Baca Novel Bagus Gratis Sampai Tamat › Forum › Forum Kepenulisan › Lomba cerbung -Segelas kopi darah part 2
- This topic has 4 balasan, 3 suara, and was last updated 8 years, 1 months yang lalu by ashnaathari.
-
PenulisTulisan-tulisan
-
-
16 September 2016 pada 10:21 am #108800ashnaathariPeserta
Tasya mengamati lagi hasil wawancara dengan warga setempat tentang kasus pembunuhan dan percobaan perkosaan itu. Ini terasa benar benar tidak masuk akal, bagaimana bisa tidak ada satupun warga yang berani menolong? Dan bagaimana bisa pihak kepolisian bungkam ketika ditanya tentang kasus ini? Sebenarnya ada apa? Apa yang sedang disembunyikan?.
Rey menepuk pundak Tasya pelan “Serius banget ngeliatinnya sih. Kenapa emang? Ada yang salah sama laporannya?”
Tasya menggeleng. “Enggak, cuma kasus ini aneh banget Rey, ini kasus percobaan pemerkosaan, tapi kenapa korban yang diperkosa belum ditemukan? Justru yang ditemukan dilokasi itu mayat preman preman dengan kondisi sangat mengenaskan”
Rey menyimak dengan serius apa yang diucapkan Tasya sembari melihat hasil wawancara dan beberapa foto di TKP “Lo inget ga? Waktu lo lagi wawancara terakhir sama cowo yang make jaket hitam? Waktu itu gue ga sengaja denger pembicaraan pihak kepolisian sama tim forensiknya waktu lagi ngerekam gambar, ahli forensik itu bilang kalo disetiap tubuh korban itu terdapat tanda ‘x’ yang diukir make pisau, tanda ini aneh. Kenapa gue bilang aneh? Seharusnya pembunuh itu ga ninggalin jejak dong? Tapi, pembunuh ini seakan akan sengaja ninggalin tanda”
“Serius Rey? Lo yakin? Gila, ini aneh, dan pihak kepolisian seakan akan menutupi kasus ini Rey, kita harus selidikin kasus ini, kita memang bukan detektif, tapi kasus ini bisa bikin rating tv kita naik kalo kita bisa dapet berita eksklusifnya Rey” ucap Tasya dengan menggebu-gebu.
“Bener juga lo Sya, kalo kita dapet berita eksklusifnya juga kemungkinan kita bisa dapet bonus”
Dan mereka mulai mencari tau kasus pembunuhan ini tanpa tau resiko yang harus ditanggung.
***
“Bagaimana? Apa kamu sudah menemukan korban pemerkosaan itu?” Ucap Adnan kepada salah satu anak buahnya yang merangkap sebagai anggota intel juga.
“Siap ndan! Saya sudah menemukannya, ini profil korban” Adnan menerima berkas yang diberikan anak buahnya dan pergi meninggalkan tempat pertemuan tersembunyi itu.
Adnan terlalu serius membaca isi berkas tersebut hingga tidak menyadari ia menabrak seseorang. “Maaf” ucap Adnan seraya membereskan berkas berkas penting yang berjatuhan.
“Tidak apa apa. Maaf juga saya lagi terburu buru, permisi pak” sosok itu pergi dengan membawa salah satu berkas milik Adnan dan tersenyum puas. “Dasar pria bodoh”
Adnan menengok kebelakang melihat punggung sosok yang tak sengaja ia tabrak tadi, ia merasa pernah melihat sosok itu, tapi entah dimana. Adnan mengangkat bahu dengan sikap tidak perduli dan melanjutkan perjalanannya. Ia segera menuju kafe tempat korban pemerkosaan tersebut.
***
“Selamat siang, silahkan ingin pesan apa Mas?” Ucap Disha dengan ramah, Adnan memperhatikan Disha dengan tatapan tajamnya.
“Saya pesan kopi robusta satu dan saya ingin membicarakan sesuatu dengan anda sekarang”
Disha tercengung, siapa pria ini? Dan apa yang ingin pria ini bicarakan? Disha tersenyum sumbang dan mengangguk.
“Baik Mas, silahkan ditunggu pesanannya”
Disha memanggil Ilham dan bertanya “Ham, tolong jaga kasir sebentar ya, gue ada urusan sebentar sama pembeli yang tadi” Ilham mengangguk, dan sebelum Disha pergi, Ilham memanggil Disha kembali
“Dis, liat Vania ga?”
“Engga tuh Ham, kenapa memang?”
“Oh engga apa apa, soalnya udah beberapa hari ini dia gamasuk kerja”
Disha memandang Ilham bingung, ia juga tidak melihat Vania beberapa hari ini “Yah gue gatau deh Ham, biasanya juga kalo dia masuk kerjaanya ngajak gue ribut terus, yaudah gue kesana dulu ya”
Disha berjalan cepat menemui Adnan yang sedang membaca berkas berkas dan duduk didepan Adnan.
“Ada yang bisa saya bantu mas?” Tanya Disha takut, ya gimana gak takut, pembawaan Adnan yang kelihatannya kurang bersahabat ini bikin tegang.
Adnan menyodorkan berkas berkas itu kepada Disha. Disha mengernyitkan dahinya. “Ini apa?” Tanya Disha.
“Tolong anda baca semua berkas itu, dan saya akan memberikan anda beberapa pertanyaan tentang kasus tersebut”
Disha menurut dan membaca berkas berkas itu dengan teliti, tubuhnya menegang kala melihat foto foto mengerikan tersebut, dan menatap Andan penuh antisipasi.
“Ini, bagaimana bisa?” Telapak tangan Disha mulai berkeringat.
Adnan mengangguk, “Ya, itu adalah preman yang mencoba untuk memperkosa anda, saya Adnan, dari pihak kepolisian, kasus ini masih abu abu untuk ditangani karena korban perkosaan -yaitu anda- tidak melapor, bisa anda ceritakan bagaimana kronologisnya?”
Tatapan Disha berubah tajam kala melihat satu persatu foto mayat preman tersebut, fikirannya memaksa untuk mengingat kejadian menjijikan yang menimpa dirinya beberapa waktu lalu, kemudian menatap Andan “Bagaimana kalau saya tidak mau memberikan keterangan?”
Adnan menghembuskan nafas perlahan “Begini Disha, kami memerlukan keterangan Anda, karena tindakan pembunuhan ini bisa saja terjadi lagi, jadi kami harus segera menemukan pelakunya dan saya berharap Anda bisa bekerja sama dengan pihak kepolisian”
Mata Disha berkaca kaca menahan tangis dan rasa jijik yang coba ia hilangkan dari dirinya, setelah lama berdiam diri akhirnya Disha memutuskan memberikan keterangannya, ia menceritakan semua yang ia alami ketika itu.
“Jadi mereka sudah mati dengan keadaan mengenaskan? karena terakhir yang saya ingat mereka sedang berkelahi dengan seseorang yang menolong saya”
“Bagaimana ciri-ciri orang yang menolong Anda tersebut?”
“Saya tidak melihatnya jelas, karena tubuh saya sudah sangat lemas dan saya terus menangis ketika itu, lalu saya pingsan, dan ketika saya terbangun, saya sudah berada dikamar saya”
Adnan merasa sudah ada sedikit petunjuk tentang kasus ini, dan sekarang yang harus ia lakukan adalah mencari siapa sang pembunuh misterius tersebut.
Sedangkan tak jauh dari tempat mereka duduk, seseorang mengawasi dan mendengar pembicaraan mereka berdua sambil tersenyum mengerikan “Kerja bagus, semakin menarik saja permainan ini” dan sosok itu kembali meminum secangkir kopi dan meresapinya perlahan sambil terkekeh pelan.
***
Diruang yang pengap tersebut sosok wanita itu perlahan membuka matanya, matanya nyalang memandang sekitar dan terkejut tatkala mengetahui kondisinya.
Ia meronta ronta minta dilepaskan “Tolong, tolong lepaskan, sakit” teriaknya sambil terisak lirih.
Dan sekali lagi ia berteriak “tolong, tolong lepaskan” namun yang ada hanya teriakannya yang menggema dan kekehan dari seseorang yang baru ia sadari keberadaanya sedang terikat mengenaskan dikursi dengan kawat yang berkarat.
“Percuma kamu berteriak minta tolong serta dilepaskan, dia tidak akan melepaskan kamu semudah itu”
Wanita itu bergidik ngeri melihat penampilan mengenaskan pria tersebut “Bagaimana bisa kamu juga ada disini? Dan jangan memandang tubuhku dengan pandangan seperti itu”
Sosok itu kembali terkekeh pelan kemudian batuk yang mengeluarkan darah “Itu juga pertanyaan yang masih belum aku temukan jawabannya, kenapa kamu merasa malu? Toh aku sudah pernah melihat tubuhmu tanpa sehelai benang pun”
Sedangkan wanita itu membuang mukanya karena menahan malu.
“Ah, kalian sudah sadar ternyata” suara itu menghentikan percakapan mereka.
“Siapa kamu?! Kenapa kamu melakukan ini?! Tolong lepaskan, sakit”
“Siapa aku itu bukan urusanmu wanita jalang! Kamu minta dilepaskan? Baiklah, aku akan melepaskanmu nanti, ketika tubuhmu itu sudah menjadi potongan dalam beberapa bagian” sosok itu terkekeh dan menyeringai didalam kegelapan. Meninggalkan mereka berdua yang pasrah akan keadaan mereka.
***
Kedua orang itu berdiri berhadapan, mendiskusikan apakah akan mempercepat permainan mereka atau tidak.
“Anggota Intel itu semakin gencar mencari siapa pembunuh preman preman itu, sebaiknya kita harus cepat urus dia”
“Benar, dan ada lagi yang ingin mengusik kita, dua orang wartawan dari stasiun tv itu begitu giat mencari berita tentang kasus ini. Ada baiknya jika mereka juga harus cepat kita singkirkan”
“Baiklah, lagipula mereka yang sedang kita sekap tidak akan bertahan lama, jika mereka mati lebih cepat maka tidak akan seru”
Kedua orang itu pun merencanakan semuanya dengan matang.
***
Tasya bersenandung pelan mengikuti lagi yang diputar pada radio, macet yang berkepanjangan ini membuatnya kesal. Ia sudah lelah dan ingin segera sampai diapartemennya.
Handphone Tasya berdering, Tasya mengerutkan kening ketika nama Rey tertera dilayar, padahal baru beberapa saat yang lalu mereka mendiskusikan tentang kasus itu.
“Hallo Rey?”
“Sya, gue ada berita penting buat lo, gue udah nyelidikin kasus itu dan semoga aja dugaan gue gak salah”
“Maksudnya Rey?”
Rey menarik nafas menenangkan diri dari keterjutannya “Jadi gini,gue udah meriksa cctv sekitar kafe dan gue rasa gue tau siapa pelakunya Sya”
Tasya mencengkram erat kemudinya, ini berita bagus! “Serius Rey? Siapa?” Tanya Tasya dengan semangat.
“Pelakunya itu…..” dan sebelum mendengar dengan jelas siapa pelakunya, handphone Tasya terjatuh karena seseorang membekap Tasya dari kursi belakang.
“Hmmmpp” Tasya memberontak sekuat tenaga, ia memukul mukul tangan yang membekapnya itu, namun dekapan itu semakin kuat dan dengan perlahan kesadaran Tasya menghilang.
Rey mengerutkan kening kala Tasya tidak merespon ucapannya. “Hallo, Sya lo masih disana kan? Lo gapapa kan?” Namun yang terdengar hanya kesunyian, dan tak lama terdengar suara tertawa seorang pria dan sambungan telfon itu terputus.
Rey segera pergi menyusul Tasya kala mendengar suara tawa itu. Perasaannya kacau, ia yakin Tasya sedang dalam bahaya. Rey mengemudikan mobilnya dengan kencang, namun sayang didepan terjadi kemacetan panjang. Rey memukul setir dengan kencang dan mencoba untuk menghubungi nomer Tasya namun handphone milik Tasya justru tidak aktif.
Dan ketika Rey ingin mengambil paper yang ia taruh di jok belakang, ia terkejut kala melihat seseorang dengan pakaian serba hitam mengenakan topeng berwarna putih menyeringai kearahnya. Kenapa ia bisa tidak menyadari sosok itu dalam mobilnya? Dan bagaimana bisa ia masuk kedalam mobil? Dan sosok itu bergerak cepat menusukkan jarum suntik itu ke leher Rey, sehingga kesadaran Rey pun menghilang tanpa memberontak sedikitpun.
Sosok itu tertawa dengan keras dan berkata dengan pelan dan lirih “Pria bodoh” sambil membelai wajah Rey dan mengecup bibir Rey.
“Seharusnya kita masih bersama jika kamu tidak melukaiku Rey, kamu jahat” dan sekali lagi sosok itu mengecup bibir Rey dan sedikit melumatnya.
“Tapi aku yang bodoh kala itu masih saja menyayangimu, namun sekarang sudah tidak lagi. Kamu melukaiku terlalu dalam Rey, dan akan aku buat kamu merasakan penderitaan melebihi dari yang pernah aku rasakan”
***
Kedua sosok yang masih mengenakan pakaian hitam dan topeng berwarna putih itu berdiri berhadapan, mereka sudah menyekap mereka, itu berarti tinggal satu orang lagi yang harus mereka singkirkan.
“Aku akan mengurusnya, aku mengenal perempuan itu, kami teman satu kuliah, aku akan memancingnya keluar dan kamu kerjakan sisanya. Bagaimana?”
Sosok didepannya tersenyum lembut “Akan aku lakukan, serahkan saja padaku, kamu belajar dengan cepat sayang”
Ia terkekeh “Tentu, rasa sakit itu membuatku kuat seperti sekarang ini, dan aku akan membuatnya lebih merasakan rasa sakit itu melebihi apapun. Mereka… penghianat” setetes air mata lolos dari wajahnya.
“Aku akan membalaskan semua rasa sakitmu itu, jadi tetaplah disisiku”
Dan kemudian mereka berpelukan dengan sangat erat.
***
Ruangan yang gelap itu terasa semakin pengap dari hari kehari, empat sosok itu terikat tak sadarkan diri dengan tangan terikat keatas menggunakan kawat yang sudah berkarat.
Tasya mengerjapkan matanya perlahan menyesuaikan cahaya minim yang ada, dan ketika ia melihat kesamping ia berteriak histeris.
“Rey, bangun Rey!! Rey”
Rey pun perlahan mengerjapkan matanya dan memandang Tasya “Sya.. uhuk uhuk” Rey terbatuk keras dan memuntahkan darah segar dari mulutnya. Tasya semakin menjerit. Dan kedua orang yang lainnya terbangun, namun sudah tidak mempunyai daya untuk berteriak minta pertolongan, mereka hanya berdiam diri.
“Ah, sudah terbangun rupanya, baguslah, jadi bisa segera dimulai permainan ini” ucap sosok berjubah hitam, mengenakan topeng berwarna putih menyeramkan itu muncul dari kegelapan ruangan itu dan menginterupsi pembicaraan Tasya.
“Siapa kamu?! Kenapa kamu ngelakuin ini ke kita?!” Tanya Tasya.
“Ah, Semangat sekali kalian hari ini, oh aku sampai lupa memperkenalkan diri, kalian pasti bertanya tanya siapa aku, baiklah”
Dengan perlahan sosok itu memperkenalkan diri sembari membuka topeng putihnya seraya tersenyum kearah Tasya “Hallo kakak, lama tidak bertemu”
Keempat orang itu terkejut terutama Tasya yang memandang sosok itu dengan wajah pias.
***
Dalam rumah yang berukuran kecil itu Adnan kembali memeriksa berkas beserta keterangan dari korban yang anehnya tidak melapor ke pihak kepolisian.
Dan yang membuat Adnan bingung adalah dalam beberapa hari ini ia menerima sebuah paket, paket yang tidak ia ketahui siapa pengirimnya, Adnan beranjak dari tempat duduknya kala mendengar suara pintu rumahnya yang diketuk, ia mengambil sebuah pistol dan mengarahkannya ke depan setelah pintu ia buka, namun tidak ada siapa-siapa, hanya ada paket lagi yang dikirimkan kepadanya, ketika Adnan membuka paket itu ia terkejut, itu adalah foto tunangannya yang sedang melakukan aktivitas sehari-hari, jantung Adnan berdegup kencang, ia segera mengambil handphone dan menghubungi tunangannya.
“Halo Mas?” Ucap suara diseberang sana.
“Kamu lagi dimana?” Ucap Adnan panik
“Aku baru sampe rumah mas habis dari supermarket depan tadi, kenapa memangnya?”
“Dengerin Mas, sekarang kamu tutup semua pintu dan jendela rumah, kunci semuanya. Panggil teman kamu buat nemenin kamu dirumah. Jangan pergi tanpa seizin Mas. Kamu ngerti?!”
“Memang kenapa mas?”
“Kamu turutin semuanya dan jangan banyak tanya. Oke?”
“Iya Mas”
Adnan memijat pangkal hidungnya sembari berfikir, siapa yang mengiriminya paket itu? Dari mana orang itu tau alamat rumah ini dan rumah tunangannya? Ini sudah tidak bisa ia mengerti lagi. Baiklah, jika orang itu ingin bermain dengan cara seperti ini, Adnan akan mengikutinya dan akan menemukan siapa pelakunya.
Sedangkan ditempat lain Ara menatap ponselnya tidak mengerti. Kenapa dengan Adanan sampai ia sepanik itu.
“Kenapa Ra?”
“Ga tau nih, tiba tiba Adnan telfon, keliatan panik banget. Dia nyuruh gue ngunci semua akses masuk rumah ini dan nyuruh temen buat nemenin dirumah. Untung aja kamu tadi mau nemenin aku belanja, temenin aku ya?” Ara menatap wajah gadis didepannya dengan tersenyum. Gadis itu pun mengangguk dan balas tersenyum. “Oke, aku bantu ya naruh ini di kulkas” Ara mengangguk dan gadis itu menuju kulkas.
Dalam jalan nya ia tersenyum sinis “Tentu saja aku akan menemanimu, wanita bodoh. Calon suamimu itu pasti sangat takut sekarang dengan paket itu. Hahaha”
-
21 September 2016 pada 7:19 am #110099oncomYoyoyPeserta
wah masih banyak pertanyaan :CURIGAH
masih ada satu part lagi ayoo :LOONCAT
-
22 September 2016 pada 1:55 pm #110382ashnaathariPeserta
@oncomYoyoy terimakasih udah mau baca cerita ku sama ngasih semangat kak. :kelinciimut -
27 Oktober 2016 pada 6:15 am #226589farahzamani5Peserta
Nahh baca part 2 bukanny dpt jwbn dri pertanyaan2 part 1, ehhh malah nambah pertanyaan2 lgi dah ini hihi
Ehh pelakuny ada 2 orang toh, cwe cwo pula, kirain cwo aja, jngn2 pelakuny itu adalah………deng deng deng
Lanjut baca part berikutnya
Semangat semangat semangat -
27 Oktober 2016 pada 10:23 pm #228887ashnaathariPeserta
@farahzamani5 terimakasih sudah mau baca ceritaku yaa :) hehe maapin masih abal abal :3
-
-
PenulisTulisan-tulisan
- Anda harus log masuk untuk membalas topik ini.