Baca Novel Bagus Gratis Sampai Tamat › Forum › Forum Kepenulisan › [Lomba Cerbung Misteri] MIANO DA MOUSO MATANO : Bagian 5
- This topic has 15 balasan, 12 suara, and was last updated 7 years, 11 months yang lalu by RParatama.
-
PenulisTulisan-tulisan
-
-
11 Oktober 2016 pada 12:01 am #155776carijodohPeserta
Lomba Cerbung Misteri
Judul : MIANO DA MOUSE MATANO
Genre: Adventure, Mystery, Thriller
Penulis: @Carijodoh
Catatan: Cerita ini hanya fiksi belaka.
Bagian 5. Dia-lah yang sesungguhnya.
“Apa yang kau lakukan disana?” suara Sean yang dingin mengembalikanku dari lamunan. Ia bergerak keluar dari air begitu perlahan. Sebuah gerakan yang bisa membuat kaum hawa berdebar dan tersipu, tapi tidak untukku, setidaknya bukan dalam kondisi saat ini.
“Tidak, A… Aku hanya ingin mandi.”
“Kalau begitu mandilah…” beberapa langkah lagi saja ia lakukan maka ia akan sampai didepanku. Dan aku tahu, saat ini adalah saat yang tepat untuk kembali menjadi pengecut dan berlari.
“Berpura-puralah tidak menyadarinya, berpura-puralah kau tidak menyadari mata hijau itu!”
Perlahan aku memundurkan langkah kebelakang, tapi ternyata gerakanku langsung disadari Sean, “Kenapa mundur?” tanyanya sambil menunjukkan senyum smirk menakutkan.
“Ada… ada beberapa barang yang tertinggal.”
“Akting yang benar-benar buruk Adriana!” makiku dalam hati.
“Aku kembali ke tenda dulu.” Tanpa menunggu jawaban Sean, aku langsung berbalik dan meninggalkan area air terjun dengan berjalan cepat, saat menoleh dan mendapati Sean tidak menyusulku, akhirnya kuputuskan untuk berlari menuju area perkemahan.
“Kenapa berlari, Adriana?” tanya Prof.Turnbull.
“Saya tidak sengaja meninggalkan beberapa barang di tenda, Prof. Saya hanya ingin cepat-cepat mandi maka dari itu saya berlari.”
“Hati-hati, Adriana.” Ujar Prof.Turnbull sambil tersenyum. Senyum penuh arti yang tidak berani kusimpulkan apa-apa.
“Baik, Prof.” Jawabku, “Anda akan pergi kemana Prof.?” tanyaku saat Prof.Turnbull mulai melanjutkan langkahnya.
“Mandi, tentu saja. Seperti kalian.” Jawabnya dan langsung berlalu. Sementara aku dengan gamang kembali berjalan cepat ke tenda, di pintu tendaku terdapat Jacob yang sedang duduk dan menyuapkan buah pisang pada Melissa yang sudah tersadar.
Jacob yang melihatku berjalan cepat dan seperti akan menabrakan diri pada tenda langsung berdiri dan memberikanku jalan masuk. Tanpa sempat menetralkan nafas, aku langsung menyambar tas carrier ku dan mengacak-acak isinya bagai orang kesurupan.
“Ada apa denganmu? Bukankah seharusnya kau mandi sekarang?” tanya Jacob.
Aku mengangkat telapak tanganku kearahnya, tanda bahwa aku tidak ingin mendengar omongan apapun darinya. Setelah mengobrak-abrik isi tas carrier, akhirnya aku menemukan kertas-kertas itu. Kertas-kertas yang belum terbaca sejak aku mendapatkannya.
“Brujería.” Gumamku saat membaca tulisan besar yang menjadi judul. “Sihir. Ilmu hitam. Perdukunan.”
“Itu bukannya manuskrip yang diberikan Prof.Turnbull?” tanya Jacob yang kujawab dengan anggukan saja. “Kamu yakin bisa membacanya?”
Mengabaikan omong kosong Jacob, aku mulai membaca satu persatu kata yang ada di manuskrip itu dengan hati-hati, bagaimanapun juga bahasa Spanyol ku tidak sempurna.
Penulis manuskrip ini adalah seorang pelaut yang diberikan misi oleh Raja yang memerintah dimasa itu untuk mengantarkan seluruh penghuni desa oscuridad kemanapun, asalkan tempat itu jauh dari kerajaanya. Dengan sistem pemaksaan yang kejam dan bantuan Cenayang kerajaan yang kehebatannya kondang keseluruh negeri, akhirnya Raja berhasil mengusir masyarakatnya sendiri dari desa Oscuridad.
Raja tersebut rupanya telah membuktikan rumor bahwa ada penyimpangan pada salah satu desa yang berada diwilayah kerajaanya, desa itu berisi orang-orang yang memuja roh jahat, memiliki kemampuan sihir dan juga pemakan manusia asing yang masuk ke desanya. Karena itu masyarakat diluar desa mempercayai bahwa desa Oscuridad telah dikutuk oleh Dewa menjadi manusia-manusia bermata hijau menyala sehingga orang-orang bisa langsung tahu siapa mereka dan menghindarinya.
Seluruh penghuni desa yang bermata hijau itu akhirnya dibawa oleh pelaut menyebrang benua dan samudra hingga akhirnya mereka sampai di sebuah gugusan pulau yang ada di daerah tropis, gugusan pulau itu tergambarkan dengan jelas dilembaran kedua manuskrip. Itu adalah gambar gugusan Pulau ini, gugusan pulau Nwula sampai Dasida’a ni onto!
Aku membuka lembaran ketiga manuskrip itu dan menemukan serentetan kalimat lainnya.
Para penduduk desa Oscuridad akhirnya dilepaskan dari rantai dan penjara yang ada dikapal besar milik sang pelaut, lalu dengan tanpa perasaan mereka semua didorong dan dijatuhkan ketengah lautan. Sang pelaut pun langsung membalik arah kemudinya, meningkatkan kecepatan kemudi agar bisa segera meninggalkan semua penduduk yang sedang terombang-ambing ditengah lautan. Hal itu dilakukan karena sang pelaut tahu, terbukanya penjara penduduk desa Oscuridad berarti sama saja dengan terbukanya segel mantra yang dibuat oleh cenayang kerajaan, dan itu artinya kekuatan mereka akan segera pulih kembali, kekuatan mengerikan yang bahkan bisa menenggelamkan perahu layar mereka.
“Pemuja roh jahat, kemampuan sihir yang menakutkan dan pemakan manusia…” gumamku. “Gimana caranya aku bisa keluar dari pulau mengerikan ini?”
“Hey, apa yang kau bicarakan?” tanya Jacob setelah mendengar kalimat penuh frustasi yang kuucapkan dalam bahasa indonesia.
Aku menjambak-jambak rambutku dengan sangat frustasi, lalu merobek-robek copy-an manuskrip itu dengan penuh kemarahan lalu memukul-mukul kepalaku yang sudah dengan sangat bodohnya mengabaikan alarm-alarm yang sudah muncul bahkan sebelum menginjakkan kaki ditanah ini, Peringatan dari Imha, peringatan yang muncul saat melihat masyarakat yang ketakutan di pelabuhan, peringatan secara tidak langsung dari para nelayan dan peringatan yang sudah dilakukan oleh diriku sendiri yang berkali-kali kuabaikan.
“Hey.. Hey… ada apa? Katakan pada kami, ada apa? Jangan membuat kami ketakutan melihat tingkahmu begini!” protes Jacob.
“Jacob, Mey, apakah kalian menggunakan lensa kontak berwarna?” pertanyaanku yang tiba-tiba dan tidak nyambung sama sekali dengan pertanyaan Edward malah membuatnya menjadi tercenung. “Jawab aku, dan aku akan menjelaskan semuanya!”
Jacob dan Melissa menggeleng kompak.
“Buktikan!” Pintaku. “Buktikan bahwa kalian tidak menggunakan lensa kontak!”
“Apa maksudmu, apa hubungannya semua ini dengan lensa kontak!”
“Jacob, turuti mauku tanpa banyak protes, kita tidak punya banyak waktu!”
Kulihat Melissa mulai menyentuhkan telunjuknya pada bagian kornea mata kanan dan kirinya, tidak ada Lensa kontak, mata Melissa masih berwarna coklat. “Lihat, aku tidak memakai lensa kontak, mataku memang berwarna coklat.” Jawab Melissa tenang, kurasa wanita ini tahu arah pembicaraanku.
Aku mengangguk lalu menoleh ke arah Jacob untuk memberikannya pandangan menantang. “Baiklah. Baiklah!” Ujarnya, lalu mulai menyentuhkan telunjuknya pada bagian kornea matanya, persis seperti yang dilakukan Melissa. “Lihat, warna mataku memang abu-abu!” kata Jacob. Setelah itu aku langsung melakukan hal yang sama yang dilakukan mereka, menyentuh kornea mataku, sebagai bukti agar mereka mempercayai apa yang akan kukatakan selanjutnya.
“Dan lihat, warna bola mataku memang hitam.” Kataku. Setelah itu langsung saja aku berjalan keluar tenda, melihat ke sekeliling, sepi dan tidak ada siapa-siapa diluar sana. Aku berjalan ke tenda Jacob dan Prof.Turnbull, mengecek satu persatu, tidak ada siapapun didalamnya. Lalu aku kembali ke tendaku tempat Melissa dan Jacob berada.
“Adriana, apa yang kau lakukan, jangan membuat kami bingung!” protes Jacob saat melihatku mulai menutup resleting pintu tenda. Setelah itu aku meletakkan telunjukku pada mulut Jacob untuk memintanya diam.
Menggunakan Pulpen dan kertas aku mulai menulis semua hal yang ada di otakku, aku butuh teman yang bisa saling melindungi, oleh karena itu aku harus menceritakan pada mereka apa yang sebenarnya terjadi.
The green memang ada, manusia bermata hijau yang diceritakan dalam manuskrip itu ada. Mereka yang membunuh Edward. Sumpah demi Tuhan, aku tidak membunuh Edward. Selama siang itu aku benar-benar berada di air terjun karena sedih dengan pertengkaran yang terjadi. Lalu malam harinya, sebelum aku berlari masuk kedalam tenda Jacob, aku melihat sesosok manusia berpakaian gelap sedang memakan tubuh Edward, manusia itu bermata hijau!
Aku menyerahkan kertas itu pada Melissa dan Jacob, raut terkejut tentu saja muncul diwajah mereka. Saat Jacob akan membuka mulutnya untuk berbicara, aku mengangkat tanganku untuk menghentikannya. Aku memberikannya pulpen dan membuat isyarat agar dia mengatakan apapun yang ada diotaknya melalui tulisan.
Jacob menulis untuk beberapa saat lalu menyerahkannya kepadaku.
KAMU BERANI BERSUMPAH?
Hanya itu isinya. Sepertinya lelaki ini memang memiliki masalah mengenai kepercayaan.
AKU BERSUMPAH DEMI TUHANKU, APA YANG KUKATAKAN ADALAH KEJUJURAN.
Melissa merebut kertas itu dan mulai menulis.
Jadi kamu melihat The green malam itu? kenapa kamu tidak langsung bercerita padaku dan yang lainnya agar kami lebih hati-hati! Sekarang Shawn sudah menghilang…
Ya, tentu saja aku merasa bersalah karena Shawn menghilang dan belum diketemukan. Tapi mau bagaimana lagi, malam itu aku merasakan kalau mereka masih mengawasiku dan aku masih dalam kondisi terguncang juga shock, bagaimana bisa aku bercerita.
Malam itu The green menangkap basahku yang sedang melihatnya memakan Edward, dia mengejarku dan beruntungnya aku selamat karena masuk kedalam tenda laki-laki yang berisi kalian bertiga.
Aku merasakan kehadirannya yang mengawasiku sepanjang dini hari itu. Bagaimana bisa aku bercerita?
Jacob dan Melissa menutup mulutnya dengan tangan untuk menutupi suara keterkejutan mereka, mata mereka berkaca-kaca penuh simpati dan perasaan bersalah menatapku.
“Kita harus membicarakan ini pada Prof.Turnbull dan Sean.” Bisik Jacob sambil mencoba bangkit untuk keluar dari tenda yang tentu saja langsung kucegah.
“Kamu fikir untuk apa aku menyuruh kalian membuktikan diri bahwa kalian tidak bermata hijau?” bisikku. “Duduk dulu. Ceritaku belum selesai!”
Melissa dan Jacob tercenung mendengar kalimatku, sebuah pemahaman merasuk kedalam otak mereka. Keduanya terlihat gelisah selama menunggu aku menulis kalimat selanjutnya. Hingga akhirnya mereka memutuskan untuk duduk disamping kiri dan kananku agar bisa melihat apa yang kutuliskan.
Dihutan sunyi kemarin, aku berjalan sendirian sambil mencari sampel sampai akhirnya aku menemukan sungai dan mengisi ulang botol minumku. Asal kalian tahu, disana aku melihat beberapa anak-anak berkulit putih, berambut coklat dan pirang, dan BERMATA HIJAU MENYALA!
“Benarkah?” bisik Jacob penuh rasa tidak percaya. Aku hanya menjawabnya dengan anggukan
Kurasa sekelompok manusia itu tinggal disekitaran hutan itu.
“Shawn!” Melissa menutup mulutnya dengan tangan, sementara air matanya mengalir.
“Benar, Shawn… kami tidak tahu bagaimana nasibnya sekarang!” pikirku.
Jacob menarik kertas itu, lalu menuliskan sesuatu.
Kita harus segera mencari Shawn!
Aku merebut kertas itu lalu menuliskan kembali.
CERITAKU BELUM SELESAI!
Jacob mengangguk lalu menunjukkan wajah penyesalannya.
Tadi, saat aku akan mandi di air terjun. Aku melihat Sean sedang mandi disana, dia tidak mengenakan masker yang menutupi mukanya. Lalu saat dia berada didekatku, aku menyadari sesuatu, kalau mata Sean yang biasanya terlihat biru merubah menjadi terlihat hijau!
“Haaaa? kamu yakin?”
Aku mengangguk.
Kamu tahu kan warna mata Sean yang biru?
Jacob dan Melissa mengangguk.
Aku memang belum memiliki banyak bukti, tapi kalian ingat-ingat lagi sikap Sean saat dini hari itu, saat aku menerobos masuk kedalam tenda kalian dan Sean tidak berada disana. Atau sikap aneh Sean yang lainnya. Ingat?
Kedua orang disampingku itu terdiam, mungkin sedang mengingat-ingat banyak hal didalam otaknya. Sampai tiba-tiba suara lembut terdengar dari luar sana.
“Apa yang kalian lakukan didalam sana?” suara Sean itu membuat kami bertiga panik dan berpegangan tangan dengan erat karena ketakutan. “Cepat keluar, kalian harus segera mempersiapkan diri untuk pencarian selanjutnya.”
***
***
Aku, Melissa dan Jacob memutuskan untuk membersihkan diri dibawah air terjun dengan cepat. Kami sepakat kalau kami memang tidak memiliki banyak waktu lagi. Kami harus segera menemukan Shawn, dalam kondisi hidup ataupun mati. Lalu setelah itu kami akan segera berusaha keluar dari tempat mengerikan ini.
Saat sedang asik memakai pakaian dibalik sebuah batu besar, aku merasakan sesuatu, aku merasakan kehadirannya dan tatapannya mengarah padaku. Ku edarkan pandanganku kesekitar tapi aku tidak menemukan apapun.
“Sunyi?” gumamku karena merasakan kesunyian tidak wajar yang tiba-tiba hadir. Saat aku keluar dari batu itu, aku tidak menemukan siapapun di bawah air terjun atau dimanapun. Bahkan air yang mengalir dari atas semakin lama semakin surut. Air tidak mengalir lagi!
“Jacob? Melissa?” panggilku, lalu aku mencoba mengelilingi bebatuan-bebatuan besar tempat mereka berganti pakaian. Tapi aku tidak menemukan siapapun. “JACOB! MELISSA!” teriakku.
Tidak ada jawaban sama sekali. Aku berlarian mencari keberadaan mereka, berteriak-teriak keras agar mereka mendengarnya. Tapi tetap tidak ada jawaban. Aku hanya menemukan pakaian dan alat mandi mereka yang tergeletak begitu saja.
Kemana mereka? Kemana Jacob dan Melissa?
“JACOB! MELISSA!”
***
Matahari pun tenggelam dan sampai saat itu aku tidak menemukan siapapun. Di tenda aku menemukan Sean yang sedang membakar kayu dan Prof.Turnbull yang sedang memakan singkong bakarnya.
“Kamu darimana saja?” marah Sean. “Kita ‘kan harus mencari Shawn, tapi kalian malah mandi sampai matahari sudah tenggelam!”
Akupun menceritakan apa yang terjadi di air terjun pada Prof.Turnbull dan Sean, mereka berdua terlihat sangat terkejut dan akhirnya memutuskan untuk mencari Jacob dan Melissa saat itu juga di area sekitar air terjun.
Selama pencarian disana aku tidak mau mengikuti siapapun, Prof.Turnbull memaksaku agar ikut mencari bersamanya atau bersama Sean, tapi aku bersikeras untuk mencari sendiri dengan alasan lebih efektif waktu dan lokasi. Hingga akhirnya Prof.Turnbull membiarkanku melakukan apapun yang menurutku benar, dengan catatan dia tidak akan bertanggung jawab jika sesuatu yang buruk terjadi padaku.
Lepas dari mereka berdua aku langsung berbalik arah, mencari ke arah yang berlawanan dengan yang mereka lakukan.
“Selatan! Aku harus ke hutan selatan!”
Dengan bekal senter dan apapun yang ada didalam ranselku, aku menelusuri jalan sempit menuju hutan selatan seorang diri. Jurang yang gelap dan tanah tinggi yang seolah siap longsor kapanpun ada tepat dihadapanku. Tapi aku sudah tidak perduli.
“Gua itu!” seruku pada diri sendiri saat berhasil masuk kedalam hutan. Aku langsung berlarian mencari jalan menuju gua tempatku bernaung bersama Sean kemarin. Berbekalkan insting dan ingatan aku terus mencoba mengingat-ingat jalan menuju gua dengan bantuan senter dan cahaya bulan yang sangat terang malam itu.
Berjam-jam dalam pencarian, akhirnya aku menemukan gua itu. Sejak awal menginjakkan kaki didalam gua itu, aku merasakan sesuatu yang sangat… sangat tidak biasa. Oleh karena itu aku harus mengecek ada apa sebenarnya didalam gua. Dan benar saja, beberapa langkah memasuki gua, aku menemukan sesuatu yang kulihat sekilas kemarin, aku melihat nametag Shawn tergeletak dilantai!
Aku berjalan begitu pelan, menelusuri kedalam gua sampai aku menginjak sesuatu dibawah sana. Saat mengarahkan senterku ke arah kakiku, aku menemukan tulang belulang berserakan. Dengan tangan gemetaran aku tetap mengarahkan senter itu ke lantai sampai aku menemukan potongan kepala Shawn yang terletak tidak jauh dari tempatku berdiri.
Tubuhku bergetar, air mataku mengalir deras dan aku tak kuasa menahan isakanku yang keras.
Kenapa Shawn? Kenapa pria sebaik Shawn harus berakhir seperti ini? Kenapa?
***
Menggunakan sisa kekuatanku, aku memutuskan untuk menegarkan diri dan tidak berhenti mencari kedua orang lainnya yang menghilang, sekarang baru beberapa jam sejak terakhir aku melihat mereka, masih ada kemungkinan Melissa dan Jacob bisa diselamatkan hidup-hidup.
Aku berjalan ke arah sungai, lalu menyeberanginya dan memasuki hutan lagi. Berjalan mengikuti insting, hingga akhirnya aku mendengar suara teriakan yang sangat kukenal. Suara Melissa!
“Kemana? Dimana? Apa yang terjadi!” aku meracau selama berjalan mengikuti arah suara itu. sampai aku menemukan sebuah lapangan luas tempat beberapa rumah kayu di dirikan. Dari tempatku berdiri, aku melihat sekumpulan manusia mengelilingi dua orang temanku yang sedang diikat ditengah lapangan.
JACOB!
Jacob sedang dikuliti oleh mereka, Jacob sudah tak bernyawa, tubuhnya dipotong-potong menjadi beberapa bagian dan dimakan oleh mereka!
Tanpa kusadari seseorang sudah berdiri dibelakangku lalu menarikku kebelakang sebuah pohon besar. SEAN?
“A… Apa yang kau lakukan?” tanyaku gemetaran.
“Aku tahu kamu mengetahui sesuatu, karena itu aku mengikutimu!” bisik Sean.
“Maafkan aku, jangan makan aku, jangan bunuh aku, aku tidak akan melaporkan mu dan teman-temanmu disini. Ampuni aku, biarkan aku pergi, kumohon!” racauku.
“Hey, apa yang kau bicarakan, siapa yang akan memakanmu. Jangan ngawur, aku bukan mereka, aku Sean!” ujar Sean sambil mengguncang-guncangku agar diam.
“Kamu bagian dari mereka, kamu bermata hijau!”
“Bukan. Aku bukan bagian dari mereka!”
“Lalu kenapa matamu berwarna hijau?”
“Mataku biru, tapi menjadi hijau pucat karena aku kehilangan lensa kontakku yang bening dan hanya membawa cadangan lensa kontak berwarna hijau!” jelas Sean. Kini ia bahkan mencoba melepas lensa kontaknya.
Tenyata benar, matanya memang biru, itu adalah lensa kontak, sial aku sudah tertipu!
“Lalu dini hari saat aku menginap di tendamu, kamu berada dimana? Bukankah malam itu kamu manusia berpakaian hitam dan bermata hijau yang memakan Edward?”
“Enak saja. Aku manusia normal, aku makan makanan manusia seperti kalian. Walaupun diam-diam.”
Aku menatapnya tidak percaya, sampai dia mendesah lalu mengeluarkan dompetnya dan mengeluarkan sebuah kartu. “Aku agen detektif rahasia pemerintah USA, kalau kamu masih tidak percaya padaku.” Jelas Sean sambil menunjukkan kartu tanda anggota itu. “Dan aku manusia biasa yang perlu ke toilet, dini hari itu aku sakit perut makanya kamu tidak menemukanku di tenda!”
Semakin dia berbicara semakin aku merasa konyol.
“Dia benar, Adriana. Dia adalah Detektif Rahasia. Dan yang kau cari adalah saya…” suara itu tiba-tiba menginterupsi obrolan kami.
Prof.Turnbull?
Pria tua kurus dan tinggi itu berdiri disana, memakai jubah hitam dan tudung, lalu matanya, matanya memancarkan sinar kehijauan.
The Green!
“Pro…Professor… A… Anda adalah…”
“Ya, Saya adalah bagian dari mereka…” jawabnya sambil tersenyum miring. “Dan malam ini, kami akan merasakan kenikmatan manusia lainnya. Kami akan berpesta!”
***
END.
***
Waaaa ini adalah ending yang sangat diluar ekspektasi, karena waktu yang begitu sempit, maklum ya, duta kadang manjaaaaa
huhuhu
sip deh, ditunggu kritik dan sarannya.
kak au5, maaf ya kalau ga bagussss
:TERHARUBIRU :TERHARUBIRU :TERHARUBIRU
ok segitu aja.
salam hangat,
Cheers Woot Woot ,
CJ
-
11 Oktober 2016 pada 7:58 am #156586SuzyPeserta
Ya mati semua deh …
-
11 Oktober 2016 pada 8:07 am #156613RositaAmalaniPeserta
Heiii anak cabe! Lanjutin lagi gihhh ndak relaa akhirnya beginiii :aaaKaboor :ASAHPISAU2 :ASAHPISAU2 :ASAHPISAU2
-
11 Oktober 2016 pada 8:08 am #156617SeeYouPeserta
Uwaaaaawwww…. Jadi yg the green itu si professor? :tidakks! Uwah jadi penasaran ini gimana nasibnya adriana sana si ganteng… :NGUPIL Aduh kok jadi kepo gini ini ishh… :TERHARUBIRU
-
11 Oktober 2016 pada 9:23 am #156807nona_porbaPeserta
@carijodoh yang kamu lakuin ke saya itu JAHAT!
nasibnya 2 anak manusia itu bagaimana..??? jangan menggantungkuuu :aaaKaboor cukup statusku saja yg digantung jangan ceritamu :TERHARUBIRU
NB: kalau menang, sandal sebelah kanannya buat aq wkwkwk :IMUT
-
11 Oktober 2016 pada 9:58 am #156905oncomYoyoyPeserta
wkwkk Sean kocak bett pake ilang segala lensa kontaknya :wuakakakak
lah ini prof. Adi brrti ga tau ya? apa udah tau? :ragunih
kalau prof. Adi udh tau ttg prof. Trunbull yg ‘the green’ kan berarti secara ga langsung dia ngirim ‘makanan’ (Adriana) buat ‘the green’ ?? :hippoketawajahad
:hororsenter
-
13 Oktober 2016 pada 12:22 am #162989YuliaAstantiPeserta
Endingnya… Ngga puas aku.. Kurang srek.. Gitu
-
14 Oktober 2016 pada 3:59 pm #169084rarakyuPeserta
Sean harus nya punya cadangan kontak lens itu teh cj hahaha
Aaaa teteh, itu gimana sean sm adriana nya?? Bikin penasaraann :pingsan!
-
19 Oktober 2016 pada 4:19 am #189740carijodohPeserta
@rarakyu @suzy @rositaamalani @serayukiko @nona_porba @oncomyoyoy @yuliaastanti
wahhh ga nyangka ada bbrp komen di part ending ini hehhee
sebenernya part ending ini dibuat dalam waktu yang sempit sebelum deadline krn bbrp hal lain yg harus diselesaikan d duta.
huwwaaa dan sebenernya bukan ending ini juga yg cj harapkan, tp krn keterbatasan waktu itu akhirnya cj memutuskan membuat ending yg
menggantung dan menyimpan banyak pertanyaan (namanya juga misteri, kwkw), sehingga para pembaca bisa bebas mengimajinasikan endingnya masing2 hehe
kalau ada kesempatan mungkin nanti cj coba perbaiki tulisan ini.
terimakasih semuanya sudah mampir kesini *PelukCiumErat*:MAWARR
CJ
-
20 Oktober 2016 pada 9:32 pm #196537Author5Keymaster
@carijodoh thanks sdh ikutan cerbung misterinya ya. Silakan kalau mau dilanjut ceritanya jg kita pngen tau, siapa tau Adriana dan Sean happy ending, atau bahkan cinta segitiga dengan Paris hehe
-
20 Oktober 2016 pada 11:44 pm #197122
-
20 Oktober 2016 pada 11:56 pm #197179Author5Keymaster
@carijodoh lomba tidak diperpanjang cuma kalau ceritanya mau diperpanjang boleh aja, siapa tau ceritanya memang msih panjang
-
21 Oktober 2016 pada 12:00 am #197188
-
28 Oktober 2016 pada 10:54 am #230400farahzamani5Peserta
Ternyata si prof toh the green ny
Aduhhh ka, lanjut ini, musti dilanjut, masa si nana mati sih, hrs idup dah pokokny
Suka mikir deh, sbnrny di pedalaman2 gtu msh ada ga sih yg makan ny manusia, klo iy seremmm amat ya
Lanjutttt ya ka
Oke oke
Hihi
Ditinggu loh lanjutanny -
27 November 2016 pada 3:07 pm #302168DalpahandayaniPeserta
Endingnya nanggung bnget
-
27 November 2016 pada 3:15 pm #302177RParatamaPeserta
:PATAHHATI Wuhhh keren
-
-
PenulisTulisan-tulisan
- Anda harus log masuk untuk membalas topik ini.