Baca Novel Bagus Gratis Sampai Tamat Forum Forum Kepenulisan Lomba cerbung . segelas kopi darah part 3.

Melihat 6 pertalian (thread) balasan
  • Penulis
    Tulisan-tulisan
    • #124101
      ashnaathari
      Peserta

      Keempat orang yang sudah kehilangan tenaga itu terlihat mengenaskan, darah yang mengering dipergelangan tangan mereka akibat diikat menggunakan kawat berkarat itu semakin membuat pergelangan tangan mereka mati rasa, mereka masih bertahan karena saling menguatkan satu sama lain, serta keinginan untuk tetap hidup meskipun kemungkinannya sangatlah kecil.

       

      Dari luar ruangan terdengar dua orang sedang berbicara.

       

      “Cepat kamu urus dia, jika tidak akan sangat merepotkan kita nantinya”

       

      “Tenanglah, aku suka jika mangsaku itu gesit seperti dia, aku akan melakukannya perlahan”

       

      Tasya mendengar pembicaraan itu dan berkata dengan lirih “Rey, siapa lagi yang akan mereka bawa kesini? Kenapa ga cukup kita aja Rey?” Tasya sudah menangis sedangkan Rey tidak bisa berbuat apa apa lagi.

       

      “Ini semua salah gue Sya, kalau aja waktu itu gue gak..” Rey tidak bisa lagi melanjutkan kata katanya, semua ini adalah salahnya.

       

      Tasya menatap mata Rey “Gue juga salah Rey, gue ikut andil bikin dia kayak gini”

       

      Dan tiba tiba pintu ruangan pengap itu terbuka, seseorang yang masih mengenaka pakain hitam itu mendorong meja, dan ketika meja itu diletakkan dibawah cahaya yang cukup terang mereka berempat terbelalak. Jantung mereka berdegub cepat, keringat mulai membasahi pelipis mereka. Diatas meja itu sudah tertata rapih jajaran pisau,gunting,gergaji, dan alat alat perkakas rumah.

       

      Tasya memberontak. Sambil menangis keras ia berkata “Tolong lepasin dek, kakak minta maaf sama kamu, tolong, tolong maafin kakak”

       

      Sosok itu terkekeh kemudian matanya berkilat marah, ia berjalan cepat kearah Tasya dan menamparnya keras.

       

      PLAK!!

       

      “Kamu fikir dengan minta maaf bisa merubah segalanya hah?!” Sosok itu mencengkram rahang Tasya dengan keras, Tasya semakin terisak merasakan sakit.

       

      “Kamu itu gak pantas jadi seorang kakak! kamu lebih pantas mati” sosok itu memiringkan kepalanya dan menatap Tasnya dengan mata yang berkedip lucu kemudian terkekeh.

       

      Ia menepuk nepuk pipi Tasya dengan keras dan cengkraman tangannya turun ke leher Tasya kemudian mencekiknya “apa yang kamu rasain nanti itu ga sebanding sama apa yang udah aku rasain karena kamu dan bajingan yang ada disamping kamu itu!!” Ia berteriak dengan sangat kencang kemudian tatapannya jatuh kepada Rey yang lemas.

       

      “Kalian selingkuh dibelakangku, aku melihat dengan mata kepalaku sendiri kalau kamu -kakak ku tersayang- sedang bercinta dengan pacarku sendiri” ia terkekeh miris dan menggelengkan kepalanya. Kemudian ia berjalan cepat meninju wajah Rey.

       

      BUGH!

       

      Rey terbatuk dan memuntahkan darah. Kemudian ia menendang perut Rey dengan kuat.

       

      BUGH!

       

      “Hentikaan. Tolong hentikan Disha.. cukup” Tasya berteriak, ia menatap adiknya sambil bersimbah air mata. Tasya tidak tau jika Disha melihatnya, melihat kesalahan mereka berdua.

       

      “Tidak akan pernah cukup buat bikin cowok bajingan ini menderita, ah kalau kalian lupa akan aku ingatkan lagi. KALIAN MELAKUKAN ITU SEHARI SEBELUM HARI PERNIKAHANKU!!” Disha berteriak marah. Ia harus mengingat lagi kejadian beberapa tahun lalu, ia memutuskan untuk menikah muda dengan Rey, namun apa yang ia lihat malam itu membuatnya sangat hancur. Disha melarikan diri dari rumah dan tidak pernah kembali.

       

      Sedangkan Rey hanya bisa tersenyum kecut, matanya memancarkan luka yang sama, dan ketika matanya melihat Disha, rasa itu masih ada, degub jantung yang selalu cepat ketika berada didekat Disha masih sama. Mereka semua terdiam mendengar hal ini termasuk dua orang yang tengah diambang kesadarannya, selama mereka disekap dan dihajar habis habisan, mereka tidak pernah diberi makan ataupun minum.

       

      “Kami tau apa yang kami lakukan itu sangat menyakiti kamu, maka dari itu kami minta maaf” Rey menatap Disha dengan penuh kerinduan.

       

      “Tidak, aku tidak akan memaafkan kalian, kalian harus membayar semua rasa sakit yang kalian torehkan” Disha mengangkat tangannya untuk kembali memukul Rey namun tangannya ditahan oleh seseorang.

       

      “Cukup sayang, jika kamu menyakiti mereka sekarang permainan kita tidak akan seru, mereka semua akan mati dengan cepat jika kamu terus memukulinya” ucap pria itu sambil memeluk tubuh Disha dari belakang. Dan untuk kedua kalinya mereka dikejutkan dengan sosok lain.

       

      “Marco?” Ucap Adreas dengan tidak percaya. Wajahnya pias menatap sosok itu. Kata kata yang akan ia lontarkan seketika tercekat ditenggorokannya. Sedangkan Marco tersenyum manis kearah Adreas.

       

      “Hallo ayah, lama tidak berjumpa” ucap Marco dengan seringai kejinya. Sedangkan Disha tertawa terbahak bahak melihat Andreas.

       

      “Hallo juga pak Bos, lama tidak bertemu. Ah ternyata anda juga sama bajingannya dengan Rey, sudah memiliki istri dan anak namun masih berani untuk mengajakku tidur denganmu” Disha berucap sambil menyandarkan kepalanya di dada Marco, dan mengusap lengan Marco yang melingkar dipinggangnya.

       

      “Ayah itu sudah berumur, tapi nafsu binatangmu itu masih saja ada, setelah menyakiti Ibu berkali kali dengan cara tidur dengan jalang disebelahmu itu ayah masih saja berani mengajak kekasihku ini untuk tidur denganmu.” Marco tersenyum lembut menatap Disha dan mengecup bibir Disha. Kemudian matanya berkilat keji menatap Andreas.

       

      “Ayah itu menjijikan, sampah masyarakat yang harus dimusnahkan, orang seperti Ayah itu lebih pantas mati daripada hidup hanya untuk menyakiti perasaan Ibu” Marco terkekeh melihat wajah Ayahnya yang sudah pucat dan berkringat dingin. Selama ini Ayahnya berselingkuh bahkan tidur dengan perempuan jalang perusak rumah tangga orang itu. Namun sang Ibu yang memiliki hati sangat baik tidak pernah mengumbar kesedihannya didepan Marco, selalu menutupi kejahatan Ayahnya dari Marco. Namun itu sia sia saja, karena sudah lama Marco mengetahuinya dan bertekad akan membalaskan dendam kepada ayahnya.

       

      “Tolong maafkan Ayah nak, ayah tidak akan melakukan hal yang menyakitimu lagi, tolong maafkan ayah” jerit pilu Andreas demi mengiba pada anakknya, anak yang ia tak perdulikan keberadaannya.

       

      Marco melepaskan pelukannya dari Disha dan berjalan kearah Andreas. “Tidak” satu kata yang membuat nyali  Andreas ciut seketika. Ia kemudian menengok melihat wanita yang tergolek lemah dengan isakan tangisnya.

       

      “Baik, jika kamu tidak mau memaafkan ayah, tidak apa apa. Tapi kamu harus bebaskan Vania. Ayah yang salah, bukan dia” ucap Andreas memandang sedih keadaan Vania yang lebih mengenaskan.

       

      Namun kata kata itulah yang membuat Marco marah, dengan kasar ia menjambak rambut Vania dengan keras serta lolongan kesakitan Vania menggema diruangan itu “Jalang ini pun tidak pantas untuk hidup, perempuan sampah, perempuan rendah perusak rumah tangga wanita lain, kamu itu perempuan juga, seharusnya fikir berkali kali jika ingin merusak, kamu tidak pernah berfikir bagaimana jika hal itu terjadi pada ibumu!”

       

      Vania makin terisak “ampun” gumamnya.

       

      Disha yang melihat semua ini hanya tertawa lucu, dan mengedip genit pada Rey yang masih menatapnya penuh rasa bersalah dan kerinduan. Disha segera menghampiri Marco dan memeluk lelaki itu dari belakang.

       

      “Sudah sayang, lebih baik kita segera habisi mereka seperti apa yang kita lakukan pada preman preman itu” ucapnya sambil terkikik geli. Sedangkan Rey dan Tasya membelalak kaget.

       

      “Jadi kamu yang membunuh mereka?” Jerit Tasya. Sedangkan Disha hanya tersenyum manis.

       

      “Iya aku yang membunuh mereka, ah kenapa kamu ketakutan sekali, kakak?” Disha mengucap kata kakak dengan penuh penekanan. Wajah Tasya kembali pias, ia kemudian melirik Rey yang memandangan dengan bingung.

       

      “Ah Rey mantan calon suami ku sayang, kamu belum tau ya kalo yang mengirim preman preman itu untuk memperkosaku itu Tasya?” Disha kembali terkikik geli melihat wajah Rey yang memerah menahan amarah kepada Tasya. Tasya hanya menunduk pasrah.

       

      “Ia takut jika aku akan merebutmu lagi, selama ini dia berpura pura tidak tahu siapa dalang dibalik percobaan pemerkosaan itu. Tapi, untung saja Marco datang diwaktu yang tepat, ia menolongku, dan keesokan harinya ia datang ke tempat kos ku untuk mengajariku hal yang menyenangkan, aku membunuh mereka perlahan, aku menguliti mereka, aku menyukai wajah kesakitan mereka. Itu menghiburku. Darah mereka itu aku campur dengan segelas kopi yang selalu kami minum berdua setiap paginya. Dan sekarang hal itu yang akan terjadi pada kalian” Disha terbahak sedangkan Marco tersenyum geli.

       

      Marco menuju meja yang diatasnya sudah terdapat alat alat yang cukup mengerikan. Ia kemudian mengambil gunting kecil dan berjalan kearah Vania yang sudah meronta ronta, dan menjambak rambut Vania dengan kasar, ia menggunting habis semua rambut Vania dan ia beri ke Disha sembari berkata

       

      “Ini buat kamu, kan kamu selalu bilang kalo kamu suka sama rambut jalang ini, dan sekarang rambutnya jadi milik kamu” Disha menerima rambut itu dan ia taruh ditempat yang sudah disediakan.

       

      Dan tanpa banyak kata Marco menarik pakaian dalam Vania yang terisa dan kemudian Marco menusukkan gunting itu ke payudara Vania, darah keluar deras sampai mengenai wajah Andreas sedangkan Vania melolong keras merasakan sakit. Wajah Andreas pucat pasi Tasya dan Rey berteriak meminta tolong.

       

      “Ini belum seberapa dibanding rasa sakit yang diderita Ibuku” marco menyeringai keji kemudian mencabut gunting itu dan menusuk mata kanan Vania hingga bola matanya pun ikut keluar dari kelopaknya.

       

      “Mata ini, mata yang kamu gunakan untuk menggoda Ayah bajinganku” dan kemudian ia kembali menusukkan gunting itu ke pipi Vania hingga membuat robekan panjang. Dan Vania tidak mampu lagi untuk bertahan hidup. Disha tersenyum bahagia melihat kondisi Vania, mulut wanita itu sudah robek! Dan ia sangat senang karena tidak akan ada lagi yang mengganggunya ditempat kerja.

       

      Perhatian Marco sekarang menuju Andreas yang melotot ngeri memandangnya “Kenapa Ayah? Apa Ayah takut sekarang?” Ucap Marco dengan nada yang menirukan suara anak kecil. Andreas mengangguk cepat sebagai jawaban.

       

      “Sayang, tolong kamu telanjangi sisanya, supaya lebih mudah” Ucap Marco pada Disha yang langsung diturutinya itu.

       

      ***

       

      Di tempat lain, Adnan sedang sangat sibuk bersama team nya untuk menuju lokasi, dengan usaha yang sangat keras dan teliti akhirnya ia menemukan tempat eksekusi itu berada, ia berdoa semoga ketika ia sampai ia masih bisa menyelamatkan para korban, ia memandang satu persatu anggota team nya yang sudah mengenakan baju khusus serta senjata yang lengkap. Ia tidak boleh lengah dan memandang rendah psikopat gila ini, karena mereka bermain dengan sangat halus dan sangat sulit untuk ditanggap ataupun terdeteksi.

       

      “Kalian sudah siap malam ini?”

       

      “Siap komandan!”

       

      “Bagus, tidak boleh ada kesalahan dalam penyergapan ini, lakukan semua seperti yang sudah saya instruksikan”

       

      “Siap mengerti!”

       

      Dan mereka berangkat menuju lokasi dengan memohon sebuah harapan kepada sang Kuasa sehingga mereka tidak terlambat untuk menyelamatkan korban yang disandra psikopat itu.

       

      ***

       

      “Waw” decak kagum itu terlontar dari mulut Disha. “Pantas saja jika Rey tergoda dengan mu kak, badanmu bagus, sangat bagus apabila kamu bisa menghasilkan uang jika kamu menjajakan tubuhmu pada pria pria yang membayarmu mahal” sedangkan Tasya kembali menggeram marah namun tidak memiliki kuasa apapun untuk melawan.

       

      “Sayang, kakak ku dan Rey adalah bagianku ya, aku ingin membunuh mereka” Dan Marco trrsenyum lembut seraya kembali menecup bibir Disha.

       

      “Kamu brengsek Disha! Kamu memperlakukan kami seperti sampah! Kami juga manusia sama seperti mu, yang pantas untuk hidup, tidak untuk diperlakukan keji seperti ini” Tasya berteriak marah, sedangkan Disha hanya tertawa kecil sambil meilih perkakas yang terdapat diatas meja itu. Kemudian tersungging senyum kejinya dan mengambil pisau berkarat itu.

       

      “Kamu terlalu brisik kak” ucap Disha tersenyum, dan dengan cepat mencengkram rahang Tasya ditariknya lidah Tasya keluar dan dalam beberapa tebasan lidah itu terpotong, darah itu memuncat hingga mengenai wajah ayunya. Ia terkekeh melihat potongan lidah Tasya, ia memainkan potongan lidah itu, dan ia jilat sisa darah yang menempel pada pisaunya.

       

      “Nah sekarang kamu tidak bisa berkata apapun lagi kakak, kata kata mu itu memuakkan!” Disha kemudian meludahi wajah Tasya. Tasya kembali menangis meraung raung, begitu pula dengan Rey. Ia berjalan kearah Rey dan mencengkram rahang Rey dengan kuat.

       

      “Makan lidah ini!”

       

      Rey terus meronta, ia memandang jijik potongan lidah tersebut.

       

      “Aku.bilang.makan.lidah.ini.atau.lidahmu.akan.bernasib.sama.dengan.lidahnya” ucap Disha penuh penekanan disetiap katanya. Dengan terpaksa Rey memakan lidah itu kemudian ia memuntahkannya karena jijik. Disha hanya tersenyum puas.

       

      Disha mengembalikan pisau itu pada tempatnya dan kemudian mengambil sebuah gergaji, ia mencodongkan gergaji itu diwajah Tasya, tasya menggelengkan kepalanya keras.

       

      Tanpa menunggu lama lagi ia pun menggergaji kemaluan Tasya dengan tertawa terbahak bahak, ia terus menggergaji bagian kemaluan Tasya dengan jeritan yang tertahan karena lidahnya terpotong. Rey pun memejamkan matanya melihat semua kegilaan ini. Hingga bunyi gergaji yang menggesek tulang terdengar berderit mengerikan, dan Tasya pun sudah mati.

       

      Disha menghentikan kegiatannya ketika sudah dilihatnya bagian bawah tubuh Tasya terbelah. Disha dan Marco kembali terbahak bahak, namun Disha belum puas, ia kembali

      Menggergaji kedua payudara Tasya, dan setelah kedua payudara itu putus ia lemparkan ke muka Rey, Rey berjinggit kaget.

       

      “Kenapa Rey? Bukankah kamu suka benda itu? Kamu mau memegangnya?”

       

      Rey menggeleng keras kemudian ia melihat keadaan Tasya yang sangat mengerikan, ia berharap semoga masih dapat untuk hidup.

       

      ***

       

      Adnan terus mengecek jam tangan yang ia kenakan dan berdecak kesal. Ia berusaha menangkan fikirannya yang kacau, perjalanan ini diluar perkiraanya. Medanya sangat terjal. Ia melihat teamnya yang sedang mempersiapkan kembali senjata masing masing.

       

      Adnan merasa bodoh karena tidak dengan cepat mengenali pembunuh itu, ia yang mendatangi Disha, namun fikirannya masih tidak yakin ketika itu jika Disha adalah pembunuhnya. Disha terlihat begitu lemah, dan tidak mungkin melakukan hal keji, namun ia sadar jika itu hanyalah sebuah kedok belaka.

       

      ***

       

      Disha menatap Marco yang sedang mengambil sebuah linggis dan palu, kemudian ia mendekati Andreas yang sudah pasrah akan siksaan ini.

       

      “Apakah Ayah mempunyai kata kata perpisahan?” Tanyanya pada Andreas yang menangisi kebodohannya. Ia memandang Marco dengan sendu kemudian mengangguk.

       

      “Ayah minta maaf nak, ayah menyayangimu dan ibumu, maafkan ayah yang tidak pernah memperhatikan kehidupan kalian. Ayah– tolong maafkan ayah” Andreas menangis terisak isak. Rasa sakit dan penyesalah itu terus bercokol di hatinya.

       

      Marco tertawa geli melihat sang Ayah yang menangis begitu keras, ia pun memposisikan linggis itu kearah tangan Andrean dan..

       

      BLASH

       

      Linggis itu menusuk tangan Andreas, ia semakin terisak kencang merasakan rasa sakit itu, Marco mencabut linggis itu dan menancapkannya pada perut Andreas, Marco terus memukul linggis itu menggunakan palu hingga linggis itu menembus perut Andreas.

       

      Andreas memuntahkan darah yang mengenai baju Marco, pandangannya buram. Ia melihat keadaan lambungnya yang pecah, ia bersyukur jika ternyata anaknya tidak mengulur lama kematiannya.

       

      Marco kembali terbahak bahak seperti orang gila, ia mencabut linggis itu dan menggantikan menggunakan tanganny, ia menarik paksa isi perut Andreas yang sudah tidak bernyawa itu, usus berserakan dilantai, membuat Rey mual dan muntah.

       

      Disha yang memperhatikan tersenyum puas. Dan sekarang adalah gilirannya. Ia memandang Rey sambil memainkan rambut panjangnya, dulu pria itu adalah pria yang sangat dicintainya, pria yang selalu ia prioritaskan, pria yang menjadi dunianya, namun sekarang tidak lagi. Disha sangat membenci penghianatan, apapun bentuknya, dan sekarang ia akan membalas rasa sakitnya.

       

      “Rey, bagaimana jika aku membuat pengecualian pada dirimu?” Ucal Disha tenang, sedangkan Rey dan Marco menatapnya bingung.

       

      “Aku akan membuat kamu mati dengan cepat. Bagaimana?”

       

      Marco menggeram. “Sayang, apa kamu yakin? Kamu tidak ingin bermain main dulu dengan dia?” Disha menggeleng.

       

      Ia mendekati Rey dan mengeluarkan korek api dari saku jubahnya. Kemudian berlutut dibawah Rey.

       

      “Aku tau waktu itu Tasya yang menggodamu, maka dari itu akan kubuat kematianmu mudah”

       

      Disha menyalakan korek api itu dan membakar kemaluan Rey yang berteriak kesakitan, Api itu terus menjalar hingga seluruh kemaluan Rey menjadi gosong. Marco bergidik ngeri membayangkan jika itu adalah miliknya, ia menatap diri Rey yang sudah tidak bernyawa pula.

       

      Ia menghampiri Disha yang memandang mayat Rey dengan tatapan kosong. Ada rasa sedikit bersalah dalam hati Disha melihat Rey, namun semua itu ia tepis.

       

      “Permainan kita sudah selesai sayang, dendanmu dan dendam ku sudah terbalaskan, mari kita pergi dari tempat ini.” Disha pun mengangguk mengikuti Marco, namun ketika sudah sampai pada pintu keluar ia tercengang. Tempat ini sudah dikepung oleh kepolisian.

       

      Disha menggeram marah dan menatap Marco bengis “kamu bilang akan mengurusnya, lihatlah, sekarang kita terkepung!”

       

      Marco terkekeh melihat amarah kekasihnya, “tenang sayang, aku mempunyai plan b” ia mengeluarkan sesuatu dari dalam jubah hitamnya.

       

      “Angkat tangan! Letakan benda itu ditanah atau kami tembak” teriak Adnan. Namun Marco tidak bergeming, ia masih memegang benda itu.

       

      “Sekali lagi saya peringatkan! Letakkan jatuhkan benda itu atau kami tembak!” Adnan sudah bersiap dengan pistol ditangannya, dan ketika ia melihat pergerakan kecil Marco ia menembakkan peluru itu.

       

      Peluru itu menembus telapak tangan Marco disertai teriakan Disha, Adnan kembali menembakkan peluru itu kebadan Marco, ia pun jatuh tertelungkup karena peluru itu menembus dada kanannya. Ia memandang Disha yang sudah berderai air mata.

       

      “Aku mencintaimu Disha, matilah bersamaku.” Ucap Marco lirih dan Disha menganggukkan kepalanya. Dengan cepat ia mengambil alat itu dan menekan tombolnya.

       

      DUAR

       

      Suara ledakan itu memekakan telinga, tempat itu meledak disertai puing puing bangunan dan potongan tubuh manusia. Polisi yang tidak mengantisipasi adanya ledakkan pun ikut menjadi korban. Dan arwah Disha serta Marco pun bertemu kembali dengan keempat orang yang baru saja mereka bunuh, dan team kepolisian yang mati mengenaskan pula akibat ledakan bom besar itu.

       

      TAMAT

       

      Note : kenapa judulnya segelas kopi darah? Soalnya darah yang sempet dicampur ke kopi nya cuma sekali. Dan yang kedua tokohnya malah mati. Aduh maapkan kalo judulnya ga sinkron

       

    • #126424
      oncomYoyoy
      Peserta

      :ayamterdesak  uwow siksaannya parah bett gehh  :bebekwek

       

      pelakunya kompak bett   :TERHARUBIRU

      akhirnya selesai yaaa  :MAWARR    :YUHUIII

    • #127931
      ashnaathari
      Peserta

      @oncomYoyoy ceritanya pelakunya cinta sehidup semati hahaha mati konyol bareng.  :wuakakakak

      Terimakasih udah mau baca ya ncom :)

    • #161061
      rerespiana
      Peserta

      Itu ga d jelasin ya gmna caranya polisi tau kalo disha pelakunya,,ada bukti atau ptunjuk apa gtu yg ngarah k disha trus mksud tanda X itu apa ?
      Adnan juga ikut mati ? :ragunih
      Endingnya kocak kak abis mati langsung ktmuan d akhirat korban sama pelaku brasa reunian ya mreka :HUAHAHAHAHA
      Tp gpp kak masih bagus bisa nulis dr pda aku bisanya cuma baca sama komentar doang :KETAWAJAHADD cuma aku ga suka bagian nyiksanya itu sadis bgt jd ngilu sndri mpe d skip lho itu bacanya :bearkantongkosong

    • #161851
      ashnaathari
      Peserta

      @rerespiana iya aku lupa jelasinnya itu. Hahaha

      Gapapa. Makasih koreksiannya, aku pengen nambahin tapi udah abis waktunya. Adnan mati juga, semuanya mati hahahaha kasian kalo adnan disiksa juga. :BAAAAAA

    • #195883
      Author5
      Keymaster

      @ashnaathari thanks sudah partisipasi di cerbung misteri, full blood and torture here

    • #230340
      farahzamani5
      Peserta

      Saya skip edisi siksa menyiksany
      Seremmm euyyy hiiii
      Ternyata tasya dan rey itu jahaddddd
      Pastes Disha jdi ngedendam gtu
      Akhirnya terlalu buru2 ya, kykny bsa lbh baik lgi dri ini
      Tp semuany okehh, nerka2 siapa dalang ny dan ternyata dia adalah disha
      Oke, semangat bikin cerbung/cerpen lgi ya

Melihat 6 pertalian (thread) balasan
  • Anda harus log masuk untuk membalas topik ini.