Baca Novel Bagus Gratis Sampai Tamat › Forum › Forum Kepenulisan › (Lomba Cerbung Misteri) UNEXPECTED
- This topic has 11 balasan, 8 suara, and was last updated 8 years yang lalu by tsalispark.
-
PenulisTulisan-tulisan
-
-
10 Oktober 2016 pada 10:55 pm #155571tsalisparkModerator
Author : tsalispark
Genre : Mistery, Thriller, Crime, Detective, Romance
Bab 1
Dengungan khas sebuah processor memenuhi penjuru ruangan, terdengar samar namun tetap ada. Ruangan kedap suara yang dilengkapi dengan fasilitas canggih serta satu set komputer multifungsi dengan pemrosesan menggunakan suara dan hanya bisa diakses satu orang saja. Sebuah kemajuan teknologi yang menguntungkan penggunanya karena meminimalisir pencurian data secara fisik.
Seorang pria berjalan mendekati set komputer yang berada di tengah-tengah ruangan. Ia menyentuhkan ujung jarinya pada layar virtual, memberi perintah untuk pemindaian retina mata dan mengaktifkan mode penguncian ruangan.
“Leila Abreu, tampilkan data.” Pria itu duduk menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi. Ia diam menunggu mesin di depannya selesai melaksanakan perintah yang ia berikan.
Data completed
“ Leila Abreu. Russia, August 26th,1990. Anak tunggal Johanson Abreu dan Kinanti, status menghilang. Dimitri Volkov, status ayah angkat. Penduduk negara bagian New York. Apartemen 95 Wall, 95 Wall Street, New York, NY 10005, Amerika Serikat. Pendidikan, Moscow Aviation Institute. Pegawai Control Data Corporation, divisi akuntan.”
“Divisi Akuntan Control Data Corporation, Leila Abreu.”
Access Denied
Pria itu menarik sudut bibirnya ke atas. Ia menegakkan punggungnya, memerintahkan mode kontrol manual. Jemari tangannya bergerak lincah di atas papan ketik menuliskan bahasa mesin yang sangat rumit menjadi terlihat mudah, seolah-olah hanya menuliskan sebuah buku harian.
Ia bersiul ketika layar menampilkan isi dari back door file Leila. Layar itu menampilkan foto Leila memakai setelan hitam dengan rambut digulung rapi. Wajah gadis itu datar menghadap ke arah kamera tanpa ada senyuman yang menghiasi. Di bawah foto itu hanya terdapat satu baris kalimat catatan.
Leila Abreu, International security device. Unit crime section.
“Jadi….” Pria itu menyeringai menatap lekat ke arah foto Leila yang ada di layar.
”Hello, Nona Abreu.”
***
Suara bising kendaraan berasal dari jalanan menandakan padatnya aktivitas hiruk pikuk di kota New York. Kota yang tidak pernah tidur disematkan untuk kota itu yang selalu dipenuhi hiruk pikuk aktivitas warga yang terjadi 24 jam penuh. Siapa pun tidak terlalu merasakan kesepian jika hidup di New York walaupun hanya seorang diri. Berjalan sendirian pada waktu dini hari bukan lagi menjadi hal yang menakutkan. Setidaknya, untuk peluang berpapasan dengan seseorang bahkan sekumpulan orang sangat memungkinkan.
Sama halnya dengan Leila, dia menyukai kota ini. Suara bising dan keramaian yang biasanya dianggap sebagai hal yang menjengkelkan bagi sebagian orang, berubah menjadi hal yang menyenangkan bagi Leila. Dia merasa aman dan tenang.
**
Leila semakin menyurukkan kepalanya ke dalam bantal seakan tidak rela berpisah dengan benda empuk berwarna putih itu. Dia menggeram kesal ketika suara deringan ponselnya tidak kunjung berhenti. Leila membuang selimutnya ke sembarang arah. Tangannya menggapai ponsel yang berada di nakas sebelah kanan ranjang. Leila terdiam membaca caller id yang tertera pada ponselnya.
“Ya, Sir.” Jawab Leila kaku.
“Tidak perlu formal padaku, Leila. Suaramu terdengar seperti tikus yang terjepit.” Suara kekehan terdengar dari seberang telepon.
Leila mendengus mendengarnya “Ada perlu denganku, Tuan Rodriguez?” Leila memperjelas suaranya ketika menyebutkan nama atasan tempat Leila bekerja.
“Ada pekerjaan untukmu. Datanglah, akan kujelaskan nanti.”
“Baik, Sir.”
Leila mematikan sambungan telepon. Dia bergegas menuju kamar mandi dan berdiri di atas shower. Dia memutar kenop, seketika air menghujani tubuhnya. Tidak membutuhkan waktu lama untuk Leila bersiap-siap, tidak ada make up yang menghiasi wajahnya. Memiliki gen keturunan Asia-Amerika membuatnya tidak memerlukan apa pun untuk mempercantik dirinya. Tingginya 160 cm, cukup mungil jika dibandingkan dengan ras Amerika kebanyakan. Dia mewarisi tubuh ibunya, mungil khas Asia dan kulit putih pucat pemberian ayahnya.
Leila menatap cermin yang ada di depannya. Dia melihat pantulan dirinya di cermin. Wajah tirus dengan tulang pipi menonjol, hidung mancung, bibir mungil penuh dan lengkungan mata yang mempercantik wajahnya ketika dia tersenyum, mengingatkannya pada ibunya. Tidak ingin terlalu lama menatap pantulan dirinya, Leila menggulung rambut brunette sepunggung miliknya. Setelan jas hitam dan celana hitam yang melengkapi penampilannya, terlihat sangat pas di tubuhnya.
Hari masih terbilang pagi. Waktu menunjukkan pukul tujuh lebih dua puluh lima menit. Leila menyeduh kopi hitam kesukaannya, cukup hanya dengan menambahkan satu sendok teh gula. Tidak manis namun tidak terlalu pahit, batas toleransi lambungnya. Leila duduk dibalik meja menyelesaikan laporan harian yang belum sempat ia kerjakan sambil mengunyah lembaran roti gandum miliknya.
***
“Duta besar negara Swiss, Charlos Borchet, ditemukan tewas di kediamannya. Tidak diketahui penyebab kematiannya. Belum ada pernyataan resmi tentang penyebab kematian dari Charlos Borchet. Kematian Charlos diindikasi sebagai pembunuhan, diduga…” terdengar bunyi klik kemudian layar berubah menjadi hitam.
Leila mengalihkan pandangannya dari layar, lalu menatap pria yang menjadi atasannya selama dua tahun belakangan ini.
“Jadi….” Leila menggantungkan kalimatnya. Mengangkat sebelah alisnya, menunggu penjelasan.
“Kau ditugaskan untuk menyelesaikan kasus ini dan aku tidak ingin mendengar penolakan darimu,” ujar Mr. Rodriguez.
Leila mengerutkan dahinya. Tidak biasanya ISD menerima kasus yang seharusnya ditangani oleh badan intelijen karena menyangkut hubungan antar negara. ISD, International Security Device, merupakan perusahaan swasta yang tidak terikat dengan negara. Seperti pada kebanyakan perusahaan secret service, ISD menangani kasus pembunuhan, pengawalan tergantung permintaan orang dengan pundi-pundi tebal. Namun, semenjak satu tahun terakhir, ISD bekerja sama dengan CIA. Bisa dikatakan ISD-lah yang mengerjakan pekerjaan lapangan CIA. Cakupan wilayah ISD bisa dikatakan menyeluruh di benua Amerika. ISD menempatkan unitnya di hampir seluruh negara bagian USA.
Leila mendecih. “Bukankah ini pekerjaan CIA?” ujarnya dingin.
“Ya. Seharusnya, CIA yang bertanggung jawab dalam kasus ini. Tapi, mereka sedang disibukkan dengan urusan Hillary-Trump. Kasus dugaan Clinton yang diracuni lebih menarik perhatian mereka sehingga kasus ini diberikan kepada ISD.”
“Politics control the world.” Komentar Leila singkat.
Leila bangkit dari kursinya. Dia menganggukkan kepalanya singkat ke Mr. Rodriguez kemudian berjalan meninggalkan ruangan.
“Tunggu.” Leila menghentikan langkah kakinya, menolehkan wajahnya menghadap ke arah di mana pria tua itu duduk. “Aku belum memberikan perintah resmi untukmu. Leila Abreu, kau ditugaskan bersama Jared Smith, selesaikan dengan sempurna. Kau diberikan akses penuh untuk semua fasilitas ISD untuk keperluan tugasmu. Kau mengerti?” ucap pria itu tegas tak terbantahkan.
Leila membalikkan badannya. “Baik Sir.” Dia memberikan penghormatan sekali lagi sebelum benar-benar meninggalkan ruangan Mr. Rodriguez.
***
Suasana kantor ISD tidak seramai perusahaan secret service lainnya yang mengharuskan agen berada di kantor setiap hari di jam kerja. ISD membebaskan agennya berada di mana pun dan hanya datang saat ada panggilan dari pimpinan ISD.
Leila berjalan keluar dari gedung perusahaan, tangannya sibuk mengetuk-ketuk layar ponsel kemudian menaruh ponselnya di telinga menunggu seseorang di seberang menjawab telepon darinya. Terdengar nada sambung beraturan. Tangan Leila memberi kode pada supir taksi agar berhenti.
“Jared, New York Methodist hospital dalam 30 menit.” Sambar Leila ketika ia terhubung dengan Jared. Tanpa menunggu jawaban Jared, Leila mematikan sambungan secara sepihak.
Leila berjalan menyusuri lorong-lorong rumah sakit. Tercium bau alkohol yang menyengat serta dinding berwarna putih khas rumah sakit membuat Leila merasa tidak nyaman. Dia membenci rumah sakit. Baginya, rumah sakit sama dengan pengantar kematian dalam arti yang sesungguhnya. Kematian terjadi kapan saja baik di tangan dokter maupun obat-obatan yang menggerogoti tubuh pasien.
Langkah kakinya terhenti ketika sampai di depan pintu kamar mayat. Dia mengeluarkan tanda pengenal dan menunjukkannya kepada penjaga yang berada di depan pintu. Leila melangkahkan kakinya masuk kedalam ruangan. Dia melihat seseorang berpakaian putih sedang mengenakan sarung tangan karet. Leila melakukan hal yang sama. Protokol standar agar tidak merusak jejak bukti yang mungkin ditinggalkan pelaku.
“Hasil otopsi, Mr. Borchet tewas karena kehabisan darah. Terdapat sebelas luka tusukan sedalam tujuh sentimeter tersebar di sekujur tubuhnya.”
Dokter membuka kain putih penutup mayat. Leila mengangkat sebelah alisnya heran. Mayat itu bersih tanpa ada jejak darah yang tersisa, seluruh luka sudah dijahit rapi. Dia menyangka akan melihat pemandangan mayat dengan lumuran darah di sekujur tubuhnya. Yah, setidaknya Leila tidak akan mual berlebihan ketika melihat mayatnya. Leila tidak pernah menikmati saat dirinya harus melihat mayat yang menjadi korban pembunuhan. Bau anyir darah dan luka yang menganga selalu berhasil membuat dirinya memuntahkan makanan yang baru saja ia makan.
“Dia bersih. Kau yang melakukannya?” tanya Leila kepada dokter yang mengautopsi Charlos Brochet.
“Tidak, kurasa pelaku yang melakukannya.” Dokter itu berjalan menuju meja di pojok ruangan mengambil sebuah amplop cokelat kemudian melangkah mendekati Leila dan menyerahkan benda itu padanya.
Leila menyobek ujung amplop tersebut dan mengeluarkan isinya. Beberapa foto tempat kejadian serta posisi korban ketika ditemukan. Leila mengamati setiap foto yang ada di tangannya. Charlos tergeletak dengan posisi tangan dan kaki janggal. Sebelas luka tusukan yang dalam, namun anehnya semua luka telah dijahit dengan sempurna seperti dijahit oleh seorang dokter profesional.
“Pembunuhan ini begitu rapi, tanpa banyak darah yang berceceran serta luka yang kembali ditutup. Mayat dalam keadaan bersih tanpa meninggalkan jejak apa pun. “Leila menghentikan perkataannya sejenak. “Bagaimana menurutmu Jared?” lanjut Leila tanpa menoleh ke arah Jared yang baru saja memasuki ruangan autopsi.
“Ah… pe…pembunuh profesional?” ujar Jared tergagap, dirinya tidak menyangka jika akan ditanyai ketika memasuki ruangan.
“Laporan autopsi, berikan padaku hari ini juga..” Leila melirik tanda pengenal yang tergantung di saku kiri dokter itu. “ Dokter Marcus.”
***
Gedung ISD, Manhattan 07.00 pm.
Leila duduk di balik meja. Tangannya sibuk membolak-balik halaman laporan hasil autopsi yang baru saja diberikan kepadanya. Dia bangkit kemudian merebahkan tubuhnya di atas sofa beludru berwarna abu-abu gelap.
Ini bukan pertama kalinya Leila menangani kasus pembunuhan, namun kasus ini berbeda. Pembunuhan ini direncanakan dengan sempurna, sangat bersih dan sadis. Korban memiliki luka koyak dalam yang memutar. Dan hanya satu jenis pisau yang menghasilkan luka dengan pola memutar. Pisau Jadgkomando, memiliki tiga sisi pisau tajam di mana pisau ini membentuk putaran hingga bagian ujung pisau. Luka yang disebabkan pisau jadgkomando sangat serius bahkan dokter pun kewalahan jika diminta untuk menutup hasil goresan pisau jadgkomando. Tapi dia menutup semua luka dengan jahitan rapi. Tidak ada pembunuh yang repot-repot membersihkan hasil karya seninya.
Leila memijat keningnya. Kasus yang tidak mudah. Tidak ada saksi mata dan tidak ada jejak tertinggal mau pun barang bukti. Dia menoleh ke arah jared yang sedang berkutat dengan komputer di depannya.
“Bagaimana dengan CCTV?”
“Nihil, tidak ada tanda-tanda mobil mau pun seseorang yang mendekati apartemen Charlos. ” tangan jared terus bergerak mengamati setiap detail yang ada di layar.
“Dia mengerti titik buta kamera CCTV.” Mau tidak mau, Leila mengakui jika pembunuh ini sangat cerdas.
Ponsel Leila tiba-tiba bergetar, sebuah notifikasi pesan masuk. Leila mematung ketika membaca pesan yang ada di ponselnya. Bersamaan dengan pesan masuk itu, layar komputer Jared menampilkan layar hitam kemudian berubah menjadi putih dan serentetan huruf serta angka secara acak muncul perlahan, berulang-ulang dengan frekuensi semakin cepat dan akhirnya layar menjadi hitam kembali.
Dalam diam, Leila menyerahkan ponsel yang sejak tadi ia genggam kepada jared. Leila mengepalkan kedua tangannya sangat erat hingga buku-buku jarinya memutih.
“Ini..” Jared tidak melanjutkan perkatannya. Dia menatap wajah Leila sekilas kemudian menggerakkan jari-jarinya pada papan ketik dan entah apa yang dia lakukan pada komputer di depannya, layar memunculkan serangkain bahasa pemrograman yang tidak Leila pahami.
Sedikit hadiah untukmu, Semoga harimu menyenangkan Nona Abreu
-k-
maaf jika ada kesalahan riset, maaf bila ada ketidaklogisan, dan maaf juga kalo ceritanya absur banget. ini pertama nulis yang kaya beginian. masih bau kencur gegayaan nulis :GOOOAWAY :GOOOAWAY
padahal sebulan waktunya, tapi ternyata ngga selesai juga, duta horor :PATAHHATI . rasanya nyesek euyy ngga bisa nyelesaiin pada waktunya :TERHARUBIRU
kalo lanjutannya, entah kapan bisa jadi (kaya ada yang baca aja :GOOOAWAY ) wkwkwkwk.
pesan, kesan, kritik dan saran. monggo. boleh di tulis hihihi. makasiihh :BUNGAUNTUKMU
-
20 Oktober 2016 pada 10:40 pm #196867Author5Keymaster
Miss @tsalispark thanks sudah partisipasi. Mohon untuk dilanjutkan ya, we are waiting….Miss Abreu
-
21 Oktober 2016 pada 5:09 am #197746tsalisparkModerator
@author5 laaah dibacaa, absurd au. ngga tau bisa lanjut apa engga, ini aja aku posting buat kenang kenangan :PATAHHATI :PATAHHATI. kalo ada yg baca alhamdulillah :aaaKaboor
-
21 Oktober 2016 pada 5:49 am #197929edelweismekarharumPeserta
lanjuut yaa aku suka cerita detektif2n,,pliss laanjut
-
21 Oktober 2016 pada 1:18 pm #199373tsalisparkModerator
@edelweismekarharum wah makasih udah mampir :sopan :inlovebabe kirain nggaada yang baca wkwkwk. iya mungkin kalo ada waktu aku lanjutin ceritanya. malu sebenernya, masih jelek tulisan tapi ini main detekti2an :pingsan!
-
21 Oktober 2016 pada 11:11 pm #201810oncomYoyoyPeserta
ka kuuunnn ku jg baca gehhh tpi blm komen
detekti2an? :ragunih
maen detek typo aja ka kun wkwkwk :girlynyengir :memikirkanrencana
-
23 Oktober 2016 pada 10:18 pm #213023tsalisparkModerator
@oncomyoyoy asekkk. makasih udah mampir oncoommm :BUNGAUNTUKMU detekti? Siapa yg typo? Aku ngga typo gehh. Mana? Di aku tulisannya bener. Ingat kesalahan hanya ada pada pembaca :aaaKaboor
-
24 Oktober 2016 pada 9:09 pm #217950rienacielPeserta
Good story
-
26 Oktober 2016 pada 7:31 am #223951Dyza_ZahraPeserta
Bagus kok thor :D sya emang tertarik sama cerita2 teka teki , detektif macam conan dan tintin..hehe
Lanjutkan thor :)
-
26 Oktober 2016 pada 10:02 am #224232farahzamani5Peserta
Ka @Tsalispark musti tanggungjawab ya, selesaikan cerbung ini ampe end!!!haha
Kerasa serem baca cerbung ini pas lgi ceritain detail luka korban, di otak jdi kayak deskripsiin gmn tu keadaan korban
Apa cuma saya aja disini ya cari tau pisau jadgkomando itu gmn bntuk ny, gmn hasil luka yg dibuatny dll haha
Nahh nahh bnyk yg blom terjawab ni ka ‘khas thriller sekalihhh hihi’
Jadi ditunggu kelanjutanny
Semangat ka
Ini bagussssss
Sukaaaaaa -
27 November 2016 pada 3:14 pm #302174DalpahandayaniPeserta
Bgus ceritanya
-
28 November 2016 pada 6:06 am #302600tsalisparkModerator
@rienaciel @Dalpa wahh, makasih udah mampir :KISSYOU
@dyza_zahra makasih udah mampir, eyy ini ceritanya absurd banget, ngga tau masuk yg detektip detektipan apa engga :PATAHHATI
@farahzamani5 eyy faraahhh :TERHARUBIRU makasih udah mampir. insyaAllah kalo ada waktu mau aku lanjut :KISSYOU . tapi ngga tau gimana jadinyaahh. aku masih abal abal nulisnya :PEDIHH
-
-
PenulisTulisan-tulisan
- Anda harus log masuk untuk membalas topik ini.