Baca Novel Bagus Gratis Sampai Tamat › Forum › Forum Kepenulisan › [LOMBA CERBUNG MISTERI] PETRICHOR – PART I
Di-tag: LOMBA CERBUNG MISTERI
- This topic has 7 balasan, 5 suara, and was last updated 8 years yang lalu by Dalpahandayani.
-
PenulisTulisan-tulisan
-
-
7 Oktober 2016 pada 9:09 pm #137097kanasaPeserta
PETRICHOR
PART I: KABUT PENGLIHATAN
Di suatu malam di Kerajaan Anqash, langit mencurahkan airnya begitu deras. Suara air yang turun, seiring dengan angin dan petir, melagukan nyanyian alam yang terdengar merdu sekaligus mencekam. Hawa dingin terasa begitu pekat. Kabut menyebar di udara, seperti benang yang berjalin indah.
Tak ada orang waras yang mau repot-repot keluar rumah ditengah hujan badai seperti ini. Mereka lebih memilih bergelung dibalik hangatnya selimut. Nampaknya hal itu tidak berlaku bagi seorang lelaki bertubuh tinggi dan tegap. Dia adalah Pangeran Petrichor, putra mahkota dari Kerajaan Anqash. Dengan mantap dia melangkahkan kakinya ke dalam hutan yang berkabut sambil memegang busur panahnya dengan kuat. Matanya yang sekelam malam menatap tajam sekelilingnya. Hutan-hutan di Kerajaan Anqash memang bukanlah hutan yang ramah bagi manusia. Hanya saja ada sesuatu di dalam hutan ini, seperti pusaran energi, yang menariknya untuk masuk.
Lelaki itu melihat sesuatu yang bercahaya di kejauhan. Dia mempercepat langkahnya, penasaran dengan apa yang ada di ujung sana. Pangeran Petrichor memicingkan matanya, dia melihat sesosok perempuan tengah berdiri memunggungi dirinya. Perempuan itu bertubuh tinggi dan ramping. Dia memakai baju baju berwarna hitam dengan hiasan emas dengan pita merah melingkar di pinggangnya.
Pangeran Petrichor mengernyit. Baju hitam dengan hiasan emas dan pita merah adalah adalah simbol putra atau putri mahkota di Kerajaan Anqash.
Nampaknya kedatangan Pangeran Petrichor telah mengusik perempuan itu. Perempuan itu membalikkan badannya dengan anggun, menatap Petrichor dengan pandangan yang sangat tajam.
Seketika Pangeran Petrichor tertegun.
Sekilas, tidak ada yang terlihat aneh dengan penampakan perempuan itu. Ketika kilat menyambar, Pangeran Petrichor melihat ada anak panah yang menancap tepat di dada sebelah kiri perempuan itu.
Siapa perempuan itu? Apa hubungan perempuan itu dengan Kerajaan Anqash? Mengapa dia terluka?
***
‘‘Sial! Mimpi itu lagi!’’
Pangeran Petrichor mengumpat pelan dalam hati. Untuk kesekian kalinya dalam tiga bulan terakhir dirinya mengalami mimpi yang sama. Rasa penasaran yang kuat membuncah di dadanya. Mungkin dia harus bertemu dengan Kakek Meteo untuk memecahkan misteri mimpinya itu.
Pangeran Petrichor mengusap mukanya kasar. Sebagai calon pemimpin tertinggi di Kerajaan Anqash, dia tidak punya waktu untuk sekedar larut dalam rasa penasarannya. Dia memutuskan untuk bangun dan bersiap meski hari masih sangat pagi. Diluar, kabut mengambang di udara, seolah menyelimuti rakyat Kerajaan Anqash yang masih lelap dalam tidur.
Orang-orang di Kerajaan Anqash biasa menyebut kabut dengan kata garúa. Jika di beberapa wilayah kerajaan lain kabut hanya muncul pada waktu-waktu tertentu lalu menghilang, maka di Kerajaan Anqash keadaannya berbeda. Garúa tidak akan menghilang, terlebih selama enam bulan di musim dingin.
Kerajaan Anqash hanya memiliki dua musim, yaitu musim panas dan musim dingin. Musim dingin berlangsung pada enam bulan pertama dalam siklus musim tahunan. Pada saat musim dingin, awan menggantung sangat rendah di tepi Lautan Mardeloeste yang terletak di sebelah barat Kerajaan Anqash, menciptakan kabut tebal atau garúa di seluruh wilayah kerajaan tersebut.
Sementara itu, bagian sebelah timur dari Kerajaan Anqash dibentengi oleh Pegunungan Antisuyu yang menjulang sangat tinggi, memisahkan Kerajaan Anqash dari wilayah kerajaan lainnya yang ada diseberang pegunungan tersebut. Pada saat musim dingin, angin yang berhembus dari daerah sebelah timur tidak bisa mencapai Kerajaan Anqash karena keberadaan Pegunungan Antisuyu. Angin tersebut hanya bisa bergerak keatas disepanjang sisi Pegunungan Antisuyu. Karena udara yang dingin, angin tersebut mengembun menjadi titik-titik air dan jatuh sebagai hujan dan salju yang hanya terjadi di wilayah kerajaan yang berada di sebelah timur Pegunungan Antisuyu, dan hanya memberikan bayangan awan gelap tanpa hujan di Kerajaan Anqash. Oleh karena itu, sepanjang tahun, hujan tidak pernah turun di Kerajaan Anqash. Hujan hanya turun sekali dalam tiga puluh tahun di negeri ini, menjadikannya sesuatu yang sangat istimewa.
Setelah selesai bersiap, Pangeran Petrichor berencana menuju ruangan yang berada di sayap timur istana. Pagi ini mereka akan mendiskusikan strategi untuk menumpas para pemberontak yang semakin merajalela dan meresahkan penduduk. Pihak mereka harus benar-benar memikirkan dengan masak hal ini, mengingat para pemberontak itu bersembunyi di Pegunungan Antisuyu, lokasi yang memiliki medan yang berat dan mematikan.
Travis, tangan kanan Sang Pangeran, telah menunggunya di depan ketika Pangeran Petrichor keluar.
‘‘Selamat pagi, Pangeran Petrichor,’’ ucap Travis lalu membungkukkan badannya.
Pangeran Petrichor menganggukkan kepalanya singkat sebagai balasan.
‘‘Travis,’’ panggil Pangeran Petrichor.
‘‘Ya, Pangeran?’’ jawab Travis sambil memperhatikan muka tuannya yang nampak sedang memikirkan sesuatu.
‘‘Kau pergilah ke desa Azure di tepi Lautan Mardeloeste,’’ ucap Pangeran Petrichor, ‘‘Temui Kakek Meteo dan bawa dia ke hadapanku setelah aku menyelesaikan semua urusanku hari ini.’’
.
Sesuatu telah terjadi, pikir Travis. Pangeran Petrichor tidak akan memanggil Kakek Meteo dari tempat peristirahatannya jika tidak ada hal yang penting dan mendesak yang mengganggu pikiran tuannya itu. Kakek Meteo adalah satu-satunya soothsayer yang paling sakti dan sangat dihormati di Kerajaan Anqash. Para soothsayer dipercaya dapat memberikan pandangan bijak tentang masa depan. Kakek Meteo sendiri sudah dipercaya menjadi penasehat khusus Kerajaan Anqash sejak Raja August, kakek Pangeran Petrichor memerintah kerajaan itu. Usia Kakek Meteo sekarang seratus lima puluh tahun. Para soothsayer memang berumur panjang, melebihi umur rata-rata penduduk Kerajaan Anqash yang biasanya hanya berumur sampai sekitar enam puluh tahun.
Travis lalu mengangguk patuh, ‘‘Baik, Pangeran,’’ lalu dia kembali membungkuk hormat dan segera melakukan tugasnya.
***
Pangeran Petrichor telah kembali ke kamarnya. Dia sekarang sedang menunggu kedatangan Kakek Meteo. Tadi pagi, dia sudah tidak bisa lagi menahan rasa penasarannya. Perasaannya mengatakan sesuatu buruk akan terjadi dalam waktu dekat ketika hujan turun.
Ketika dia sedang melamun memikirkan berbagai kemungkinan tentang mimpinya, Sang Pangeran mendengar pintu kamarnya diketuk. Pangeran Petrichor berdehem pelan, lalu mempersilakan masuk.
Pintu terbuka. Kakek Meteo melangkah masuk. Pangeran Petrichor mempersilakannya duduk di kursi di hadapan Sang Pangeran.
‘‘Bagaimana keadaanmu, Kek?’’ tanya Pangeran Petrichor, dia sangat menghormati kakek tua di hadapannya ini.
‘‘Saya dalam keadaan sangat baik, Pangeran,’’ jawab Kakek Meteo seraya tersenyum, ‘‘meski garúa nampaknya makin tebal saja, membuat kakek tua ini malas bergerak, ’’ dia terkekeh.
Pangeran Petrichor ikut tertawa pelan mendengar lelucon Kakek Meteo, ‘‘Kau benar, Kek. Sepertinya musim dingin tahun ini akan terasa lebih berat’’
Kakek Meteo mengangguk-anggukkan kepalanya, sambil mengelus jenggotnya yang sudah memutih, ‘‘Ada gerangan apakah Pangeran memanggil kakek tua ini kesini?’’
Pangeran Petrichor terdiam sesaat, ‘‘Ada sesuatu yang ingin aku tanyakan kepadamu, Kek,’’ ucapnya kemudian, ‘‘di masa lalu, pernahkan Kerajaan Anqash memiliki putri mahkota seorang perempuan?’’ tanya Sang Pangeran.
Kakek Meteo menggeleng pelan, lalu menjawab, ‘‘Sepanjang pengetahuan saya, Kerajaan Anqash tidak pernah memiliki putri mahkota seorang perempuan, Pangeran.’’
‘‘Begitu,’’ ucap Pangeran Petrichor, ‘‘ada satu hal lagi yang ingin aku tanyakan.’’
‘‘Tanyakanlah padaku sesuka Anda, Pangeran,’’ ucap Kakek Meteo, ‘‘saya akan menjawabnya berdasarkan pengetahuan saya.’’
‘‘Apakah,’’ Pangeran Petrichor terdiam sebentar, ‘‘Apakah pernah hujan turun di Kerajaan Anqash diluar siklus tiga puluh tahunnya?’’
Kakek Meteo menarik napas dalam-dalam setelah mendengar pertanyaan Pangeran Petrichor, ‘‘Pertanyaan Anda sangat menarik, Pangeran, ’’ ucap Kakek Meteo, ‘‘yang kita ketahui hujan memang hanya terjadi sekali dalam tiga puluh tahun di kerajaan ini. Hujan baru akan kembali membasahi bumi Anqash sepuluh tahun lagi, Pangeran.’’
‘‘Ya, aku tahu. Hujan terakhir kali turun dua puluh tahun yang lalu, ketika aku dilahirkan. Jadi, apakah disini hujan tidak bisa turun diluar siklusnya?’’ tanya Pangeran Petrichor penasaran.
‘‘Menurut kepercayaan kami, para soothsayer, hujan bisa turun diluar siklusnya,’’ Kakek Meteo terdiam, ‘‘tetapi itu akan terjadi hanya jika ada peristiwa penting yang menentang takdir alam. Hujan yang turun pada saat itu bukanlah hujan indah penuh berkah, melainkan ungkapan kemarahan Sang Alam. Saya berharap Kerajaan Anqash tidak pernah mengalami peristiwa itu. Sangat mengerikan.’’
Pangeran Petrichor termenung mendengar penjelasan dari Kakek Meteo. Pikirannya masih berkelana, menghubungkan penjelasan Kakek Meteo dengan mimpi-mimpinya selama ini. Benaknya masih memikirkan perempuan itu.
Kakek Meteo mengamati ekspresi Sang Pangeran yang dahinya sampai mengerut dalam, ‘‘Pangeran, adakah yang mengganggu pikiran Anda?’’
Pangeran Petrichor hanya tersenyum pelan, ‘‘Tidak, Kek. Aku hanya memikirkan mimpi-mimpiku beberapa bulan terakhir. Mimpi yang sama. Selalu sama.’’
Kakek Meteo nampak sangat tertarik dengan pernyataan Sang Pangeran. ‘‘Mimpi?’’ tanyanya, ‘‘Kalau Anda berkenan, Anda bisa berbagi dengan saya. Hal yang terjadi berulang biasanya merupakan sebuah pertanda.’’
Pangeran Petrichor menimbang apakah dia akan menceritakan mengenai mimpinya atau tidak. Akhirnya, dia memutuskan untuk menceritakan mengenai mimpinya itu.
Kakek Meteo tercenung lalu mengangguk-anggukkan kepalanya setelah mendengar penuturan Pangeran Petrichor, ‘‘Saya tidak pernah menyangka, akhirnya saya bisa bertemu dengan Pemimpi. Pangeran adalah Pemimpi pertama yang saya temui dalam seratus lima puluh tahun hidup saya,’’ ujar Kakek Meteo dengan mata berbinar.
‘‘Apa maksudmu, Kek?’’ tanya Pangeran Petrichor dengan bingung.
‘‘Pangeran telah bermimpi,’’ Kakek Meteo menghela napas pelan, ‘‘dan manusia biasa seperti kami tidak pernah bermimpi sepanjang usia kami. Anda adalah seorang Pemimpi.’’
‘‘Kau sedang mencoba mendongeng padaku? Aku bahkan bukan anak-anak’’ Pangeran Petrichor terkekeh, ‘‘bagaimana mungkin manusia tidak pernah bermimpi.’’
‘‘Kami memang tidak pernah bermimpi, Pangeran,’’ ujar Kakek Meteo tenang. ‘‘Seluruh orang di Kerajaan Anqash tidak pernah mengalami mimpi seumur hidup mereka.’’
Pangeran Petrichor terlihat sangat kaget dengan fakta itu, ‘‘Benarkah?’’ tanyanya. ‘‘Aku kira semua orang mengalaminya.’’
‘‘Saya bisa memaklumi ketidaktahuan Anda, Pangeran. Sebagai calon pemimpin di kerajaan ini, saya yakin Anda telah dididik sejak kecil untuk tidak begitu saja memberitahu hal-hal pribadi yang Anda alami karena itu bisa sangat berbahaya. Dan saya yakin kalau Anda selama ini tidak pernah menceritakan kepada siapapun tentang mimpi-mimpi Anda,’’ Kakek Meteo berhenti sejenak, ‘‘tentu saja, kecuali kepada saya saat ini, ’’ ujarnya seraya tersenyum.
Pangeran Petrichor mengangguk, ‘‘Kau benar. Aku dididik untuk tidak melakukan hal itu.’’ Pangeran Petrichor terdiam sejenak, ‘‘Menurutmu, mengapa penduduk Kerajaan Anqash tidak pernah bermimpi?’’ tanyanya penasaran.
‘‘Dulu sekali, saat saya masih seusia Pangeran, saya mengunjungi guru saya yang tinggal di kaki pegunungan Antisuyu,’’ ucap Kakek Meteo, ‘‘disana saya belajar lebih jauh mengenai sejarah moyang Kerajaan Anqash. Lalu, sebelum saya kembali ke Kerajaan Anqash, guru saya memberitahukan sebuah pengetahuan yang diberitahukan secara turun-temurun pada kami, para soothsayer’’
‘‘Apakah itu?’’ tanya Pangeran Petrichor dengan nada tertarik.
‘‘Seperti yang Anda ketahui, Kerajaan Anqash selalu tertutup garúa sepanjang musim dingin. Garúa telah ada sejak ribuan tahun yang lalu dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari negeri kita. Menurut kami, para soothsayer, garúa merupakan representasi tertutupnya alam bawah sadar penduduk Kerajaan Anqash, sehingga penduduk Kerajaan Anqash tidak pernah mengalami mimpi,’’ Kakek Meteo memberi penjelasan kepada Pangeran Petrichor.
‘‘Begitu,’’ Pangeran Petrichor mengangguk paham, ‘‘lalu, bagaimana denganku? Aku mengalami mimpi ketika aku tidur. Meski itu hanya terjadi di waktu-waktu tertentu ’’
‘‘Itu terjadi karena Anda adalah orang yang sangat istimewa, Pangeran, tentu saja,’’ ujar Kakek Meteo, lalu dia tampak berpikir sejenak ‘‘menurut saya, Anda harus berhati-hati, Pangeran.’’
‘‘Apa maksudmu?’’ tanya Pangeran Petrichor tajam.
‘‘Bagi kami para soothsayer, mimpi yang Anda alami kemungkinan besar akan sangat berhubungan dengan masa depan. Bukan hanya masa depan Anda, melainkan juga masa depan Kerajaan Anqash,’’ Kakek Meteo terdiam, matanya menatap langsung ke manik hitam Sang Pangeran. ‘‘Itu bukanlah mimpi biasa, Pangeran. Kami menyebutnya kabut penglihatan.’’
(Bersambung ke part 2)
-
7 Oktober 2016 pada 10:50 pm #137746RositaAmalaniPeserta
Suka… suka ini bagus bgt nggak sabar nunggu part 2 nya :MAWARR
-
7 Oktober 2016 pada 11:17 pm #137865kanasaPeserta
@RositaAmalani makasih, hihi… Ditunggu part 2nya ya… masih on progress nih, semoga nanti tidak mengecewakan ;)
-
-
9 Oktober 2016 pada 10:17 pm #149718Isnina24Peserta
Ceritanya bagus dan bikin penasaran
-
19 Oktober 2016 pada 9:20 pm #192544
-
-
28 Oktober 2016 pada 6:05 am #229699farahzamani5Peserta
Langsung inget sma wangi hujan membasahi bumi pas tau nama pangerannya hihi
Garua??kyk judul film india ni ka , gerua ‘haha abaikan ya’
Penasaran siapa si putri itu? Trs knp bgni knp bgtu?
Cuzz lanjut ke part berikutnya
Semangat semangat semangat -
10 November 2016 pada 2:15 pm #280962kanasaPeserta
@farahzamani5 benar banget, nama si pangeran emang terinspirasi dari wangi hujan saat pertama kali membasahi bumi :D
waduh seriusan ada film india judulnya gerua? aku taunya salah satu lagu film Dilwale yang judulnya gerua, hihi
makasih udah baca cerita aku :)
-
27 November 2016 pada 11:43 am #302052DalpahandayaniPeserta
Bgus bnget
ceritanya mengalir dengan tenang jdi enak bacanya
-
-
PenulisTulisan-tulisan
- Anda harus log masuk untuk membalas topik ini.