Baca Novel Bagus Gratis Sampai Tamat › Forum › Forum Kepenulisan › Lomba Cerbung Misteri – Segelas kopi darah – Part 1
- This topic has 5 balasan, 5 suara, and was last updated 7 years, 11 months yang lalu by septianiDrew.
-
PenulisTulisan-tulisan
-
-
10 September 2016 pada 10:42 pm #107144ashnaathariPeserta
Langit sore ini begitu mendung, bisa dipastikan akan turun hujan yang begitu deras nanti malam, dan malam dengan hujan adalah waktu yang pas untuk melakukan sesuatu yang menyenangkan .
Waktu berjalan cepat. Jam sudah menunjukan pukul 8 malam, dan Disha masih setia berdiri dibelakang meja kasir untuk melayani pembeli dengan senyum ramahnya, Disha sudah bekerja selama 6 bulan di kafe ini, ia bekerja paruh waktu untuk biaya kuliahnya.
Lonceng di pintu masuk berdenting tanda seorang pembeli baru saja memasuki kafe, seorang pria tinggi,tegap,dan gagah dengan wajah yang sedikit tertutup dengan rambutnya yang mencapai sebahu tak mengurangi pesonanya, ia menghampiri kasir dan memesan secangkir kopi late. Sejenak Disha terpaku menatap sosok yang berdiri dihadapanya, pria itu mengernyitkan dahi melihat Disha yang masih mematung manatapnya, sembari menghembuskan nafas lelah pria itu menegur Disha.
“Mbak, saya pesan kopi lattenya 1, dan kalau mbak tidak becus bekerja, sebaiknya mbak keluar saja dari pekerjaan anda” pria itu menjentikan jarinya dihadapan Disha, Disha tergagap dengan wajah memerah menahan malu, sembari meminta maaf atas sikap tidak sopannya tadi dia segera menyiapkan pesanan pria tersebut.
Setelah pria itu berlalu, Disha berguman “ck, ganteng ganteng kok galak, percuma ganteng kalo gak bisa dikecengin” .
Dan tanpa Disha ketahui, pria itu mendengar apa yang ia bicarakan dan menyeringai mengerikan sambil menatap tajam Disha.
Mungkin malam ini aku akan bersenang senang sebentar, karena sudah lama aku tidak melakukan hal itu. Pria itu mengucapkan kalimat penuh makna yang sarat akan kekejian, membuat aura kejam yang ada didalam tubuhnya menguar membuat siapa saja yang melewatinya merasa takut.
***
Hari semakin malam ketika Disha berjalan pulang setelah jam kerja paruh waktunya selesai. Ia merapatkan jaketnya dan memegang erat payung yang menghalanginya dari hujan deras, sambil melantunkan musik yang menggema dari earphone nya, Disha melewati jalan pintas agar cepat sampai di tempat kosnya. Ia tidak menyadari jika sedari tadi ada 4 orang yang mengikutinya sejak keluar dari kafe. Dan tiba tiba saja salah satu diantara mereka membekap tubuh Disha dan mendorong Disha merapat ke tembok.
“TOLONG!” Disha meronta sekuat tenaga dan berteriak, namun mulutnya disumpal oleh kain yang diikat dibelakang kepalanya.
Disha masih berusaha melawan mereka sekuat tenaga, kaki nya yang belum terikat menendang perut pria yang ada dihadapanya.
“Brengsek! Woy iket tangan sama kaki ini cewek! Cepet kita bawa ke gubuk itu, kita habisin dia” ucap pria yang memiliki tatto di lengannya dan bekas luka sayatan di pipinya sambil menyeringai menatap Disha dengan penuh nafsu, membuat Disha amat jijik dengan preman tersebut. Disha semakin memberontak dan terus berteriak minta tolong. Tangan tangan para pria itu sudah menggerayangi tubuhnya. Disha terisak keras, dan ketika salah satu dari mereka mulai merobek baju Disha terdengar suara pintu yang didobrak secara paksa.
BRAK!
Dobrakan pintu secara paksa itu menghentikan aktivitas 4 preman yang berusaha untuk memperkosa Disha, preman yang memiliki tatto ditangannya pun menggeram.
“Siapa lo?! Berani ganggu aktivitas kita, mending lo cepet pergi dan jangan laporin ini kesiapapun kalau lo masih sayang sama nyawa lo!” Sambil mengeluarkan pisau lipat yang disimpan dikantong jaketnya, preman tersebut menodongkan pisau tersebut kearah pria yang sudah mendobrak pintu.
Namun pria itu hanya memandang remeh pisau dan preman tersebut kemudian berucap dengan nada keji “Seharusnya kalian yang pergi dari tempat ini, dan kalau kalian masih sayang dengan nyawa kalian, segera lepaskan perempuan tersebut, oh jangan lupa kalau kalian memiliki anak dan istri dirumah masing masing, saya sarankan kalian cepat mengecek rumah kalian satu persatu, apakah nyawa keluarga kalian masih ada atau sudah aku lenyapkan dengan sia sia”
Keempat preman itu tertegun, dan berucap dengan nada terbata bata “Halah.. Kita tau itu cuma gretakan lo aja! Gausah banyak omong, pergi lo sekarang sebelum pisau ini ngambil nyawa lo!”
Preman itu maju hendak menyerang pria itu, namun dengan sigap pria itu menghindar dan memukul wajah hingga terdengar bunyi retakan tulang yang membuat preman itu mengerang kesakitan.
BUGH!
Ketiga preman lainnya pun mulai menyerang pria tersebut, dan setiap pukulan yang diarahkan kepada pria tersebut dapat dihindarinya dan dibalas dengan pukulan kencang yang meretakan tulang semua preman tersebut. Mereka semua terkapar dengan darah yang keluar dari luka sobek di pelipis, dan posisi tulang yang sudah berubah dari tempatnya.
Disha yang melihat perkelahian itu semakin ketakutan, pengelihatanya buram akibat air mata yang terus keluar mengalir dipipinya dan karena kelelahan akibat terus berteriak dan memberontak, perlahan kesadarannya pun menghilang.
Pria itu menatap puas para preman yang sudah terkapar tak berdaya,ia menatap keji para preman itu dan kakinya menginjak tangan salah satu preman tersebut dan menekannya keras hingga preman itu mengerang kesakitan.
“Aarrgh. Tolong maafkan kami, kami tidak akan lagi melakukan hal tersebut”
Namun pria itu justru semakin menekan tulang tangan yang patah tersebut, menatap preman yang memohon padanya dengan pandangan menjijikan dan berucap lamat lamat dengan suara yang mengerikan. “Kali ini aku masih berbaik hati kepada kalian karena hanya membuat luka sobek dan patah tulang dibeberapa tubuh kalian. Jika aku melihat kalian sedang berbuat tindakan asusila seperti ini lagi, aku pastikan kalian akan segera memohon untuk cepat mati dari pada mati secara perlahan dengan cara yang tak bisa kalian bayangkan”
Setelah berucap kepada preman yang tergeletak tak berdaya, pria itu menghampiri Disha yang pingsan dengan pakaian dan rambut yang sudah tidak beraturan. Pria itu membelai pipi Disha kemudian mengangkat tubuh Disha keluar dari gubuk tersebut menuju mobil yang ia parkirkan didekat jalan pintas tersebut.
***
Cahaya matahari yang masuk melewati jendela kamar itu mengusik tidur Disha, dengan perlahan Disha membuka matanya dan mengamati sekeliling. Ini kamarnya!
Disha mengerang ketika kepalanya terasa berdenyut sakit, setelah sakit dikepalanya reda ia pun teringat akan kejadian semalam, ia terisak hebat dan berlari menuju kamar mandi. Disha membuka cepat pakaiannya dan menyalakan shower, ia menatap pantulan dirinya didepan cermin dan menatap dirinya dengan pandangan jijik. Ia mengusap kasar bekas sentuhan preman tersebut sampai kulitnya merah.
“Menjijikan” desisnya sambil menatap miris pantulan dirinya dicermin.
Setelah melihat jam di dinding Disha terperanjat kaget. Ia menepuk dahi nya keras karena lupa ia ada kuliah pagi hari ini. Dengan cepat Disha keluar dari kamar mandi dan mengenakan pakaian seadanya lalu berangkat menuju kampus.
***
Adnan sedang memeriksa laporan tentang pemerkosaan yang dilakukan oleh empat preman itu dengan serius. Dan preman preman ini yang sudah ia incar beberapa waktu lalu, 3 hari yang lalu warga setempat melaporkan kejadian itu kepada kepolisian dengan beberapa warga yang memberikan keterangan sempat mendengar orang yang sedang berkelahi dan teriakan wanita di gubuk reot yang jaraknya lumayan jauh dari rumah warga, namun tidak ada warga yang berani menolong karena mereka takut anak mereka yang akan menjadi korban pemerkosaan berikutnya. Namun polisi baru mengusut kasus itu 2 hari kemudian, dan ketika polisi melakukan olah TKP (Tempat Kejadian Perkara), polisi menemukan keempat preman itu tewas dalam keadaan mengenaskan, preman yang memiliki tatto ditangan bagian kemaluannya terpotong dengan tangan yang tulangnya sudah mencuat keluar terikat kebelakang , ketiga preman lainya ada yang matanya tercongkel, organ tubuh menghilang, dan bagian wajah yang telah dikuliti.
Jika ada kejadian pemerkosaan seharusnya ada pula korban yang melapor, namun dalam kasus ini justru preman preman tersebut yang mati dengan cara mengenaskan. Dan setiap tubuh mayat preman tersebut terdapat tanda x yang di gores dengan pisau.
Adnan masih terus berfikir. Siapa yang membunuh preman preman ini? Dan kenapa pembunuh itu justru meninggalkan tanda? Bukankah seorang pembunuh tidak akan meninggalkan jejak sedikitpun?
***
Malam ini Bulan muncul dengan cantik, menerangi bumi yang kelam. Jam menunjukan pukul 8 malam ketika lonceng dipintu berbunyi tanda seorang pelanggan memasuki kafe. Disha tertegun melihat siapa pelanggan tersebut. Dia adalah pelanggan yang Disha tatap penuh minat namun sangat disayangkan sifatnya sangat kaku dan dingin. Pria itu memesan kopi yang sama seperti beberapa hari yang lalu. Dan Disha kembali terpesona dengan pria itu lagi.
Disha terus memperhatikan gerak gerik pria tersebut dari belakang kasir, cara pria itu duduk pun sangat kaku. Disha mendesah kesal.
“Jadi penasaran sama cowok itu deh, dia itu tipe cowok macem apa sih sampe duduk aja kakunya minta ampun”
Disha terperanjat ketika bahunya ditepuk keras, ia menjadi sangat kesal dan siap untuk menumpahkan makian kepada siapapun yang mengganggunya. Dan ketika membalikkan badan niatnya untuk memaki tidak tersampaikan ketika yang menepuknya adalah Pak Andreas -Bos nya- yang menatapnya galak. “Kalau kerja yang benar Disha! jangan bengong, ngeliatin apa kamu sampe bengong gitu?”
“E..eh saya ga liatin apa apa kok pak” ucap Disha dengan tergagap. Sedangkan Andreas meneliti penampilan Disha dari atas hingga bawah.
“Kalau saya melihat kamu tidak fokus saat bekerja, kamu saya pecat. Kecuali…” Andreas sengaja menggantungkan kalimatnya dan kembali meneliti penampilan Disha dari atas sampai bawah dan meneguk salivanya dengan susah payah ketika matanya terus memperhatikan dada Disha.
“Kecuali kamu mau menghangatkan ranjang saya dan memuaskan saya” Andreas tersenyum licik sedangkan tubuh Disha mematung.
Mereka tidak menyadari jika ada seseorang dengan rahang mengeras dan tangan mengepal menahan amarah, dan seseorang itu menggeram “Kurangajar! Pria tua tidak tau malu!” Kemudian seseorang itu menyeringai mengerikan “Ah, mainanku bertambah satu lagi sekarang”. Dan kemudian seseorang itu beranjak dari tempat duduknya meninggalkan kafe dengan terus menyeringai, dan orang orang yang melewatinya bergidik ngeri melihat sosok tersebut.
Disha masih mematung mendengar perkataan Pak Andreas. “Bagaimana Disha? Kamu tidak perlu repot repot lagi bekerja untuk membiayai kuliahmu dan hidupmu, jika kamu mau memuaskan ku disetiap malam, aku yang akan melunasi biaya kuliahmu dan bertanggung jawab atas biaya hidupmu”
Tawaran itu memang terasa menggiurkan bagi yang ingin beban hidupnya hilang, tapi tidak dengan Disha, hati Disha terasa begitu perih. Semurah itukah pandangan Andreas kepadanya?
“Maaf pak. Tapi saya tidak tertarik dengan tawaran anda, saya lebih baik bekerja dari pada harus melayani tua bangka seperti anda” Hilang sudah rasa hormat Disha pada lelaki yang sudah ia anggap sebagai ayahnya ini. Selama ini lelaki itu memperlakukan Disha dengan baik, tapi malam ini Pak Andreas menunjukan sifat dirinya yang sebenarnya.
“Ah, Disha.. Disha.. baiklah kalau kamu menolak tawaran saya, namun jika kamu berubah fikiran segera hubungi saya” Andreas meninggalkan Disha kembali keruang kantornya.
“Sok suci!” Kalimat kasar itu terdengar jelas ditelinga Disha, ia menengok pada perempuan disampingnya yang menatap rendah dirinya. Disha menghembuskan nafas lelah, semenjak bekerja disini Vania selalu mencari masalah dengan dirinya.
“Kalo gue jadi lo sih udah gue terima tuh tawaran si Bos, lo itu bego apa gimana sih Dis sampe nolak tawaran Bos ganteng itu? Gausah sok jual mahal, palingan juga lo udah pernah tidur sama dia” ucap Vania sambil memainkan ujung rambut ikalnya. Tuduhan tidak mendasar itu membuat Disha geram.
“Maaf ya Van, gue masih punya kerjaan lain dari pada dengerin ocehan ga penting kaya gini”
Dan ketika Disha menatap meja tempat pria itu duduk ia harus menelan kecewa karena tempat itu sudah kosong.
***
Sebagai seorang anggota intel kepolisian, Adnan mulai paham tentang mekanisme rantai pembunuhan. Ia sudah lama menjadi anggota intel yang sengaja masuk kedalam kelompok kriminal tertentu untuk mencari informasi kemudian memenjarakannya. Namun kasus pemerkosaan yang melibatkan pembunuhan ini begitu berbeda, begitu terstruktur rapi. Seolah olah pembunuh ini sudah terbiasa melakukannya.
Di perhatikannya foto foto mayat keempat preman tersebut, dan ketika ia memperhatikan foto terakhir matanya melebar kaget, jantungnya berdegup cepat, Adnan menoleh kekanan dan kekiri untuk memperhatikan keadaan sekitar, setelah keadaan menurutnya aman ia segera pergi menuju gubuk tersebut.
***
Ruangan itu pengap, hanya ada satu sumber cahaya, yaitu dari lampu gantung berwarna kuning yang sudah kusam. Didalam ruangan itu terdapat seseorang yang terikat tak sadarkan diri dengan kawat yang sudah berkarat melilit badannya, kawat kawat itu mencuat kemana mana sehingga akan menusuk kulit jika bergerak sedikit saja.
Dan ada orang lain yang mengawasi sosok tersebut disudut kegelapan, matanya berbinar bahagia melihat sosok tak berdaya tersebut, ia menyeringai dan menjilat darah yang keluar dari jemari tangannya ketika tadi ia melilitkan kawat tersebut pada sosok yang tak sadarkan diri itu. “Sampah masyarakat seperti dirimu memang mantas mendapatkan perlakuan seperti ini”. Kemudian ia meninggalkan ruangan itu dan kembali pada pekerjaannya.
***
“Ditemukan empat mayat preman dalam keadaan mengenaskan didalam gubuk reot disekitar perumahan warga”
Tasya menatap judul yang ada pada koran yang ia baca kemudian menutup kembali koran tersebut. Ini sudah hampir sebulan berita tentang pembunuhan keji itu namun pelakunya masih belum terungkap. Ketika ia sedang dijalan untuk melaporkan kondisi banjir yang ada di kawasan kampung pulo Tasya mendapat telfon dari sang atasan untuk membatalkan berita banjir tersebut dan memberi Tasya tentang kasus baru. Kasus pembunuhan.
***
Jiwa reporter Tasya pun tergelitik dan ia langsung berputar arah menuju lokasi bersama Rey, kameramennya. Dan ketika mereka tiba dilokasi suasana sangat ramai, dan ia mencebik kesal kala melihat beberapa reporter dari tv lainnya sudah mendahuluinya. Ia segera mewawancara para warga dan aparat kepolisian, namun aparat kepolisian tidak ada yang mau buka mulut. Mereka semua bungkam. Dan hal itu terasa ganjil bagi Tasya.
Keterangan yang diberikan hasil wawancara dengan warga setempat pun nihil. Kasus ini tampak abu-abu. Dan ketika ia sudah hampir pasrah, ia melihat sosok laki-laki memakai jaket hitam dan celana jeans kumal.
Siapa tau laki laki itu cukup paham dengan kondisi disekitar perumahan ini. Dan Tasya memantapkan hati berlari menuju lelaki tersebut diikuti oleh Rey yang masih mengambil gambar kondisi sekitar gubuk dan bercak darah didalam gubuk tersebut.
“Permisi mas, saya Tasya dari tv HD, saya ingin mewawancarai Mas sebentar boleh?”
Sedangkan Adnan menatap Tasya dengan alis terangkat sebelah. Setelah diam terlalu lama akhirnya Adnan mengangguk dan Tasya memekik kegirangan.
Tasya memberikan beberapa pertanyaan yang dijawab lancar oleh Adnan. Sampai akhirnya ada pertanyaan yang tidak ia jawab.
“Apakah sudah ditemukan korban pemerkosaan wanitanya?”
Adnan kembali terdiam cukup lama memandangi wajah Tasya yang memasang ekspresi penasaran.
“Saya juga tidak tau, saya mengetahui kasus ini dari tetangga samping rumah saya”
Jawaban Adnan membuat Tasya mendesah kecewa. Tapi tidak apa apa, setidaknya keterangan yang Adnan berikan lebih bisa ia cerna dibanding warga yang ia wawancarai sebelumnya.
Adnan mengawasi gerak gerik Tasya dan temannha, tidak ia lewatkan sedikitpun apa yang Tasya dan temannya lakukan. Mereka berbahaya, mereka bisa membongkar kasus ini.
***
Disudut ruangan yang gelap dan sedikit pencahayaan, sosok itu terbangun, ia terkejut dan bergerak untuk lepas dari lilitan kawat ini, namun semakin ia bergerak, semakin dalam pula kawat yang mencuat itu menusuk kulit dan menembus dagingnya.
“Argh!” Sosok itu mengerang kesakitan, dan berhenti bergerak ketika menyadari bahwa ia tidak sendiri diruangan terkutuk ini. Di ujung ruangan ada seorang wanita yang kedua tangannya terikat tergantung keatas dengan keadaan mengenaskan, wanita itu hanya mengenakan pakaian dalam, bagian tubuhnya banyak terdapat luka memar yang membiru, dan ujung bibirnya terdapat luka sobek yang darahnya belum mengering. Dan ketika ia memincingkan matanya untuk menatap wajah wanita itu, ia pun terenyak dengan wajah pias.
-
11 September 2016 pada 1:16 am #107182oncomYoyoyPeserta
wah masih tanda tanya? :ragunih
ayo lanjuuttt hahah :YUHUIII
-
11 September 2016 pada 9:23 am #107255ashnaathariPeserta
@oncomYoyoy iya nih masih banyak tanda tanyanya
-
-
27 Oktober 2016 pada 5:41 am #226503farahzamani5Peserta
Nah nah nah, bnyk bngt ini pertnyaan di otak, siapa dia, knp dia dll
Lanjut baca part berikutny
Udah baca semalem dan lupa komen hihi -
3 Desember 2016 pada 4:45 pm #308707DalpahandayaniPeserta
Masih bngung nih
-
6 Desember 2016 pada 10:01 pm #311814septianiDrewPeserta
Pembunuh nya pasti cowok Yg di sukai disha.. ? *sok tau* haha lanjuuut
-
-
PenulisTulisan-tulisan
- Anda harus log masuk untuk membalas topik ini.