut tersebut mulai bisa dicecap lidahnya, mie-nya yang kenyal dipadu dengan kekentalan saus Jjajangmyeon dan rasa umami membuat semuanya terasa begitu nikmat.
Slurppppp!
“Ahh… enak banget!” gumam Marlina sambil menikmati makanannya. Mie Jjajangmyeon dari restauran langganannya memang yang terbaik, semua bumbu terasa pas dan tidak berlebihan. Bagi warga asing seperti dirinya, Marlina fikir makanan ini masih bisa diterima dibandingkan makanan lainnya yang memiliki cita rasa yang tidak cocok dilidah orang Indonesia. Banyak teman-teman Indonesia nya yang juga menyukai Jjajangmyeon ini.
Suapan demi suapan Marlina lakukan dengan penuh semangat, tambah semangat lagi saat melihat Chan Yeol dari layar laptopnya sedang makan dengan sangat nikmat. Hingga hanya dalam beberapa saat saja, Marlina melakukan sumpitan terakhirnya yang berisi potongan kentang, zucchini, gurita, udang dan banyak mie, lalu memasukkan semua itu kedalam mulutnya.
Slurrppp!
“Ahh…”. Kekenyalan mie dan kekentalan saus pasta kedelai hitam itu kembali bersatu didalam mulut Marlina, membuatnya tidak bisa berkata apa-apa.
Setelah menyelesaikan kunyahannya, Marlina menyandarkan diri dikursi sambil mengelus-elus perutnya yang kenyang, mengabaikan bibirnya yang masih belepotan saus hitam Jjajangmyeon .
“Ahh… makanan enak memang pilihan terbaik setelah hari panjang dan melelahkan.”
***
Bermalas-malasan adalah agenda Marlina dihari libur, ia memilih tinggal di rumah dan bersemedi di dalam kamar untuk mencari ide-ide yang sangat dia butuhkan. Berjam-jam gadis itu bertahan dibalik selimut hingga akhirnya naga-naga didalam perutnya mulai gelisah dan memaksanya bangkit dari ranjang untuk setidaknya meminum atau memakan sesuatu.
“Ya ampun, kosong banget ini, Cuma ada apel dan susu aja…” keluh Marlina saat melihat isi kulkasnya yang sepi, ia hanya menemukan sebuah apel dan dua kotak susu didalamnya. “Harus belanja ini mah…”.
Marlina berjalan ke kamar mandi, ia memutuskan untuk memanfaatkan hari liburnya dengan menjadi produktif. Berbelanja, membersihkan rumah dan menyehatkan mental dengan bersosialisasi adalah agenda selanjutnya.
Setelah satu jam bersiap-siap, Marlina mengambil tas kecilnya lalu berjalan mendekati kulkas untuk mengambil susu rasa semangka dan susu rasa pisang kesukaannya.
Marlina membuka ujung kotak yang berisi susu rasa semangka itu lalu meminumnya. Mulutnya mencecap rasa manis susu semangka yang menyegarkan, sedikit berlemak dan kemudian cairan dingin itu mengalir ditenggorokan keringnya.
Glek.. glek.. glek…
Setelah tegukan pertama, kedua dan selanjutnya, susu itupun habis, menyisakan kotak susu kosong yang langsung ia lemparkan kedalam tong sampah yang terletak di dapur.
Marlina pun berjalan menuju pintu utama apartemennya, dan saat baru saja menutup pintu ia mendapati tetangganya itu juga baru saja keluar.
“Selamat siang, Marlina-ssi.” Sapa Chan Yeol yang juga baru saja keluar dari apartemennya.
“Selamat siang, Chan Yeol-ssi.” Jawab Marlina sambil tersenyum. Mereka berdua berjalan beriringan menuju lift sambil mengobrol. “Apakah Chan Yeol-ssi ada pekerjaan dihari sabtu?” tanya Marlina basa-basi.
“Oh, tidak. Saya akan pergi ke supermarket untuk membeli bahan makanan, kulkas sudah harus diisi ulang lagi.” Jawab Chan Yeol sambil terkekeh menertawakan dirinya sendiri yang hobi makan.
Marlina ikut terkekeh karena memahami maksud tetangganya itu, “Kalau begitu nasib kulkas kita sama, hanya ada buah dan kotak susu saja yang tersisa.” Ujar Marlina, “Oh, iya! Saya menonton dengan baik acara siaran anda tadi malam. Anda benar-benar hebat bisa menghabiskan semua makanan itu!”
“Wah, terimakasih Marlina-ssi sudah menonton acara siaran itu.” ujar Chan Yeol. “Karena semua makanan semalam, pagi ini saya berolahraga dua kali lipat lebih keras dari biasanya.” Sambung Chan Yeol sambil tertawa kecil.
Pintu lift yang mereka nantikan akhirnya terbuka dan terlihatlah tiga orang yang sangat Marlina kenal. “Dae Han, Min Guk, Man Se!” Seru Marlina bersemangat lalu menghambur memeluk satu per satu anak laki-laki kembar tiga itu.
Ketiga anak SMA yang bertubuh besar itu balas memeluknya, pelukan-pelukan hangat yang penuh kerinduan.
“Noona, aku sudah besar, jangan begini, nanti aku malu…” protes Dae Han yang masih berada dalam pelukan Marlina, sebuah protes main-main, karena senyum manis masih terbit diwajah Dae Han. (Noona adalah panggilan dari laki-laki yang lebih muda untuk kakak perempuan yang lebih tua).
“Aku rindu pada kalian, apa kalian baik-baik saja? Bagaimana New York? Kalian betah? Ya Tuhan, baru setahun tidak bertemu, kalian sudah setinggi ini!”.
“Satu-satu, Noona, Satu-satu…” ujar Man Se sambil memeluk pinggang Marlina, “Kami baik-baik saja. Tidak ada yang menarik di New York karena Noona tidak ada disana!” goda Man Se sambil mengerlingkan sebelah matanya.
“Aigoo, sepertinya New York sudah mengacaukan otakmu ini!” Marlina melepaskan tangan Man Se dari pinggangnya lalu menjitak kepala anak laki-laki itu, jitakan keras yang membuat Man Se mengaduh. (Aigoo= ya ampun, semacam ekspresi).
“Aduh sakit, Noona!”
“Siapa suruh genit! Coba ulangi lagi! bukan hanya jitakan yang akan kau dapat, anak muda!” Omel Marlina. “Belajarlah yang benar disana, jangan banyak menggoda bule cantik dan sexy! Mengerti?!”
“Tidak, Noona. Aku ‘kan setia padamu, mana mungkin aku menggoda wanita lain!” ujar Man Se terdengar sungguh-sungguh, tapi jika orang lain melihat matanya baik-baik, maka mereka akan menemukan tatapan geli dan canda yang tersembunyi didalamnya. “Aku akan tetap setia pada Noona , okay?! Jangan khawatir!” Man Se kembali melingkarkan tangannya dipinggang Malina.
“Sudah. Sudah. Kita sudah sampai di lobby, Ayo keluar…” kata Min Guk, mencoba menghentikan kehebohan dua orang yang tidak akan berhenti sampai kapanpun, kecuali Dae Han dan dirinya yang menghentikan semua itu.
Sebelum keluar dari lift, Marlina menoleh pada Chan Yeol yang berdiri agak jauh darinya. “Chan Yeol-ssi, Saya duluan ya.” Pamit Marlina sopan sambil tersenyum ramah seperti biasanya.
Chan Yeol mengangguk kecil, lalu dengan matanya yang tajam, ia menatap tepat dimata Marlina. Selama beberapa saat Marlina merasakan tatapan lelaki itu diselimuti rasa marah, dingin dan entah apa, ia tidak tahu, yang jelas Chan Yeol tidak seramah biasanya.
Sadar tidak akan mendapatkan jawaban dari Chan Yeol, Marlina pun melanjutkan, “Kalau begitu, saya permisi dulu.” Lalu ia keluar dari Lift dan kembali bergabung dengan ketiga anak laki-laki yang sudah keluar terlebih dahulu. Sementara itu lift kembali tertutup, membawa Chan Yeol menuju tempat dimana mobilnya berada.
“Siapa pria itu?” tanya Dae Han posesif.
“Tetangga baru, keluarga Bibi Ahn pindah ke Jeonju dan apartemennya dijual pada pria itu.” jelas Marlina.
“Kenapa dia menatap kami dengan tatapan tidak suka seperti itu?”.
“Benar, Dae Han Hyeong! Aku merasakan tatapan tajamnya! Ada apa dengan pria itu?!”. (Hyeong = panggilan laki-laki yang lebih muda pada kakak laki-laki yang lebih tua).
“Hey.. hey… kalian ini masih kecil, jadi tidak akan mengerti apa-apa, iya ‘kan, Noona?” Potong Min Guk sambil tersenyum-senyum aneh yang membuat kakak dan adiknya menatapnya bingung. Sementara Marlina hanya mengangkat kedua bahunya, mengacuhkan peringatan kecil yang telah Min Guk ungkapkan.
***
Marlina dan si kembar tiga pun berpisah di depan apartemen setelah saling berjanji akan bertemu lagi minggu depan. Ketiga anak laki-laki itu akan menuju Gyeongsang untuk bertemu dengan kakek dan nenek mereka, sementara Marlina melanjutkan penjalanan kakinya menuju halte bis.
“Oh begitu, baiklah, besok saya ambil mobilnya…”
“…”
“Iya, saya mengerti. Terimakasih banyak.”
Percakapan Marlina dan pihak bengkel yang menangani mobilnya itu selesai tepat pada saat sebuah mobil berhenti didepannya, lalu pintu pengemudi disebelah kiri itu terbuka dan keluarlah seorang laki-laki yang sebelumnya terlihat sangat dingin di dalam lift.
Chan Yeol sendiri berjalan dengan sangat santai menuju Marlina, jeans hitam dan kaus rajut putih terlihat melekat dengan nyaman ditubuh tinggi dan besarnya. Senyum yang sempat menghilang pun kini telah terbit lagi, sedikit demi sedikit.
“Marlina-ssi, kenapa tidak menggunakan mobil?” tanya Chan Yeol saat sudah berdiri didepan Marlina.
“Mobil saya masih di bengkel, jadi hari ini saya akan naik bis saja, Chan Yeol-ssi.”
“Kalau begitu, Marlina-ssi ikut saya saja, lagipula tujuan kita sama, ‘kan? Ayo!” Chan Yeol menarik pergelangan tangan gadis itu untuk mengikutinya, memutar ke sisi penumpang lalu membukakan pintu dan mempersilahkan masuk. Sementara Marlina yang tidak punya kesempatan apapun untuk menolak akhirnya duduk manis dikursi penumpang, tepat disamping Chan Yeol yang kini sedang memasangkan seatbelt ditubuhnya. “Berangkat bersama, maka pulang juga harus bersama, okay?”
“Terimakasih, Chan Yeol-ssi, atas tumpangannya” Ujar Malina sambil tersenyum lega karena tetangganya ini kembali bersikap ramah padanya.
Chan Yeol tengah fokus menyalakan dan kemudian menjalankan mobilnya, memperhatikan jalanan yang cukup ramai kendaraan, lalu berbelok ke kiri saat lampu merah masih hijau. “Tentu saja semua ini tidak gratis…” gumam Chan Yeol. Gumaman yang cukup keras itu mampu mengagetkan Marlina, membuat gadis itu memutar kepalanya untuk menatap wajah pria yang duduk disampingnya itu.
“Hah? Maksudnya?” seru Marlina sambil menatap bingung pada Chan Yeol yang tengah tertawa kecil.
“Hmn… Bayar saya dengan makanan enak dan juga…” Chan Yeol menggantungkan kalimatnya sebentar, “Mari kita menurunkan semua honorifik, saya ingin kita bisa berbicara dengan nyaman.”
Menurunkan honorifik?
Bagi Marlina, menurunkan honorifik bukanlah hal yang kecil. Honorifik merupakan panggilan kehormatan, dan memanggil Chan Yeol dengan honorifik Chan Yeol-ssi adalah bentuk hormat dan sopan santunnya pada pria itu, karena ‘Ssi’ memiliki arti Mrs. atau Mr.
Keakraban mereka yang ala kadarnya selama dua bulan bertetangga dan Chan Yeol yang berumur dua tahun lebih tua dari Marlina, membuat Marlina selalu mengutamakan sopan santun saat berkomunikasi dengan pria itu. Hidup di negara yang sangat menggenggam teguh budaya sopan santun seperti Korea membuat Marlina terbiasa sangat berhati-hati saat berbicara kepada setiap orang yang tidak begitu dekat dengannya. Sementara pria bernama Chan Yeol yang memiliki tingkat kedekatan yang biasa saja ini, meminta Marlina untuk menurunkan honorifik dan berbicara dengan nyaman?
“Marlina-ssi…” panggil Chan Yeol karena Marlina belum juga menjawabnya.
Marlina tersadar dan menoleh, menatap Chan Yeol lekat-lekat, “Maksud Chan Yeol-ssi, saya boleh menggunakan banmal?” banmal adalah bahasa informal yang dilakukan dengan teman akrab dan orang yang lebih muda.
“Ya, saya ingin mengobrol akrab seperti yang Marlina-ssi lakukan dengan tiga anak muda didalam lift tadi”.
Alih-alih menjawab iya atau tidak, Gadis itu terkekeh sambil berkata, “Wah, ternyata mahal ya biaya tumpangan ini..”
Chan Yeol tertawa mendengar kalimatnya, sementara Marlina hanya menggelengkan kepalanya saja. Gadis itu membuka tas kecilnya, lalu mengeluarkan kotak susu rasa pisang yang ia simpan didalamnya. Semakin mendengar ucapan Chan Yeol dan mengingat tingkahnya di lift semakin ia berfikir mengenai kemungkinan-kemungkinan yang ada, tapi Marlina tidak mau berfikir sejauh itu, ia tidak ingin melelahkan otaknya dengan segala macam kemungkinan yang tidak pasti, maka susu rasa pisang adalah pengalihan yang baik.
Marlina membuka kotak susu dan membawanya ke bibir, baru sedetik kotak itu mampir dibibir dan tercium aroma susu pisang yang menggugah, tiba-tiba saja sebuah tangan merebutnya dengan gerakan cepat, Marlina menoleh dan terkejut saat melihat Chan Yeol meminum susu pisang itu.
“Ah, Susu pisangku!” seru Marlina tidak berdaya.
Chan Yeol tidak bisa menahan senyum jahilnya saat meminum susu itu.
Glek Glek
Cairan yang sedikit kental, berlemak dan rasa pisang yang sangat khas memenuhi indera pencecap Chan Yeol. Jakunnya yang naik turun dengan semangat saat meminum susu membuat Marlina menelan ludah dan juga kesal, karena aksi yang dilakukan Chan Yeol tepat didepan matanya itu membuat Marlina benar-benar semakin ingin meminum susu rasa pisang saat ini juga!
Sambil tersenyum manis, Chan Yeol menoleh menatap Marlina yang juga tengah menatapnya. “Setelah ini aku mengijinkanmu untuk mencuri makananku juga…” kata pria itu.
***
Chan Yeol duduk tenang di kursi kitchen island sambil memperhatikan Marlina yang sedang mencampurkan beberapa bahan kedalam sebuah mangkuk besar.
Mereka berdua baru saja kembali dari kegiatan belanja bersama disebuah supermarket, berjam-jam mereka memilih-milih makanan yang akan mereka beli untuk kebutuhan sehari-hari. Chan Yeol yang cerewet dalam memilih setiap bahan dan Marlina yang cenderung cuek membuat keduanya banyak berdebat untuk hal-hal kecil, jika menurut Marlina daun bawang yang manapun tidak masalah, maka bagi Chan Yeol semua harus dipertimbangkan baik-baik seperti jumlah daun bawang, ukuran daun bawang dan tingkat kesegaran juga kebersihannya, semua diperhatikan dan dinilai oleh pria itu, dan yang terbaiklah yang akan dipilih.
Saat sampai di apartemen pukul lima sore tadi, Chan Yeol langsung memasukkan belanjaannya kedalam kulkas dan lemari penyimpanan makanan. Lalu setelah selesai merapihkan semuanya, Pria itu bergegas menuju apartemen Marlina karena tetangganya itu berjanji akan membuatkan makanan khas Indonesia untuknya.
Ini pertama kalinya Chan Yeol akan merasakan makanan khas Indonesia, ia sangat tidak sabar ingin merasakan rasa baru yang belum pernah ia coba sebelumnya.
“Apakah ada hal yang bisa kulakukan untukmu?”
Marlina mengalihkan perhatiannya dari bahan-bahan itu dan mengangkat kepalanya untuk melihat Chan Yeol, “Tidak, duduk saja dulu disitu, Chan Yeol-a. Nanti akan kuberitahu padamu kalau butuh bantuan.” (tambahan -a dibelakang nama Chan Yeol adalah salah satu ciri informal).
“Sudah berapa kali kukatakan, panggil aku Oppa…” tegur Chan Yeol.
“Aku bukan adik atau kekasihmu, Chan Yeol-a.” Jawab Marlina asal, senyum jahil terbit dibibirnya.
“Tapi aku lebih tua darimu…”.
“Kamu sendiri yang minta aku untuk menggunakan banmal dan menurunkan honorifik, kok sekarang malah protes minta dipanggil Oppa!”.
“Yah… tapi ‘kan tetap saja, kamu lebih muda dariku.” Protes Chan Yeol, pria itu bahkan sampai memajukan bibir sebagai bentuk ketidak setujuannya.
“Aku tidak menyangka kalau Oppa itu berisik, ya! Diamlah atau omelan Oppa akan membuatku mengacaukan adonan ini!”
Chan Yeol terdiam, terkejut mendengar panggilan itu keluar dari mulut gadis yang tengah berdiri diseberangnya. Walaupun kata itu diucapkan ditengah omelan, tetap saja hatinya merasa senang. “Baiklah, baiklah, Oppa mu ini akan diam.”
Senyum kembali terbit dibibir keduanya, tatapan yang bertahan selama beberapa detik itu terputus saat Marlina merasakan detak jantungnya mulai tidak wajar. Sebelumnya banyak orang yang bilang kalau dirinya adalah wanita ‘super tega’, karena selalu berpura-pura tidak tahu tentang perasaan para pria yang diam-diam menyukainya. Ia memang begitu, selalu begitu. Ia belum tertarik menjalani hubungan dengan siapapun, maka dari itu ia dengan terang-terangan berpura-pura tidak tahu dan mengabaikan semuanya. Tapi pada pria yang bernama Chan Yeol ini, yang selama beberapa jam telah dengan sangat jelas menunjukkan perasaannya melalui kata-kata dan tindakan, bagaimana Marlina harus bereaksi? pura-pura tidak tahu seperti biasanya?
“UH! udah jangan difikirin, fokus Marlina, fokus!” Fikir Marlina.
Untuk mengalihkan perhatiannya dari hal itu, lebih baik Ia mencoba kembali fokus pada adonan yang sempat ia abaikan.
Telur, gula pasir, garam dan perasa vanili sudah ia aduk merata disebuah mangkok besar.
“Ah… apa ya selanjutnya?” gumam Marlina pelan dalam bahasa Indonesia.
“Hah, apa?” tanya Chan Yeol.
“Tidak, tidak apa-apa.”
Melihat tingkah aneh Marlina, Chan Yeol menatap gadis itu sangsi, “Kamu yakin bisa membuat makanan Indonesia itu?”
“Bisa kok, aku ini 100% asli Indonesia, Bapak dari Jogja, Ibu dari Bandung, masa anaknya tidak bisa memasak makanan Indonesia, malu lah!”
“Kenapa semakin aku mendengarmu semakin aku tidak mempercayaimu, apalagi melihat tingkah bingungmu sekarang.” Ujar Chan Yeol sambil melipat kedua tangannya didepan dada, “Sudah, tidak apa-apa, buatkan aku roti isi keju saja, tidak usah repot-repot, lagian aku masih ingin hidup panjang.”
“Diam lo, berisik, ganggu aja!” omel Marlina.
“Nah, aku yakin yang barusan itu adalah umpatan, ya?”.
“Diam, Shut up, Ib dakchyeo! Understand?”.
“Yes, Ma’am!” .
Setelah memastikan Chan Yeol benar-benar diam, Marlina kembali melihat bahan-bahan yang sudah ia siapkan sebelumnya, “Oh iya, terigu!”, Marlina menuangkan semangkuk terigu kedalam adonan telur dan mengaduk semuanya sampai menyatu. Ia memasukkan satu sendok minyak sayur kedalam adonan dan dengan perlahan Marlina menuangkan segelas susu rendah gula sedikit demi sedikit kedalam adonan sambil diaduk terus menerus hingga didapatkan kekentalan yang diinginkan.
“Aku akan mendiamkan adonan ini selama 30 sampai 40 menit, dan selama menunggu itu kamu makan yang lain dulu, ya?” Marlina menutup mangkuk adonannya dengan penutup panci, lalu berjalan menuju lemari tempatnya menyimpan bahan makanan kering, Marlina meraih satu toples besar berisi makanan kering. “Nih, Oppa coba makanan ini dulu saja.” Gadis itu membuka tutup toplesnya dan mempersilahkan Chan Yeol untuk mencoba beberapa.
“Apa ini ? beras?”
Marlina mengangguk, “Semacam itu.”
Kriukk…
Mata Chan Yeol yang awalnya penuh rasa penasaran kini berbinar setelah mencobanya, “Eh? Ini enak loh!”.
“Tentu saja, ini adalah cinta seumur hidupku, tanpa ini hidupku tidak lengkap”.
“Cinta seumur hidup? Pada makanan?”.
Marlina tertawa kecil sambil mengangguk, “Aku lebih mencintai makanan daripada laki-laki!”.
“Bagaimana bisa?”
“Aku ini wanita single yang mencurahkan cinta pada Tuhan dan keluarga, selain itu? Yah… tentu saja aku menghabiskan cintaku pada makanan, hehehe…”
Chan Yeol terkekeh mendengar itu sambil menjentikkan jarinya dikening Marlina, membuat Marlina mengaduh. “Kamu ini lucu ya…” ujar Chan Yeol lalu menggigit makanan itu lagi. “Nama makanan ini apa?”
“Ranginang… namanya Ranginang.” Jawab Marlina ditengah-tengah kesibukannya mengunyah ranginang. “Tetapi dibeberapa daerah lain, mereka menyebutnya rengginang.”
“Aku akan mengingatnya. Makanan enak seperti ini biasanya tidak akan bisa kulupakan. Dimana aku bisa membeli ini?”
“Mungkin akan sulit menemukannya di Korea, aku mendapatkan ranginang dalam bentuk kering dan belum digoreng dari orangtuaku, mereka membawa banyak ranginang saat mengunjungiku beberapa bulan lalu.”
“Orangtuamu baik sekali, mereka mau repot-repot membawakan ranginang ini untukmu.”
“Karena mereka tahu cintaku pada ranginang takkan pernah terlupakan hanya karena kimchi, haha” Kimchi adalah makanan fermentasi khas Korea.
“Kamu ini ada-ada saja.” Ujar Chan Yeol sambil tertawa geli, “Eh, Ranginang yang bulat ini memiliki aroma ikan ya?” tanya Chan Yeol saat mencoba ranginang yang berbentuk bulat dan berwarna orange lemah. Ranginang didalam toples itu memiliki ukuran dan bentuk yang berbeda-beda, ada yang berbentuk lingkaran pipih dan kecil, ada yang lingkaran pipih dan lebar, dan ada yang berbentuk bulat. Belum lagi warnanya yang bermacam-macam yaitu kuning, putih, orange, pink, hitam, merah gelap dan kecoklatan.
“Oh, sebenarnya ranginang yang ada didalam toples itu berasal dari berbagai daerah, ibu sengaja mengumpulkannya karena aku sangat suka makanan itu. Nah, di Jawa Barat, terdapat daerah yang bernama Cirebon, lokasi daerah itu berada didekat laut, makanya ranginang yang berasal dari sana khas sekali dengan tambahan aroma laut. Ada rasa udang, ebi atau ikannya, ‘kan?” tanya Marlina yang hanya dijawab dengan anggukan karena Chan Yeol masih asik mengunyah ranginang. “Nah kalau yang pipih dan lebar berwarna coklat ini adalah ranginang terasi khas Tasikmalaya, salah satu daerah di Jawa Barat juga.”
“Terasi?”
“Terasi itu produk fermentasi ikan, coba deh ranginang yang ini, aromanya menyengat, tapi enak!”
Chan Yeol mencoba ranginang yang gurih, renyah dan memiliki rasa terasi, rasa yang baru pertama kali ia coba. Aroma dan rasanya sedikit lebih kuat dibandingkan yang lainnya, tapi ia merasa tidak masalah dengan itu. Gigitan pertamapun berlanjut hingga gigitan-gigitan selanjutnya, rasa terasi itu memenuhi mulutnya, memanjakan dirinya dengan rasa baru yang unik dan nikmat disaat bersamaan.
“Kalau yang pertama aku makan itu rasa apa? Yang warna putih, ini… yang ini.” Chan Yeol menunjuk salah satu ranginang berwarna putih yang pertama kali ia makan.
“Itu namanya ranginang bawang putih atau ranginang gurih.” Marlina bangkit dari duduknya dan berjalan menuju adonan yang sudah dia simpan selama kurang lebih tiga puluh menit, meninggalkan Chan Yeol yang masih asik menguasai toples ranginang.
Setelah membuka tutup mangkuk itu, Marlina memasukkan seperempat sendok teh baking soda kedalam adonan lalu mengaduknya hingga merata. Kemudian, ia panaskan wajan anti lengket dengan api sedang dan mengoleskan sedikit minyak ke seluruh permukaan wajan menggunakan tisu agar tidak terlalu berminyak. Saat wajan sudah cukup panas, Marlina meneteskan sedikit saja adonan diatasnya.
Cesss
Suara keras itu menandakan suhu yang tepat untuk mulai memasak.
“Oh, kamu sudah mulai memasak?” ujar Chan Yeol yang perhatiannya teralihkan dari ranginang karena mendengar suara adonan yang dituangkan ke wajan.
Marlina menuangkan adonan setengah penuh ke dalam wajan, lalu dengan menggunakan sendok, gadis itu meratakan adonan sehingga menempel didinding wajan agar terdapat bagian yang crispy. Setelah beberapa lama, muncul gelembung-gelembung kecil, gelembung itu menandakan perlunya dilakukan perubahan pengaturan dari api sedang menjadi api kecil agar hasilnya tidak bantat.
“Nama makanan itu apa?”
“Martabak…” jawab Marlina sambil menaburkan gula pasir diatas martabaknya, lalu memasukkan potongan-potongan pisang yang sudah ia persiapkan sebelumnya kedalam martabak yang hampir matang.
“Uh… harumnya!” seru Chan Yeol penuh semangat. Melihat mata Chan Yeol yang berbinar-binar membuat Marlina tersenyum.
Aroma vanila, gurih, manis dan pisang menguar diudara, membuat perut berdemo meminta diisi dan mulut kelebihan saliva. Sejenis aroma yang akan mampu menghentikan langkah ditengah perjalanan kakimu.
Menggunakan spatula, Marlina memisahkan martabak dari wajan dan menyimpannya diatas talenan, memotongnya menjadi dua bagian dan mengoleskan margarin dipermukaan, lalu ia memberikan banyak sekali parutan keju dan juga susu kental manis secara merata disetengah bagian martabak, lalu bagian tersebut ditutup oleh bagian lain yang tidak ditaburi keju dan susu.
“Ah, aku sudah tidak sabar!”
“Sabar dong, Oppa. Sebentar lagi selesai. ”
Marlina mengoleskan sedikit mentega dibagian kulit luar dan memotong-motong martabak itu menjadi beberapa bagian kecil, lalu menyimpannya diatas piring. “Selesai!”
“Yeay!!” seru Chan Yeol sambil meraih piring yang disodorkan Marlina.
Gadis itu memutari kitchen island dan duduk kembali disamping pria yang kini sedang memandang martabak dengan mata berbinar-binar. Pria itu mengambil sepotong martabak dan meletakkannya diatas piring Marlina, lalu mengambil bagian lain dan meletakkannya dipiringnya sendiri. “Selamat makan!” kata Chan Yeol.
“Selamat makan!” jawab Marlina.
Martabak itu memiliki tekstur lembut, sedikit berminyak, dan manis yang pas dipadu dengan pisang dan parutan keju, semuanya bercampur didalam mulut mereka, menciptakan perpaduan rasa yang mampu memanjakan lidah keduanya.
“Mmh… Mare… Mare.. ah apa namanya, pokoknya ini enak sekali!”
Marlina terkekeh mendengarnya, “Mare, Mare! Martabak, Oppa, namanya martabak.”
“Aku sangat menyukainya, ini pas sekali dengan seleraku.” Sahut Chan Yeol lalu memasukkan kembali satu potong besar martabak sekaligus kedalam mulutnya.
“Bukankah semua makanan adalah seleramu?” goda Marlina.
“Kau benar, semua makanan adalah seleraku, hehe” Jawab Chan Yeol dibarengi dengan cengirannya. “Nah, kalau ranginang adalah cinta seumur hidupmu, maka martabak ini adalah…”
“Hmn…” Marlina menepuk-nepuk dagu dengan telunjuknya, “Pelarian…”
Alih-alih menggunakan sebutan romantis seperti sebelumnya, jawaban wanita itu malah diluar ekspektasi Chan Yeol, membuatnya mengerutkan kening, bertanya-tanya, “Pelarian?”
“Iya, pelarian.” Jawab Marlina enteng.
“Makanan seenak ini kamu sebut pelarian? Kenapa?” tanya Chan Yeol tidak terima, masa makanan favorite nya diberi nama pelarian!
“Ketika hidup menjadi begitu berat, ketika bergerak ke kanan dan kiri menjadi semakin sempit, ketika beban berton-ton menggelayuti, ketika rindu tak berujung, ketika… ketika…”
“Anak ini malah berpuisi.” Chan Yeol menjentikkan telunjuknya dikening Marlina, membuat gadis itu merengut kesal.
“Pokoknya, makanan manis seperti martabak ini adalah pelarian yang paling tepat dari kehidupan yang pahit. Gitu loh, Oppa, maksudku!”
Chan Yeol masih memandangi wajah Marlina, meresapi kesungguhan didalamnya, ia berdeham pelan, “Apapun itu..” ucapan Chan Yeol terhenti, ia terlihat tidak yakin dengan kelanjutan kalimatnya.
Chan Yeol tercenung selama beberapa saat, ia tidak menyangka kalimat seperti itu keluar dari bibir Marlina, karena selama ini gadis itu selalu terlihat kuat dan mandiri dimata Chan Yeol. Dua bulan bertetangga dengan Marlina, tidak sekalipun Marlina bertingkah manja apalagi berpura-pura minta bantuan seperti yang dilakukan wanita lain demi menarik perhatiannya. Bahkan disaat tersulitpun Marlina selalu menyelesaikannya sendiri. Seperti siang tadi, saat Marlina akan pergi ke supermarket tetapi mobilnya masih di bengkel, bukannya meminta bantuan Chan Yeol yang satu arah dengannya, Marlina malah memilih berjalan kaki dan menggunakan bus. Ternyata apa yang terlihat diluar tidak selalu menampakkan kebenaran, gadis mandiri itu ternyata menyimpan bebannya sendiri, enggan berbagi dengan siapapun.
“Ya?” tanya Marlina saat melihat Chan Yeol yang terdiam dan menggantungkan kalimatnya, “Oppa?”.
Pria itu seolah baru tersadar dari sebuah lamunan panjang, ia menarik nafas, menghembuskannya dengan hati-hati, lalu berdeham kecil, “Aku siap mendengarkanmu, apapun itu…” kata Chan Yeol. “Yah, itupun kalau kamu mau bercerita”.
Marlina menatap mata pria yang duduk disampingnya, mencari-cari kesungguhan didalam mata jernih itu, “Yakin, Oppa mau dengar ceritaku?”
“Kenapa tidak? Kita kan teman!”
Mendengar kalimat itu entah kenapa membuat hati Marlina menghangat, ia kembali diingatkan bagaimana rasanya memiliki teman, sudah sejak lama ia tidak membuat pertemanan baru dengan siapapun, teman-teman kantornya sibuk dengan kehidupan masing-masing, bibi Ahn yang baik hati sudah lama pindah, dan si kembar tiga Dae Han, Min Guk, Man Se yang sejak tahun lalu harus pindah ke New York untuk pertukaran pelajar membuatnya seolah hidup sendirian, menanggung semuanya sendiri di negara yang bukan asalnya.
Akhirnya Marlina menceritakan kebingungannya mengenai ide-ide yang tak kunjung datang untuk acara festival kebudayaan yang sedang ia rancang, mengenai konsep acaranya yang menjadi kacau karena perubahan dadakan yang terjadi dan betapa pusingnya ia memikirkan semua itu.
Chan Yeol mendengarkan cerita itu dengan bersungguh-sungguh, ia bahkan melupakan piring martabaknya dan lebih memilih fokus terhadap Marlina. Baru setelah Marlina selesai berbicara Chan Yeol membuka mulut, “Jadi beberapa bagian acara yang diadakan di sungai Han itu dibatalkan?” Marlina mengangguk, “Kalau acara yang diadakan di lokasi lain apakah dibatalkan juga?”
“Acara di hotel pada hari ketiga tidak dibatalkan karena itu adalah acara VIP, undangan khusus sudah dikirimkan untuk perwakilan-perwakilan Duta besar negara asing yang ada disini, juga undangan untuk pemerintah Korea, jadi acara itu tak tersentuh. Syukurlah.” Ujar Marlina. “Tapi, acara hari pertama dan kedua di sekitar sungai Han yang bermasalah!” seru Marlina dengan raut muka sangat kusut.
“Rencana apa yang sudah kamu miliki dihari pertama dan kedua?”
“Pertunjukan seni tari tradisional Indonesia, stand bazar pariwisata, lalu… stand pernak-pernik khas indonesia, acara musik, film dan pakaian tradisional Indonesia yang bisa dicoba oleh masyarakat Korea, disana kami menyiapkan spot untuk poto-poto menggunakan pakaian itu. Sejauh ini, acara-acara itu yang masih bertahan, sementara acara lain sudah ditendang jauh-jauh oleh bapak pimpinan.” Kata Marlina, “Menurutku yah, ini sih menurutku saja, sebenarnya acara itu sudah cukup menarik, pasti banyak yang akan hadir diacara festival itu, tapi beliau malah minta diadakan acara baru yang lebih, lebih dan lebih menarik perhatian masyarakat. Dan aku bingung, apa lagi yang harus kulakukan untuk acara itu!”
“Boleh jujur?” tanya Chan Yeol dengan wajah serius.
“Boleh, tentu saja…”
“Ini sih menurutku ya, kalau aku ditanya, apakah aku akan hadir ke acara festival itu? maka, aku akan menjawab tidak. Kenapa? Karena, kalau aku ingin melihat pertunjukan seni tari, pariwisata, film dan musik indonesia, aku hanya perlu mengunjungi Youtube untuk melihatnya. Tidak ada sesuatu yang mendorongku untuk benar-benar hadir disana, sesuatu yang mampu membuatku akan merasa sangat menyesal jika melewatkan acara itu.”
Marlina terbengong-bengong mendengarkan kalimat itu, sebuah kesadaran merasuk kedalam pemahamannnya. “Lalu, kira-kira… apa yang benar-benar bisa membuatmu hadir di festival?”
“Makanan…”
“Hah?”
“Iya, makanan. Kamu bisa menonton cara membuat makanan, atau apapun tentang makanan di Youtube, tv atau manapun, tapi kamu tidak bisa benar-benar merasakan makanan itu hanya dengan menonton dilayar, kan? Satu-satunya yang harus kamu lakukan untuk bisa memakan makanan itu adalah hadir disana! Ditempat dimana makanan itu tersedia!” Jelas Chan Yeol.
“Benar juga, kenapa aku tidak berfikir sampai kesana!”
“Lagipula, makanan juga ‘kan bagian dari budaya, peninggalan masa lalu yang terus berkembang dan dinikmati hingga masa kini. Makanan itu warisan tradisi, jangan lupakan itu.” kata Chan Yeol penuh semangat.
“Aku senang sekali bisa bertemu teman yang baik sepertimu, Oppa. Terimakasih sarannya, aku akan memikirkannya!”.
Chan Yeol memutar tubuhnya menghadap Gadis itu, ia bergerak mendekat, wajahnya menjadi begitu dekat dengan wajah Marlina, lalu tangannya terangkat menyentuh dan mengelus kepala gadis itu dengan lembut, “Pikirkan konsepnya matang-matang, lalu kamu bisa datang kapanpun kepadaku untuk melakukan siaran Mukbang dengan tema makanan Indonesia, disana kamu bisa mempromosikan acara festivalmu”.
***
Selama dua minggu Marlina dan tim menjadi manusia super sibuk yang pergi pagi dan baru pulang larut malam, mengurusi semua hal yang berkaitan dengan festival itu bukanlah hal yang mudah, kesempurnaan sangat dituntut disini.
Pertama kali Marlina mempresentasikan konsep terbarunya mengenai festival tersebut dihadapan Pak Raditya dan jajarannya langsung menuai protes dari beberapa orang, budget yang membengkak adalah masalah utama dari semua itu.
Akhirnya Marlina memohon izin untuk memikirkan kembali konsep tersebut, ia sadar budget akan membengkak sangat parah kalau dia harus memberi makanan gratis pada seluruh masyarakat Seoul, yang ada malah nanti Marlina harus terjebak pada sidang audit yang sulit karena acara ini.
Setelah sekian lama memikirkan berbagai kemungkinan, ide yang entah datang darimana hadir dikepalanya, segera saja ia memanggil Sutriyo, Presiden PPI-Korea (Persatuan Pelajar Indonesia) yang memiliki nama khusus yaitu PERPIKA (Persatuan Pelajar Indonesia di Korea). Melalui Sutriyo, Marlina menggerakkan mahasiswa Indonesia yang berdomisili di Seoul dan sekitarnya untuk bergabung menjadi volunteer acara dan sekaligus melakukan praktek wirausaha.
Pak Raditya telah setuju untuk meminjamkan dana modal kepada para pelajar tersebut, dimana modal akan digerakkan dalam bidang wirausaha selama dua hari festival. Para pelajar yang berjumlah 30 itu dibagi menjadi 10 tim, setiap tim akan memegang satu stand penjualan makanan. Kami semua sepakat akan membuat 10 stand penjualan makanan khas Indonesia, dimana makanan itu akan dijual dengan harga yang tidak terlalu tinggi, karena kami sudah menyamakan visi dan misi kami yaitu memperkenalkan Indonesia kepada masyarakat Asia.
Para pelajar yang menjadi relawan tersebut sangat senang dengan keterlibatan mereka dalam hal ini, mereka sangat setuju dan tidak mempermasalahkan jika harus mendapat keuntungan yang tidak terlalu tinggi, lagipula kalau semua terjual habis maka semua keuntungan itu untuk mereka sendiri, kami hanya akan mengambil modal awal tanpa bunga sama sekali.
Sudah satu minggu ini Marlina melakukan penyuluhan praktik pengolahan pangan kepada para pelajar itu, berlatih sekaligus belajar bersama mereka bagaimana cara membuat makanan-makanan tradisional yang otentik walaupun dengan bahan terbatas, walau bagaimanapun hasil pertanian Korea dan Indonesia tidak sama, beberapa bahan yang dibutuhkan untuk memasak tidak bisa didapatkan disini.
Marlina baru keluar dari lift pukul 11 malam, bukannya menuju pintu apartemennya, ia malah memencet bel apartemen tetangganya, tidak perlu menunggu lama pintu itu terbuka, memperlihatkan sosok yang selama dua minggu ini selalu mendukungnya, dalam kondisi setengah sadar dan kelelahan Marlina terjatuh kedalam pelukan Chan Yeol.
“Are you okay?” tanya Chan Yeol sambil mengelus rambut Marlina.
Tubuhnya yang sudah tidak bisa mentolerir lelah yang mendera membuat Marlina tidak bisa berkata-kata, bukannya memisahkan diri dari pelukan Chan Yeol, Marlina malah semakin mengeratkan pelukannya.
Rasanya seperti pulang, benar-benar pulang. Saat kau lelah dan mendapatkan sebuah pelukan hangat dari orang yang sangat memperdulikanmu, maka itu adalah sebuah rasa pulang yang nyaman. Tidak pernah sedikitpun terbayangkan dalam benak Marlina, ia akan memeluk laki-laki yang beberapa minggu lalu masih asing baginya itu. Bahkan tidak sedikitpun Marlina berfikir kalau dirinya akan menjadi sedekat itu dengan Park Chan Yeol. Pria itu tanpa ragu selalu mengulurkan tangannya untuk Marlina, memberikan dukungan yang sangat Marlina butuhkan, dan memeluknya saat Marlina membutuhkan.
“Kamu kemana saja selama ini? Kenapa baru datang sekarang?” racau Marlina, matanya terpejam, tangannya masih erat memeluk dan wajahnya ia tenggelamkan didada bidang Chan Yeol.
Chan Yeol hanya tersenyum mendengar pertanyaan yang terlontar itu, “Aku disini, selalu disini…” Jawab Pria itu, lalu ia merasakan tubuh Marlina melemah, gadis yang berada dalam dekapannya itu kehilangan kesadaran. Dengan kedua tangannya, Chan Yeol mengangkat tubuh Marlina kedalam gendongan, membawanya kedalam kamar dan membaringkan tubuh mungil itu diatas ranjangnya yang besar.
Dilepaskannya sepatu, tas dan jas yang melekat ditubuh Marlina, agar gadis itu merasa nyaman dalam tidurnya. Lalu Chan Yeol memilih duduk disamping Marlina, memandanginnya yang tertidur lelap dan tenggelam dalam mimpi, tangan pria itu terulur untuk menyentuh kepala Marlina, mengelus rambut hitam yang berantakan itu penuh sayang.
Sejak awal kepindahan Chan Yeol ke apartemen ini, ia tidak menyangka kalau dirinya akan bertetangga dengan gadis aneh seperti Marlina, gadis itu terlihat sangat tidak ramah pada awalnya, tapi jika senyum telah mengembang dibibirnya, maka siapapun akan tahu kalau gadis itu memiliki hati yang hangat.
Dahulu Marlina selalu menjaga kesopanan dan jarak dari Chan Yeol, membuat Chan Yeol bertanya-tanya kenapa Marlina melakukan itu, apakah dirinya membuat Marlina takut? Tapi bagian mana dari dirinya yang membuat gadis itu takut?. Dirinya memang terlihat dingin kalau sedang diam saja, tapi dengan gadis itu Chan Yeol selalu tersenyum, bagaimana tidak, kebiasaan gadis itu berbicara sendiri sangat lucu menurutnya, apalagi kalau Marlina melakukan hal itu diluar kesadarannya, ekspresi wajahnya benar-benar sangat lucu, membuat Chan Yeol menjadi gemas.
Semakin hari, semakin ia tertarik dengan Marlina, membuat Chan Yeol diam-diam memperhatikan Marlina. Ketidaksengajaan yang selalu menjadi kambing hitam pertemuan mereka , berubah menjadi sebuah ketidaksengajaan yang Chan Yeol usahakan. Terkadang ia duduk di kursi balkon dimalam hari hanya untuk melihat Marlina yang sedang menikmati malam bersama sebuah buku ditangannya. Di pagi hari, ia akan berusaha berangkat bekerja tepat pada saat Marlina juga berangkat. Sepulang kerja, ia akan menunggu di lobby sampai Marlina datang dan akhirnya mereka menaiki lift bersama. Semua tindakan pengecut yang membuatnya malu pada diri sendiri.
Tapi syukurlah, dua minggu lalu ia menghilangkan semua ego dan rasa malunya, dengan terang-terangan Chan Yeol mengambil langkah besar yang membuat siapapun, terutama Marlina, tahu tujuan utamanya. Dirinya bukan lelaki penuh kode, misteri, rahasia, atau apapun, jika ia sudah berniat maka ia akan berjalan dalam terang untuk mendapatkan mataharinya. Perjalanan yang penuh resiko karena jika ternyata ia memilih langkah yang salah maka dirinya akan dengan mudah terbakar oleh panasnya matahari. Pemikiran-pemikiran mengenai langkah yang salah selalu menghantuinya, bagaimana jika ternyata Marlina tidak menyukainya sebagaimana Chan Yeol menyukai Marlina? Bagaimana jika Marlina hanya menganggapnya sebatas teman atau kakak? What? Friendzone? Adik-kakak zone? No way! Jika itu terjadi maka ia benar-benar akan terbakar matahari, hangus, hancur, tak bersisa.
Sampai saat ini semuanya masih abu-abu dengan Marlina, dua minggu ini adalah dua minggu yang menyenangkan baginya, Ia akan berangkat pagi bersama Marlina, jika sempat mereka akan makan siang bersama disalah satu cafe didekat kantor gadis itu, saling menelepon dan bertukar pesan. Perhatian-perhatian Chan Yeol pada Marlina dan begitupula sebaliknya menumbuhkan suatu harapan yang besar didalam hatinya. Semua berjalan lancar, semua baik-baik saja, tapi hanya sampai disitu, tidak lebih. Mereka tidak memiliki status apapun, bagi sebagian orang dua minggu adalah waktu yang sangat cepat, tapi bagi Chan Yeol, selain menyenangkan dua minggu yang cepat itu juga terasa sangat menyiksanya, rasa ingin memiliki dan melindungi gadis itu begitu mengakar dihatinya, seperti malam ini, ketika gadisnya datang dengan kondisi kelelahan dan memeluknya. Hatinya menghangat tapi juga kesal, andai ia memiliki status yang pasti, ia takkan sungkan untuk mengantar jemput gadis itu, untuk meringankan beban dan rasa lelah yang harus didapatkan Marlina.
“Selamat tidur, sayang…” Chan Yeol bangkit dari duduknya, menarik selimut untuk menutupi tubuh Marlina, mematikan lampu lalu berjalan menuju pintu kamar, ia memutuskan untuk tidur diruang tamu malam ini.
***
Hari Jum’at ini Marlina tidak pergi ke kantor, ia menceritakan mengenai rencana siarannya kepada Pak Raditya dan rekan timnya, mereka semua setuju dan memaklumi ketidakhadirannya hari ini. ia menyerahkan segala urusan kantor kepada rekan timnya yang lain.
Sejak pagi Marlina dan beberapa pelajar sibuk didapur menyiapkan makanan untuk siaran mukbangnya malam ini. Chan Yeol yang bersikeras ingin membantunya selalu ia tolak, karena Marlina tahu Chan Yeol juga memiliki kehidupannya sendiri, pria itu harus pergi bekerja kalau tidak Marlina akan marah pada dirinya sendiri karena sudah sangat merepotkan Chan Yeol selama beberapa hari ini.
Malam dimana ia pulang dalam kondisi kelelahan nyaris tak sadarkan diri dan mendatangi apartemen Chan Yeol adalah malam yang sangat ia sesali, bagaimana dia bisa sebodoh dan seceroboh itu! beruntung Chan Yeol adalah pria yang baik, pria itu tidak melakukan apa-apa padanya dan lebih memilih tidur di ruang tamu, membiarkannya tidur dengan nyaman dikasur.
Saat terbangun Marlina merasa sangat malu padanya, sampai-sampai ia berkali-kali meminta maaf pada Chan Yeol, dan untung saja Chan Yeol tidak marah dan tidak merasa terganggu sama sekali, pria itu malah bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. Tetapi sejak pagi itu, perhatian Chan Yeol menjadi berlebihan sekali, pria itu mengantar jemputnya ke kantor dan kemanapun, apalagi saat Chan Yeol tahu kalau Marlina terserang flu, pria itu akan selalu mencerewetinya sampai ia pusing.
Tepat pukul Enam sore, semua makanan sudah siap. Marlina hanya perlu melakukan beberapa hal kecil saat waktu siaran tiba nanti.
Gadis itu pergi membersihkan diri di kamar mandi dan sedikit berdandan, lalu berganti pakaian yang santai tapi indah dipandang. Ia memilih menggunakan dress batik sederhana, kombinasi warna putih gading dan kecoklatan yang sangat cocok dikulitnya. Ia tidak akan tanggung-tanggung malam ini, Marlina akan memberikan 100% nya, batik ini adalah penyempurna penampilannya malam ini.
***
“Relaks… jangan tegang… kamu ingat semua pesanku?” Chan Yeol menyentuhkan kedua tangannya dibahu Marlina, mata mereka saling menatap, yang satu mencoba meyakinkan, yang satu penuh kegugupan.
“Sial! Siaran begini doang, masa lo takut sih, Na!” omel Marlina dalam hatinya.
Gadis itu menarik nafas dalam-dalam, lalu menghembuskannya dan mengangguk, “Aku ingat, aku akan mencoba mengingatnya…” jawab Marlina yang masih gugup.
Chan Yeol sangat tampan malam ini, pria itu mengenakan kemeja putih yang lengannya dilipat sampai siku, rambutnya ia bentuk menjadi begitu stylist, dan parfumnya yang nikmat memenuhi indera penciuman Marlina karena jarak mereka yang begitu dekat.
“Jangan khawatir, aku disini…” kata Chan Yeol, Marlina mengangguk, keduanya saling tersenyum untuk menguatkan. “Siap?” lagi-lagi Marlina mengangguk, “kita akan memulainya dalam hitungan tiga…1…2…3!”
Chan Yeol menekan mouse, memilih menu ‘start’ dalam laman tersebut, lalu, “Selamat malam teman-teman, apa kabar semuanya hari ini? saya berharap kalian semua baik-baik saja.” Sapa Chan Yeol pada kamera menggunakan bahasa formal dan ramah, sementara Marlina masih terpaku menatap layar kaca, banyak sekali chat yang masuk dan mempertanyakan siapa gadis yang duduk disamping Chan Yeol, dan makanan apa yang tersedia dimeja. “Nah seperti yang penah saya beritahu sebelumnya, hari jum’at ini saya akan memberikan kejutan pada kalian, dan kejutannya sudah ada disini semua… taraaaaa….semua makanan Indonesia yang lezat dan seorang gadis Indonesia hadir disini untuk menyapa kalian semua!”
“Ya, benar teman-teman, tema malam ini adalah makanan Indonesia, maka dari itu, saya mendatangkan gadis Indonesia ini di siaran kita, dan sekedar informasi untuk kalian semua kalau makanan ini adalah buatan gadis ini loh…Marlina, silahkan perkenalkan dirimu.”
“Baik, terimakasih, Chan Yeol Oppa” Ujar Marlina pada Chan Yeol. Lalu ia menatap kamera, dalam sekejap kegugupannya hilang dan digantikan oleh rasa percaya diri yang menggenapi penampilannya, Marlina mulai menyapa, “Selamat malam teman-teman, Saya adalah Marlina, teman sekaligus tetangga Chan Yeol Oppa, malam ini adalah malam khusus dimana kami akan melakukan review terhadap masakan-masakan Indonesia yang saya buat, seperti yang kalian lihat, diatas meja ada beberapa makanan Indonesia yang selalu menjadi favorit saya.”
“Wahh, saya sudah tidak sabar untuk mencoba semua makanan ini, teman-teman!” sahut Chan Yeol.
“Saya juga, jujur saja, saya sangat merindukan negara saya, terutama makanannya.” Sahut Marlina, “Biasanya, dari semua hal, yang paling dirindukan oleh seseorang tentang sebuah tempat adalah makanannya, setidaknya itu menurut saya. Bagaimana menurut kalian, teman-teman?”
Marlina melihat ke kotak chat, banyak sekali komentar didalam kolom tersebut, hampir semuanya menyetujui perkataanya, walaupun beberapa tidak.
“Aku setuju sekali denganmu, Marlina, setiap tempat yang pernah aku kunjungi, pasti yang paling kurindukan adalah makanan dan manusianya. Jika aku berbicara mengenai Thailand, maka aku akan teringat Tom Yum Goong dan temanku Nichkhun Hyeong. Dan sekarang, jika aku berbicara mengenai Indonesia, maka kamu dan semua makanan ini yang akan hadir difikiranku…” sahut Chan Yeol pada Marlina dengan menggunakan kalimat-kalimat santai nonformal.
Marlina tertawa mendengarnya, sempat-sempatnya pria ini berimprovisasi, itu tidak ada dalam naskah yang sudah Chan Yeol persiapkan!
Chan Yeol membaca isi chat dari para penonton, beberapa orang terus menanyakan apakah ada alasan khusus mengenai pemilihan menu, akhirnya Chan Yeol pun menjawab. “Ya, teman-teman, tentu saja ada alasan khusus dalam pemilihan tema ini. Teman saya yang bernama Marlina ini sudah mempersiapkan acara yang besar untuk hari sabtu dan minggu besok, besok ya teman-teman, tolong catat, besok!” jawab Chan Yeol penuh semangat. “Bersama timnya, Marlina mengadakan acara festival di Yeouido, disepanjang sisi sungai Han, nama acaranya adalah ‘Festival Kebudayaan Indonesia’, disana akan ada banyak stand makanan yang bisa kalian beli dan nikmati…”.
Dilayar chat terdapat pertanyaan, “Apakah makanan yang disajikan malam ini ada di festival itu?”
“Tentu saja, semua makanan yang ada dimeja ini akan ada di festival itu, atau bahkan lebih banyak jenis dan variannya disana, saya hanya membuat beberapa saja sebagai contoh untuk malam ini” Jawab Marlina, “Oleh karena itu, saya harap kalian semua mau hadir dan menikmati weekend kalian bersama kami…”
“Ya, betul sekali, saya juga akan hadir besok, saya tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Nah, Marlina, bagaimana kalau kita mencoba makanan ini sekarang?”
“Ayo, kita coba, silahkan, Oppa…”.
Chan Yeol mengambil sebuah mangkuk besar yang berisi mie, kuah, bakso, tauge, kikil, potongan daging sapi, taburan bawang merah goreng dan potongan kucai. Aroma dari uap yang masih panas menguar, menusuk indera penciuman Chan Yeol, pria itu menutup matanya, menikmati aroma tersebut. “Sebelum memakan semua ini, saya ingin meminta maaf terlebih dahulu pada teman-teman, kalau biasanya saya makan dengan cepat, maka malam ini saya akan makan dengan santai dan pelan-pelan, saya ingin menikmati semua makanan yang ada karena ini adalah pertama kalinya saya memakan masakan Indonesia, mohon pengertiannya. Nah, saya coba makanannya dulu ya…”
Chan Yeol meraih sendok, lalu mengambil kuah dan mencobanya. Kuah yang masih mengepul panas itu masuk kedalam mulut Chan Yeol, rasa kaldu sapi yang gurih, segar dan nikmat itu menguasai rongga mulutnya. Lalu keningnya mengernyit ketika menyadari sesuatu, “Apa ini, lime?”
“Kamu sangat peka, Oppa. Iya, ada lime atau jeruk nipis yang kutambahkan diatasnya…”.
Chan Yeol mengambil lagi kuahnya, mencobanya beberapa kali, dan setelah merasa puas, ia tersenyum menatap Marlina. “Perfect!” , Pria itu mengambil sumpit, lalu membawa mangkuknya kearah kamera. “Teman-teman, seperti yang kalian lihat, disini ada kikil sapi, potongan daging sapi, mie yang kenyal, toge, kucai dan bawang goreng, nah yang bulat ini namanya bakso atau meatball…” jelas Chan Yeol sambil menyumpitkan semua bahan tersebut satu per satu. “Yang paling spesial dari semua ini adalah tambahan perasan jeruk nipis, kuah kaldu sapinya menjadi begitu segar dengan tambahan rasa dan aroma jeruk nipis tersebut. Ahh ini nikmat sekali teman-teman!”.
Pria itu membawa mangkuknya mendekat, ia menyumpit mie, toge, kikil dan potongan daging sapi, lalu memasukkan suapan besar kedalam mulutnya. Sambil memejamkan mata, Chan Yeol mengunyah semuanya.
Marlina mengikuti apa yang Chan Yeol lakukan, ia menyumpit mie dan memakannya. Kelembutan mie, potongan daging sapi dan kekenyalan kikil menyapa lindahnya, benar kata Chan Yeol semuanya sempurna karena tambahan jeruk nipis itu.
Chan Yeol kembali melakukan suapan besar mie nya.
Slurp!
Dalam beberapa kali suapan, mie itu ludes, bahkan Chan Yeol meminum kuah mie tersebut langsung dari mangkuknya. “Ahh… Saya tidak bisa berkata apa-apa , teman-teman…”, Chan Yeol melirik Marlina yang masih memakan mie nya, “Bagaimana Marlina, apakah kamu puas dengan masakanmu ini?”.
Marlina menganggukkan kepalanya, “Tentu saja, saya sangat puas, saya bersama tim sudah berusaha yang terbaik, jadi hasilnya pasti tidak akan mengecewakan…”
“Saya setuju.”
Chan Yeol melirik ke kotak Chat, banyak yang bertanya: “Apa Nama makanan itu?”
“Marlina, apa nama makanan ini? Ya Tuhan, maafkan saya, saya sampai lupa bertanya…”
“Nama makanan ini adalah Mie Kocok, makanan khas yang berasal dari Bandung, Jawa Barat.”
Ada pertanyaan lagi di chat, “Bagaimana jika aku tidak suka dengan kikil atau kulit sapi?”
“Bagi teman-teman yang tidak suka kikil dan kulit sapi, tidak usah khawatir, kalian bisa meminta kepada kami untuk tidak memasukkan kikil kedalam mangkuk kalian.” Terang Marlina, “Nah, selain Mie Kocok, ada jenis lain dari makanan ini, namanya Bakso kuah. Nah, disini saya sudah menyiapkan berbagai macam bakso untuk kita coba bersama, ini ada bakso telur, bakso cincang, bakso urat, dan bakso keju…”, Marlina meraih sebuah mangkuk besar yang berisi beberapa bakso, “Jika kalian tidak menyukai kikil dan kulit sapi, kalian bisa memesan bakso, bakso agak mirip dengan mie kocok, hanya saja kuahnya lebih bening, dengan tambahan bihun, mie dan sayuran, lalu tentu saja highlight nya adalah bakso ini, kalian bisa memilih salah satu bakso yang kami sediakan…”
“Saya mau coba baksonya!” ujar Chan Yeol sambil memotong bakso isi telur, “Oh, teman-teman, ini isinya telur rebus!” Chan Yeol mengambil setengah potong bakso telur, lalu memasukkannya kedalam mulut. Marlina mengambil setengahnya lagi dan memakannya, “Enak, saya bisa merasakan daging sapi di bakso ini!”
“Tentu saja, kami hanya menggunakan sapi di bakso ini…”
Chan Yeol mencoba bakso itu satu persatu, lalu menjawab pertanyaan di chat: “Diantara semuanya, mana yang paling enak?”
“Bakso cincang, saya suka bakso cincang, didalamnya terdapat banyak potongan daging cincang!” Jawab Chan Yeol, lalu ia meminum air sebelum melanjutkan, “Nah saya akan mencoba makanan lain, menurut kalian yang mana? Ini? ya, baiklah yang ini dulu. Marlina, apa nama makanan ini?”.
“Namanya Sate Maranggi. Mungkin beberapa dari kalian pernah memakan sate, tapi sate ini berbeda dari sate yang lainnya. Di Indonesia, umumnya banyak penjual sate yang hanya menjual sate ayam dan sate kambing, tapi disuatu daerah yang bernama Purwakarta, yang terletak di Jawa Barat, kota ini dikenal dengan kenikmatan sate marangginya. By the way, Proses memasak sate ini cukup lama, karena semua bumbu harus meresap sampai kedalam daging sapinya. Lalu… apa lagi? Oh iya, Sate ini disajikan kering, tanpa bumbu tambahan apapun, karena pada dasarnya rasa sate ini sudah gurih dan manis kecap, tidak perlu ditambahkan apa-apa, walaupun beberapa orang suka menambahkan kecap kental, sambal dan perasan jeruk nipis, itu sesuai selera. Sate ini bisa dimakan bersama nasi, lontong ataupun ketan bakar, saya menyiapkan semuanya untuk hari sabtu dan minggu nanti…”
Chan Yeol mengambil beberapa tusuk sate lalu memakannya, rasa manis, asin, gurih dan lembut daging sapi bercampur didalam mulutnya. Hari ini ia benar-benar dimanjakan oleh kemampuan memasak wanita yang duduk disampingnya itu.
“Disana kalian bisa memilih sate maranggi atau sate madura, semua tersedia, kecuali sate kambing, kami agak kesulitan untuk mencari bahan itu disini…”
Acara makanpun dilanjutkan, mpek-mpek, rawon, gado-gado, nasi padang, otak-otak ikan yang dibakar, beberapa minuman seperti sekoteng, bajigur, es pisang ijo, es cendol, martabak, dan lainnya. Semua makanan itu tersaji dalam porsi kecil, tetapi tetap saja membuat perut Marlina hampir meledak dan tidak sanggup makan lagi, Chan Yeol yang menyadarinya langsung mengalihkan dengan mengobrol bersama para penonton.
“Teman-teman, semuanya patut dicoba, terkadang untuk mengenal sebuah negara, kita harus mengenal makanannya juga. Bagi teman-teman yang sudah pernah berkunjung ke Indonesia, mungkin kalian tidak akan merasakan perbedaan pada makanan yang saya nikmati dan makanan yang pernah kalian nikmati di Indonesia, karena semuanya 100% disajikan langsung oleh orang Indonesia asli. Betul, Marlina?” Marlina tersenyum dan mengangguk.
Dilayar chat beberapa orang terus menerus bertanya, “Selain stand makanan apa lagi yang ada di festival itu?”
“Didalam festival itu akan ada pertunjukan seni tari, seni musik Indonesia, dan nanti juga akan diputarkan film-film Indonesia baik film baru maupun film lama… disana kalian juga bisa mencoba memakai beberapa jenis pakaian tradisional dan mengambil poto di spot yang kami sediakan.”
Chan Yeol membacakan salah satu penyataan penonton, “Aku ingin mendengar salah satu lagu lama yang dimiliki Indonesia.”
“Nah aku juga ingin mendengarnya, apakah kamu memilikinya diponselmu? Biar aku bisa memutarkan lagu itu untuk seluruh teman-teman disini…” tanya Chan Yeol.
“Lagu lama, ya? Baiklah, tunggu sebentar…”, Marlina meraih ponsel yang ia letakkan dimeja yang ada disebelahnya. Lalu menyerahkan ponsel itu pada Chan Yeol, pria itu menyambungkan laptop dan ponsel Marlina, setelah siap, Marlina memilih lagu diponselnya dan menekan tombol play.
Alunan musik mulai mengalun menyapa telinga pendengarnya, lalu liriknya pun mulai dinyanyikan.
Marlina, kau dara pujaan
Mendengar itu Chan Yeol terkejut, lalu menoleh, memandang gadis yang duduk disisinya dengan penuh tanya, “Oh, Ini?”
Marlina mengangguk menjawab pertanyaan yang tak terlontar itu, ia tertawa geli melihat keterkejutan Chan Yeol yang tertera jelas diwajahnya.
Parasmu jelita
Menggugah sukma nan rawan
Oh Marlina, penawar rinduku
Hatiku bahagia kala bersua denganmu
Engkau mirip kekasihku
Yang telah meninggalkanku
Sudikah kau menggantinya
Agar rembulan bercahaya gemilang
Oh marlina kau bagaikan Ratna
Kupuji kupuja di lubuk sukma slamanya
(Marlina-Chrisye)
Setelah lagu itu selesai, Chan Yeol mulai menghilangkan fikiran-fikiran buruk yang berkecamuk didalam benaknya selama mendengarkan lagu itu, ia lebih memilih memberikan pertanyaan langsung dan tegas pada gadis itu daripada harus terus menebak-nebak tak tentu arah, “Ceritakan padaku apa makna lagu ini, dan bagaimana bisa namamu ada didalamnya? Apakah lagu ini memang diciptakan untukmu? Siapa? Siapa laki-laki itu!” tanya Chan Yeol terdengar emosi.
Pertanyaan dengan nada emosi itu membuat senyum surut sedikit demi sedikit dari bibir Marlina, lalu ia menjelaskan dengan hati-hati, “Lagu ini sebenarnya adalah Ost. Film tahun 1970-an, judul lagunya adalah Marlina…”. jawab Marlina.
“Why? How?” tanya Chan Yeol tak sabaran.
“Dulu, ibuku sangat suka dengan film Puspa Indah di Taman Hati, didalam film itu ibu sangat suka dengan tokoh yang bernama Marlina, maka dari itu beliau memberikan nama itu padaku.” jelas Marlina,
“Nah, lagu yang sebelumnya kuperdengarkan pada kalian adalah lagu yang dinyanyikan oleh tokoh utama laki-laki yang bernama Galih, untuk menggambarkan perasaanya pada Marlina, isi lagu itu adalah tentang betapa bahagianya ia bertemu dengan Marlina karena gadis itu sangat cantik dan sangat dipujanya, juga karena gadis yang bernama Marlina ini sangat mirip dengan mantan kekasih Galih yang bernama Ratna, maka dari itu Galih meminta Marlina untuk menggantikan Ratna sebagai kekasihnya. Kurang lebih itu makna lagunya…”
“APA? Jadi lelaki itu memintamu untuk menggantikan mantan kekasihnya!?” sewot Chan Yeol.
“Bukan aku, tapi Marlina di film. Aku tidak menggantikan siapapun!” balas Marlina mencoba bersabar.
“Iya, iya. Tapi coba jelaskan lebih detail, alasan mengapa ibumu malah menyematkan nama itu untukmu!” seru Chan Yeol tidak suka.
Marlina menggaruk keningnya, bingung dengan reaksi Chan Yeol yang diluar prediksinya, ia berfikir sejenak lalu memilih menjelaskan mengenai film itu saja, “Jadi, dulu ada film berjudul Gita Cinta dari SMA, isinya tentang kisah cinta Galih dan Ratna yang melegenda di SMA mereka, kisah cinta itu sangat manis tetapi tragis, karena pada akhirnya Galih dan Ratna tidak bisa bersatu karena orangtua Ratna tidak menyetujui hubungan mereka, yah gitulah… perbedaan strata sosial dan lain sebagainya, terlebih lagi, Ratna sudah dijodohkan dengan lelaki lain. Mereka bedua tidak bisa bersatu…” jelas Marlina, “Lalu Galih dan Ratna pun berpisah, Galih pergi keluar kota untuk kuliah, dan kisah selanjutnya ada difilm berjudul Puspa Indah di Taman Hati. Di sequel ini, Galih bertemu dengan Marlina yang sangat.. sangaaaaaaaaat… mirip dengan Ratna, karena itulah Galih mencoba membuka hatinya kembali dan menjalin hubungan dengan Marlina, lama kelamaan ia mencintai Marlina apa adanya, bukan karena Marlina mirip dengan Ratna, tapi…”
“Tapi?”
“Tapi, kemudian Galih bertemu lagi dengan Ratna saat dia melakukan konser diluar kota, kehidupan rumah tangga Ratna sangat tidak bahagia, ia ingin bercerai dari suaminya yang telah menikah lagi dengan wanita lain. Galih merasa sedih, tapi ia tidak bisa kembali kepada Ratna karena ia sudah bersama Marlina. Pertemuan Ratna dan Galih tersebut diketahui wartawan dan dimuat di koran, sehingga Marlina tahu ternyata Galih menemui wanita yang sangat mirip dengannya, dari situlah Marlina mengetahui masa lalu Galih, ia kecewa dan sedih, kemudian Ratna mencoba menjelaskan kepada Marlina kalau ia akan melepaskan Galih, agar Galih bisa hidup bahagia bersama Marlina. Tetapi melihat bagaimana Galih mencintai Ratna dan Ratna mencintai Galih, akhirnya Marlina pun mundur, ia mengikhlaskan Galih untuk bersama dengan Ratna…” Jelas gadis itu, “Galih dan Ratna happy ending, Sementara Marlina di film dan di sini, single.. kkk” canda Marlina, entah mengapa candaan itu tidak membuat Chan Yeol tersenyum sedikitpun, tatapan pria itu sangat tajam menatapnya, membuat Marlina salah tingkah dan akhirnya lebih memilih melanjutkan ceritanya saja, “Ibu bilang, beliau merasa bersyukur atas keputusan Marlina yang melepaskan Galih, agar Galih bisa bahagia bersama cinta lamanya. Katanya, tingkatan terbesar dari cinta adalah ketika kita mampu melepaskan orang yang kita cintai agar lebih bahagia walaupun itu bersama orang lain. Ketulusan hati Marlina itulah yang membuat ibu sangat menyukainya, ibu berharap Marlina bisa bertemu dengan cinta sejatinya juga. Oh c’mmon! Ibuku memang sangat mendramatisir! Hahaha”.
Chan Yeol terdiam menatap Marlina, entah apa yang ada difikiran laki-laki itu.
“Sudah faham sekarang?” Tanya Marlina.
Bukannya menjawab pertanyaan, Chan Yeol malah bangkit dan berjalan meninggalkan Marlina yang kebingungan. Pria itu menghilang selama beberapa saat saja sampai ia kembali lagi dengan sebuah gitar ditangannya.
Chan Yeol menggeser kursi dan menatanya agar ia bisa duduk agak jauh dari meja. Matanya menatap Marlina tajam, ia sudah melupakan segalanya, melupakan acara siaran yang sedang ia lakukan, melupakan akal sehatnya, dan kali ini ia membiarkan hati menguasai seluruh dirinya.
“Sekarang atau tidak sama sekali!” Jerit hati Chan Yeol. “Ini adalah kesempatanmu! Kapan lagi! Ayo!”.
“Marlina… “ panggil Chan Yeol pelan.
“Iya?” Jawab Marlina ketar-ketir, tingkah laku Chan Yeol yang aneh membuatnya khawatir setengah mati, ada apa dengan Pria itu, apa dia gila? Sekarang sedang siaran!
“Bolehkah aku menjadi pengganti Galih?”
“APA???” seru Marlina terkejut setengah mati dengan pertanyaan itu. Ia menyadari ‘perhatian’ Chan Yeol padanya, tapi ia tidak pernah mengira kalau lelaki itu akan senekat ini, melakukan semua ini ditengah siaran!?
“Aku ingin membahagiakanmu, melindungimu, dan memilikimu untuk diriku sendiri…” Mata pria itu tidak lepas menatap Marlina.
“Chan Yeol, yang tadi itu hanya sebuah film!” bisik Marlina memperingatkan.
“Tapi perasaanku ini bukan sebuah film, ini nyata… seperti Galih, aku ingin menyanyikan lagu yang menggambarkan perasaanku pada Marlina.”
“Apa? Chan Yeol, sadarlah kita sedang siaran!” bisik Marlina sangat pelan, hanya dirinya dan Chan Yeol yang mungkin bisa mendengar itu.
Chan Yeol mengabaikan peringatan Marlina dan dengan keras kepala mulai memetik gitarnya, Marlina mengenal lagu itu, bagaimana tidak, setiap malam ia terbiasa memutar lagu itu sambil membaca buku di balkon, CNBlue-love light!
When I look at you, my face turns red.
When I look at you, my heart goes thump thump
I speak shyly like a childLooking at you, I smile without a reason
I keep doing that like a fool.
It seems like love came to me.Etc.
You are Lovely
You are even brighter than the sun light in that sky
You are my love light that brightens even the darkest part inside my heart.Etc.
(CNBlue-Love light. —Translation)
Pria itu telah menyelesaikan seluruh lagunya ketika ia melihat Marlina duduk diam, tidak menampilkan eskpresi apa-apa, seperti yang Chan Yeol katakan sebelumnya, Marlina yang tidak berekspresi adalah Marlina yang sangat tidak ramah, biasanya orang akan berfikir dua kali sebelum mencari gara-gara dengannya.
Tatapan dingin dan tajam Marlina membuat pria itu semakin salah tingkah, Chan Yeol menggaruk keningnya yang tiba-tiba gatal, “Marlina, katakan sesuatu…” pintanya.
“Kamu…” gumam Marlina, gadis itu kehilangan kata-katanya, entah ia harus bereaksi bagaimana terhadap lagu yang berlirik penuh rayuan tersebut. Selama ini Marlina memang menyukai lagu bernada manis yang dibawakan band CNblue, tetapi mendengarnya secara langsung keluar dari mulut Chan Yeol, entah kenapa rasanya agak… aneh?
Chan Yeol sadar, se-sadar-sadarnya, ia telah begitu nekat melakukan semua ini. Tanpa fikir panjang, ia langsung menerobos masuk kedalam pintu yang baru diputar kuncinya, sebuah pintu yang belum terbuka sama sekali tapi tidak lagi terkunci, ia yakin itu. Bagaimana bisa kecemburuan karena sebuah lagu membutakannya, bagaimana bisa hati mampu menguasai logika yang tak pernah kalah sebelumnya? Marlina… gadis yang bernama Marlina ini memang sangat berbahaya bagi kesehatan jantung, hati dan mentalnya, lebih terasa bahaya lagi saat ekspresi dingin itu masih tercetak jelas diwajah Marlina. Jantung Chan Yeol berdegup kencang seolah akan meledak begitu saja, ia sangat tidak sabar menunggu respon dari Marlina, moment ini bagaikan persidangan baginya, tempat ia akan mendapatkan kejelasan status, apakah ia akan mendapatkan kebebasan mencintai atau penjara siksaan patah hati?
“Aku?” tanya Chan Yeol tidak sabar, karena Marlina belum juga melanjutkan kalimatnya.
Ekspresi wajah Marlina berubah, ia memasang ekspresi geli bercampur jijik, “Kamu… cheesy banget!”
“Me? Cheesy? Really?” seru Chan Yeol tidak percaya dengan apa yang didengarnya.
“Yes, You are, dan sekarang, habiskan makananmu…nih, kamu belum mencoba klepon, makanan yang paling kusukai!”
“Tapi apa jawaban kamu? Aku mau menjadi pengganti Galih?!!”.
Marlina terdiam, memandang Chan Yeol lekat-lekat, “Makan, Oppa! Aku tidak suka kekasihku membuang-buang makanan yang sudah kumasakkan untuknya!”.
Rasa kesal dan khawatir yang menyelinap dihati Chan Yeol hilang begitu saja saat ia meresapi makna keseluruhan kalimat itu. senyum yang sempat menghilang, kini kembali muncul dibibirnya, tanpa bisa dirinya cegah, badannya seolah bergerak sendiri, menghampiri gadis yang menjungkir balikkan perasaanya, mencium kening Marlina dengan penuh rasa sayang.
***
Dua orang itu saling berpegangan tangan menikmati suhu yang sejuk sambil berjalan disisi sungai Han, dikanan kirinya terdapat bunga Sakura yang sudah bermekaran indah.
Musim semi adalah musim dimana sakura pink, sakura putih, canola, Azalea, forsythias dan bunga-bunga liar lainnya yang tak kalah indah mulai bermekaran, persis seperti cinta kedua insan itu, cinta yang mulai semakin, semakin dan semakin berkembang setiap harinya.
Tidak seperti Galih dan Marlina yang tidak berakhir bersama, Chan Yeol dan Marlina akan selalu bertahan hingga akhir.
END
Catatan CJ:
Eaaah, akhirnya Cerpen ini jadi jugaaaaaaa~~~
Setelah melalui beberapa kali editing. Ampun dahhh.. ternyata bikin cerpen kuliner lebih rumit daripada bikin prosedur praktikum lab dan resep-resep umum.
Bikin ini harus penuh rasaaaaa… rasa mencintai makanan, yang selalu berhasil membuat CJ baper karena laper selama menulisnya. Kwakwaaaaawww
baca tgwttk aja bisa baper & laver abis, gimana bikinnya!
Salut deh sama para penulis dengan tema makanan begini, ruarrrr biasaaaah~
Oia, Terimakasih bagi yang sudah meluangkan waktunya untuk membaca kisah ini dan meninggalkan jejak kritik dan sarannya.
Juga, Terimakasih kepada tim PSA karena lomba menulis yang dibuat merupakan tantangan yang menyenangkan. Dulu lomba 17an, terus lomba misteri, dan sekarang kuliner. Semuanya have fun, senang-senang, menyalurkan imajinasi dan juga sekaligus kembali melakukan hobi yang sebelumnya terlupakan. Hehee
Nah @author2 dan @author4 , segitu aja cerpen CJ. Hehe
Maaf sekali kalau hasilnya gak bikin ngiler dan cenderung aneh, karena aneh memang kata yang tidak bisa dipisahkan dari CJ. Kwkwkwkw
PS. Tolong ajarkan bagaimana caranya membuat cerita kuliner yang bikin orang ngileeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeerrrrrrr
Hihihihi
Cheers woot woot,
CJ
-
11 November 2016 pada 4:10 am #283039purpergirlloversPeserta
Mempromosikan makanan indo ke korea ,,,, bagus2 ,
belum kubaca semuanya sih hihihihi ,
tapi kenapa korea jei??? Kukira arab khan cj ngejar2 hamdan :aaaKaboor
-
11 November 2016 pada 4:18 am #283051carijodohPeserta
@purpergirllovers kwkwkkww besok2 bikin fanfic nya abang hamdan aaaaaaaaaaaaaah :NGAKAK
judulnya mukbang, biasanya identik dengan Korea (walau udh menyebar dan dilakukan warga non-Korea juga), makanya lebih milih bikin FF dengan tempat Korea dan cast idol hits masa kini. hihihihi
terimakasih ungu sudah mampir :NGEBETT
-
11 November 2016 pada 4:31 am #283080purpergirlloversPeserta
@carijodoh Nah lho…. siap2 cari kuliner khas arab selain kebab hahahaha :KETAWAJAHADD
-
11 November 2016 pada 4:38 am #283096carijodohPeserta
@purpergirllovers doner enak tuh! terus apa ya itu nasi terus diatasnya dikasih yoghurt, ah lupa namanya, tp itu enak banget, nasi kebuli dkk juga enak, terus… terusss… terusss….. cj lavaaaar :aaaKaboor
-
11 November 2016 pada 4:44 am #283116purpergirlloversPeserta
@carijodoh :dragonngakak :dragonngakak
Baca komenmu ini malah bikin ngilerrr jei :ijonangis
-
11 November 2016 pada 4:49 am #283130carijodohPeserta
@purpergirllovers namanya juga kita lagi di forum kuliner, semua harus bkin ngilerrrr, termasuk komenan :NGAKAK
-
11 November 2016 pada 5:09 am #283184Author4Keymaster
Kesalahan besar baca cerita ini jam segini, nyiksa perut neh.
Oke au kaga tau apa itu mie Jjajangmyeon, kaga bisa bayangin mie pake saos kedele hitam, pas liat gambarnya jg kaga napsu krn warnanya item wkwkwkw tapi pas liat penjelasan cara masaknya ada udang-udang gurita kok ngiler, ini makanan mahal ya kayaknya seumur idup au kaga bakal bisa ngerasain ni makanan krn ga mampu beli
:TERHARUBIRU
Trus susu rasa pisang ama semangka??? Emang ada di dunia ini rasa begituan?? Gimana rasanya yakk??
Pas ke bawah, mulai dah nelen ludah, apalagi nemu rangginang berbagai rasa, rasa bawang ama terasi paling enak
:NABRAKKACA
au juga bisa habis setoples dalam sehari neh
Dan setelah itu cerpen ini mulai nyiksa pembaca
:ASAHPISAU2
Kenapa itu martabak, mie kocok bandung, sate maranggi, mpek-mpek, rawon, gado-gado, nasi padang, otak-otak ikan bakar, sekoteng, bajigur, es pisang ijo, es cendol, martabak, dan lainnya muncul subuh2 begini dan nyiksa perut yg keroncongan??!!
Di cerpen ini ada lagu jadul dan pilem jadul yakk hmm menunjukkan usia penulisnya :BAAAAAA
Secara keseluruhan cerpen ini enak dibaca & menyenangkan hati, ide memperkenalkan masakan indo ke korea menarik sekali, di indo lg demam makanan korea jadi kenapa kita tdk bisa bikin korea demam makanan indo? Ya engga?
dan au dapat pengetahuan baru tentang mukbang show ternyata ada begituan yakk apa enaknya liatin orang lain makan, bukannya malah menyiksa diri? Apalagi kalo lagi bokek plus laper.
:RENCANAJAHARAA
-
11 November 2016 pada 5:21 am #283219carijodohPeserta
https://www.youtube.com/watch?v=qn2OjF57M78
@author4 nihhh siapa tahu au mau nonton mukbang Jjajangmyeon, kwkwkwyang di Indo, ga begitu mahal kok auuuu, tapi ga semua resto jjajangmyeon nya enakkk, jd mending au kalau mw nyoba itu makanan pergi ke Korea dulu terus makan Jjajangmyeon disana ahahhaa
adaaaaa au, susu rasa semangka dan pisaaaang, tapi cj juga belum nyobaiiiiiin, makanyaaa ngiler bangetttttt pengen cobaaaaa :PATAHHATI :PATAHHATI
btw btw,
Pengumuman! pengumuman!
usia penulis baru menginjak 17 tahun, jadi ga ada hubungannya dengan musik dan film di cerpen ini kwkwkwk :NGAKAK
iyaaaa dong, kenapa enggaaa, makanan indo juga ga kalah sama masakan sana kok!
hehehe
terimakasih au sudah bacaaaaaaa, semoga ga pusing abis baca cerpen alakadarnya ini yakkkk kwkw
-
11 November 2016 pada 6:08 am #283379calendulaafPeserta
aku kira judulnya mubank jei, maafkan mata yang masih kurang fokus ini :aaaKaboor castnya mas cy lagi aaaaa aku baca dulu ya, semoga ga ngiler ntar :girlynyengir
-
11 November 2016 pada 6:51 am #283510NolanDzetaPeserta
Itu makanannya sukses bikin ngiler :strawinlove bagus banget iih cerpen CJ. :YUHUIII
-
11 November 2016 pada 7:40 am #283629carijodohPeserta
@dadaa34 kwkwkw mubank sama mukbang itu memang tipis banget yak bedanya jd ga masalah kokk hehhee
selamat membaca yaa, terimakasih sudah mampir :inlovebabe
@Nolandzeta waah terimakasih nolan sudah mampir :inlovebabeayo nolan ikut lomba cerpen juga ga?
-
11 November 2016 pada 10:08 am #284007RositaAmalaniPeserta
Cj mau mie kocoknya dong hiks pernah makan sekali seumur hidup, dan lupa rasanya gimana wkakaka
-
11 November 2016 pada 12:42 pm #284420Author2Keymaster
Buka pertama salfok ama covernya, yawlaaa ini ya dasar orang ganteng, mangap makan apel aja keliatan imut ganteng minta ampun!!
:tidakks!
Kebayang kalo au yg mangap makan apel trus dipoto, pasti hasil potonya bisa bikin anak-anak sekomplek lari tunggang langgang gara2 ketakutan soalnya dikiranya au mangap mau makan mereka
:ASAHPISAU2
Mukbang yah? kalo bisa dibilang au ini suka bgt acara liatin orang masak atau makan, kalo di Tv itu nontonnya Asia food chanel / AFC hihihi tp biasanya au nonton tu acara jepang ampe ngiler2 liatin mas-masnya makan lahap. Ini apalagi di cerita mas mas nya ganteng
:NGEBETT
Cara penulis membawakan ceritanya bagus, idenya keren, membawa makanan indo ke korea dan memperkenalkannya, kira2 mereka suka engga ya, dan penulis berhasil menyelipkan makanan-makanan indonesia dengan cantik di cerita ini, apalagi pas dibagian rengginangnya itu ampe bisa bayangin krauk krauk gigit rengginang yang empuk gurih hihi
Untung au baca ini udah makan siang mie ayam ama batagor, jadi setidaknya engga ampe nangis soalnya gambar dan ceritanya bener-bener bikin ngiler.
Ecieee cieee, “aku ga mau KEKASIHKU membuang-buang makanan….”
Suiit suiiit udah diangkat jadi kekasihnya aja nih bang, ga rugi ya gitaran cheesy akhirnya dapat juga gebetannya hihihi. Suka ama kisah cintanya, lembut, hangat dan menyenangkan :ijoberharap
Oke malam ini harus nyari sate maranggi nih ama minta dikirim ibu rengginang!
:KETAWAJAHADD
-
12 November 2016 pada 3:22 am #287191carijodohPeserta
@rositaamalani ayo mak sini ke Bandung, banyak mie kocok bertebaraaaan hihihi :BAAAAAA
@author2
kwkwkw au2 lucu banget daaaahhh hihihihi
kalau gitu au2 jangan mangap lebar2 yak kesian anak tetangga kwkw *kidding
ganteng ya au visualnya? iya, kenalin itu calon cj, calon bapak anak2~
eaahhhhh hahaha *kaboooor:aaaKaboor
nah au juga ternyata penikmat mukbaaaang, cj biasanya liat di yucup au, ada channel2 tertentu yang sering cj tonton,
kayak keemi, mommytang, banzz, dll
abis nnton itu pasti ngiler beraaat:GERAAH
waaa terimakasih auu,pas awal bkin ini kayak bkin artikel2 resep memasak pd umumnya…
makanya cj ampe pusing au, jadi dibuat senatural mungkin bagian masaknya
rangginang emang ga ada matinya yak auuuu hihihi:RAKUSS
iya tuhhh, abang ganteng walaupun gitaran cheesy dapat gebetan, lah ini cj kapan dapat dimainin gitar gituuuu? :AKUGAKTERIMA
terimakasih auuu :PELUKRINDU
nah cj jadi penasaran apakah malam ini au dapat sate marangginya? hihihi
di tempat cj skrg susah cari sate maranggiiiiii:TERHARUBIRU
-
12 November 2016 pada 5:51 pm #289847GrenboyPeserta
Huaaa @carijodoh cerita kamu keren, semuanya dijelaskan detail tapi tetep nyambung sama kuliner. Penjelasan makanannya juga lengkap smpek rangginang emakku juga hadir disana. Niat banget ya buat cerpennya, itu ide Galih Ratna kok bisa ngalir gitu. Aku baca sampek dua kali lho. Tetap berkarya ya top banget
-
12 November 2016 pada 7:48 pm #290343Dyza_ZahraPeserta
Baca cerita ne bikin ngiler.. Pas di scroll kebawah, eh malah tambah niler, laper, baperr juga ..wkwkwkwk..
Jujur, Awalnya, pas baca judulnya, masih bertanya” kalo mukbang itu apa sih? Nama orang,nama tempat,ato nama something?. Setelah tau, oh ternyata nama acara toh.
Anywy, Itu cast cwonya kebngetan yak! Udah ganteng, doyan makan, tapi kok badannya kaga kayak om om bodak perut gendut. HahaTruz yak pas baca ada rengginang di korea, OMG.. Imajinasi saya langsung berkelana , bayangin kalo yang makan rengginang itu Yoona, Kang minhyuk,, lee seunggi.. Kalo nyatanya orang korea beneran doyan rengginang, lumayan tuh bisa nambah kuota eksport indonesia . Hehehe. Mantapp . Kalo ala barat itu ada brand jack & jill, maka di indonesia ada Ranginang & Rangining . Hehehe. Kalo dijadiin judul sinetron, bagus juga yak. *pletak!* Kebetulan saya urang sunda, jadi cukkup doyan sama ranginang & rangining.
-
12 November 2016 pada 8:39 pm #290601sellpitPeserta
Kereeeeeen banget kak… Bikin aku laperrrrrr hahaha jadi pengen nyari sate gini hari
-
13 November 2016 pada 12:34 pm #292891
-
13 November 2016 pada 12:46 pm #292896carijodohPeserta
@dyza_Zahra waaah terimakasih sudah mampir dan meninggalkan komentar
hihihihi tujuan utama ikut lomba cerpen ini kan memang bikin orang ngilerrrr, alhamdulillah ternyata ada yang ngiler baca cerita iniiii :tepuk2tangan
iyaaa kebangetan banget, makan banyak tapi ga gendut yaaa,
ada noh contoh nyatanya cowo yang kayak Chan Yeol itu, namanya banzz, ada di youtube, dia sumber inspirasinya hehee
nahhh bener juga, bisa nambah kuota eksport yak!siapa coba yang bisa menahan godaan ranginang!
:NGAKAK :NGAKAK
hahahha cj ngebayangin yoona, minhyuk dll makan ranginang kokkk jd lucu sendiri yakk
bener sebelumnya ga ngebayangin mereka makan itu!
hahhaa
WAAAA ternyata ada yang tahu rangining, pdhl tadinya mau masukin ranginang and rangining biar ga kalah sama jack & jill!
kwkwkwkwk :KETAWAJAHADD
tapi takutnya jarang yang tahu jadi ga masukin ituuuu hihihhidup urang sunda! :tepuk2tangan
-
13 November 2016 pada 12:48 pm #292897
-
13 November 2016 pada 1:47 pm #292928Dian_AWPeserta
salpoks ama judulnya je, aku kira mubank hihi
jjajangmyeon oh my :girlyngiler salah nih blm maksi baca ini T.T
mie kocok kayaknya enak bgt anget2 panas2 pas ujan gini :TERHARUBIRU
rengginang aku suka. yg manis yg pink itu tuh, kebetulan lg ada rengginang ditoples aiii :BAAAAAA
mau makan dulu ah ini huhu
-
13 November 2016 pada 2:02 pm #292937carijodohPeserta
@Dian_AW kwkwkw udh dua orang yang salfok smaa judulnya, antara Mukbang dan Mubank memang mirip banget hihihi
ayo ayo ayo makan jajjangmyeon, cj juga tiap liat org makan jajangmyeon ini pasti langsung baperrrr dan laverrrr
selamat makaaan yaah DIan,
terimakasih sudah mampir dan komentar disini hehehe
-
13 November 2016 pada 2:18 pm #292948hujanpetirPeserta
alamakoii chan yeoooolll ini liat orangnnya pa lg mukbangnya aiihhhhh *pingsan
itu martabak pisangnyaa susu pisangnya mauuuuuuuuuuuuuuuu pokoknya mauuuu. itu sate yaalloh jeii pengeeennyaa.. jei udah prnah nyoba? maknyuss bgt kayaknya.
itu jjajangmyeon nya ampon dahh nelen ludahh bnyak mpe keselek bayanginnya.
susahh ya jei bkin cerita bginiann?? tp ok bangett lg ini jei keuren!! memadukan makann dan cinta cintaan romantisan bgini top dahh..
pokoknya aku padamu jeii ehh aku pada yeol deng hahaha
*btw aq bacanya sambil senyum2
*btw lg itu triplet di karbit ap direndem dlm minyak tanah udah gedee aja -
13 November 2016 pada 2:25 pm #292951carijodohPeserta
@hujanpetir
hupeeeet kwkwkwk makasih yo udh mampir :KISSYOU
wwkwkw tadinya mau baekhyun atau sehun biar kamu makin baper
tapi sayang, cintaku pada Channie ga bisa dihilangkaann hihihi
#PLAKKKKKKKKKKK :KETAWAJAHADD
sate maranggi apa jjajangmyeon nih? sate maranggi mah udh sering hihi
jjajangmyeon udh nyoba juga bberapa kali, tapi sempet kecewa krn zonk!
pas nyoba kedua kalinya lumayaan, cj pengen bikin sendiri biar lebih otentik :RAKUSS
tapi nyari pasta kedelai hitamnya susahhhhh huhuu :PEDIHH
susah banget pet, apalagi bagian makan2nya, takut kaku kayak bikin resep masak biasa hihihi :GERAAH
wakakkakkkkkkk inget pet inget rojiin, chan yeol milikku!!! :DOR!
wahahah sengaja tripletsnya cj karbit dulu biar langsung SMA hihihi :HUAHAHAHAHA -
13 November 2016 pada 4:19 pm #293015Dyza_ZahraPeserta
@carijodoh: hehe iya sama” . Dy belum pernah nonton langsung secara live acara mukbang itu. Cuma pernah baca berita nya aja tentang orang2 yg makan dlm porsi berlebih. tapi dia orang jepang. Cewe lagi, Dy lupa namanya siapa.
Nanti deh nyoba nonton di youtube itu akunnya banzz . Jadi penasaran. Tapi sekarang lagi lemot sinyal na . Huhu -
13 November 2016 pada 4:43 pm #293028carijodohPeserta
@Dyza_Zahra oh iya ada cewe jepang yang mukbangnya hits, dia kurus banget tapi bisa makan sebanyak itu… luar biasaaa, cj mah apa atuh minum air putih aja naik se ons huhuhu :aaaKaboor
iya nanti kalau sinyal sudah bagus silahkan di cek abang banzz nya, hihihi biasanya akan berakhir baper dan laver :TERHARUBIRU
-
14 November 2016 pada 12:48 pm #293801nikenprabaretnaPeserta
Aq pikir hanya akan da makanan korea saja tenyata da juga dari Indonesia.
Terkesima da lagu zaman dulu yg judulnya sama dg tokoh utamanya.
Yg jelas ceritanya bagus jd g bosan sampai baca part terakhir ni panjang banget. Berapa kata ni cj?
Jadi pingen renginang dah lama g makan itu.hayo tangungjawab…. -
14 November 2016 pada 3:23 pm #293932carijodohPeserta
@nikenprabaretna waaa mom niken, terimakasih sudah mampirrr dan meninggalkan komentar hihi :MAWARR
Ini sekitar 11rb words, hihi
Panjang banget yaaak, huhu iya nih soalnya ini kan cerpen kuliner, jd point utamanya bukan cuma romance tapi harus menekankan pda unsur kuliner nya, makanya panjaaaang bangetsss
Udh diminimalisir ttp aja yg paling pas segini.
Makasih banget loh mom tetap baca sampe akhirrrrr :KISSYOU
Hihihi makanan korea nya satu ajah, sisa nya promo makanan indonesia, yeayyyy hidup ranginang!!!
Ayo mom makan ranginang, cj suka banget sama itu!!!! :NGEBETT
-
15 November 2016 pada 6:32 am #294400dianisahModerator
Aku nggak tau apa itu mukbang, gak pernah nonton acaranya. tapi baca deskripsi di sini sedikit banyak jadi paham. aku juga suka sm ide ceritanya, simple tp ngena banget. Filosofi si tokoh cowo ttg “orang mau datang untuk mendapatkan sesuatu yg gak dia dapatkan dengan menonton” itu keren bangeet!! sebelumnya aku nggak kepikiran sampe situ :NGEBETT
Deskripsi makanannya yg indonesia banget, familiar dan gampang dijumpai, plus foto2 makanannya sukses bikin aku mupeng. jadi pengen sate padang, klepon, dll. mana bacanya pagi 2, pas cacing2 di perut minta jatah ransum :PATAHHATI
Aku bukan korean freak, cuma tau bbrp artis dan makanannya aja, tapi baca inideskripsi aku gak ngerasain ada “gap”, tetep paham biarpun bukan penggemar korea. kereeeeen :MAWARR
-
16 November 2016 pada 7:21 am #295301carijodohPeserta
@dianisah wahh terimakasih dian sudah mampir
hihihi mukbang lagi menjamur juga di Indonesia loh, banyak yang bkin acaranya, mungkin dian mw mencoba menonton mukbang versi Indonesianya sebelum versi korea, seru loh nonton itu biar lapaaar kwkwkwkw #PLAKK
nahhh pagi2 bacanya! untung ga tengah malam, itu lebih bahayaaaa kwkw :KETAWAJAHADD
alhamdulillah ga ada gap, awalnya khawatir bakal ada gap ga ya~ tapi tetep dilanjut krn memang temanya mukbang
hehehe
terimakasih sekali lagiii :MAWARR -
22 November 2016 pada 7:13 am #298841AzharKhoiriPeserta
Kak jeeii.. itu perutnya nggak buncit makan banyak gituu? Mending bagi ke akuuu :BAAAAAA
-
22 November 2016 pada 9:32 am #298883carijodohPeserta
@azharkhoiri hahaha kalau yg mukbang gt ada tips trick nya ulf biar ga bunciittt
Nih nih cj kasih deh makanannyaaa *lempar martabak
Hahahahaha
Makasih udh mampir :inlovebabe
-
22 November 2016 pada 9:42 am #298892SriRahayuYayukPeserta
bagusas gak kerasa bacanya udh end aja wkwkwkwk…. seriusan itu makanannnya pikin ngilerrr bgt sihh… terutama susu rasa pisang dan semangka jadi pengen cobaa… itu kayanya susu fermentasi yaaa CJ
-
22 November 2016 pada 10:04 am #298907carijodohPeserta
@srirahayuyayuk heehe namanya juga cerpen yuk
Kalau ga salah itu bukan susu fermentasi, tp susu yang dikasih perisa buah gitu yuk. Hehehee ntahlah sebenernya cj blm pernah nyoba kwkwkwkwkww
Makasih udh mampir yakk :inlovebabe
-
22 November 2016 pada 3:30 pm #299012DalpahandayaniPeserta
Kisah cinta,makanan dan yg lainnya keren bnget
-
23 November 2016 pada 8:58 am #299468calendulaafPeserta
judulnya selalu kebaca mubank :NABRAKKACA cepennya sweet banget ya ampun apalagi waktu marlina lelah terus dia jatuh kepelukan mas cy, jadi pengen juga nih dipeluk gitu. ada daehan mingguk mansae jugaa, udah gede lagi :TERHARUBIRU itu mas cy cemburu dong ya liat marlina deket sama si triplet :KETAWAJAHADD mie kocok sama satenya bikin ngiler :NGEBETT salah banget nih baca cerpen ini pas lagi puasa :PATAHHATI kalo ga kuat iman kan bisa batal.
bagian akhir tuh waktu mas cy nembak marlina sweet bangetla jei, romantis banget bikin iri ya.
aku sukaa banget. apalagi kalo happy ending begini :inlovebabe maap jei baru sempet baca, baru sempet komen juga dari kemarin-kemarin mau baca ga jadi mulu hehe
good luck ya jei, aku suka cerpen kamu sukaa banget apalagi castnya mas cy :inlovebabeoh iya jei, resep Seafood Jjajangmyeon nya bisa dicoba ga sih? :ragunih
-
23 November 2016 pada 10:07 am #299498carijodohPeserta
@dalpa wah terimakasih ya :inlovebabe
@dadaa34 ihihihi CJ juga pengen donggg dipeluk abang chan yeol :PELUKRINDUiyaaa hihihihi triplets nya udh d karbit jadi udah SMA ajaaah kwkwkwkw
Triplet ini sebenernya pendorong keberanian chan yeol biar berani terang2an deketin marlina
Awww awwwww :inlovebabe
Gapapa baca ktika santai dan luang itu lbh baik
Waaa km lg puasa? Sabarrr yakk. Semoga Tahan sampe magrib hehehe
Terimakasih ya udah baca
Oia resep jjajangmyeon nya bisa d coba kok. Itu dpt dr bbrp youtuber resep nya
-
-
PenulisTulisan-tulisan
- Anda harus log masuk untuk membalas topik ini.