Baca Novel Bagus Gratis Sampai Tamat › Forum › Forum Kepenulisan › [Lomba Cerbung Misteri] MIANO DA MOUSO MATANO : Bagian 3
Di-tag: Lombacerbungmisteri
- This topic has 9 balasan, 6 suara, and was last updated 7 years, 12 months yang lalu by Dalpahandayani.
-
PenulisTulisan-tulisan
-
-
6 Oktober 2016 pada 2:20 am #128623carijodohPeserta
Lomba Cerbung Misteri
Judul : MIANO DA MOUSO MATANO
Genre: Adventure, Mystery, Thriller
Penulis: @Carijodoh
Catatan: Cerita ini hanya fiksi belaka.
.
Bagian 3. Kemunculan Pertama
.
Kami berhasil mencapai lokasi pertama saat matahari mulai tergelincir. Mendirikan tenda, mencari kayu bakar dan memantik api unggun sudah menjadi agenda utama. Lagi-lagi Bar protein menjadi satu-satunya hidangan yang kami makan karena seharian kami terlalu fokus untuk mencapai lokasi ini sehingga tidak sempat mencari hasil alam untuk dimakan, dan esok kami masih harus berjalan menyusuri hutan untuk mencapai lokasi strategis penelitian sesuai keinginan Prof. Turnbull. Tanpa banyak mengobrol dan berdiskusi, malam itu kami habiskan untuk beristirahat. Benar-benar beristirahat.
***
Bertahun-tahun dibawah pengawasan Prof.Adiyaksa ternyata tidak ada bandingannya sama sekali dengan bekerja dibawah pengawasan Prof.Turnbull. Tampilannya memang ramah, tidak jarang senyum disunggingkannya, dan lebih perhatian mengenai perasaan orang-orang disekitarnya. Tetapi rumor bukanlah sekedar rumor, rumor-rumor yang sebelumnya pernah kudengar tentang Prof.Turnbull ini benar sekali adanya, beliau lebih ‘GILA’ dibandingkan Prof.Adi. Jika Prof.Adi cinta mati pada jasad renik dan kawan-kawannya, maka Prof.Turnbull tergila-gila cinta hidup dan mati pada fosil-fosil, jika belum dapat maka ia akan terus masuk kedalam, jika didalam belum dapat dia akan terus sampai ke ujung. Terus-terusan mendorong diri sampai batas maksimal.
Seperti hari ini, kami masuk kedalam gua, dan ternyata kami menemukan tengkorak-tengkorak manusia yang terkumpul rapih disana. Jelas saja Tim Turnbull senang sekali menemukan semua itu. Seperti mendapat durian runtuh, mereka segera melakukan serangkaian proses apapun yang mereka butuhkan.
Saat mereka meributkan tengkorak-tengkorak itu, aku lebih memilih berjalan masuk lebih dalam untuk mengecek kondisi gua. Dengan hati-hati sekali aku berjalan dan hanya berbekalkan senter. Rencananya aku akan mengambil sampel setelah mereka selesai.
“Jangan terlalu jauh.” Sean, laki-laki itu mengagetkanku karena tiba-tiba saja dia sudah ada persis disamping. “Sebentar lagi kami selesai.”
Selama berhari-hari kami seperti kehilangan arah, kesana kemari dan kembali dengan tangan kosong sampai akhirnya hari ini kami bisa pulang lebih awal untuk treatment hasil pencarian kami.
***
Jadwal hari ini adalah libur, setelah hari-hari penuh kerja keras, akhirnya Prof.Turnbull diberikan pencerahan oleh Tuhan bahwa kami semua sangat membutuhkan istirahat.
Aku, Shawn dan Melissa memilih menghabiskan waktu dengan membersihkan diri dibawah guyuran air terjun. Sedangkan Edward dan Jacob memilih tinggal ditenda. Sementara Sean sudah menghilang sejak pagi entah kemana dan Prof. Turnbull pergi mencari entah apapun yang dicarinya. Lelaki tua itu memang tak pernah lelah sepertinya.
“Apa kamu memiliki pemikiran yang sama denganku mengenai tengkorak-tengkorak itu?” Tanya Shawn pada Melissa.
Melissa mengangguk, terlihat sedikit ragu, “Jika memang pemikiran kita benar, maka itu adalah tanda bahwa mereka benar-benar ada.” Melissa mengusap wajahnya frustasi. “The green benar-benar ada.” Bisik Melissa.
“Kalau aku boleh tahu, memang hasil penelitian kalian kemarin bagaimana sampai kalian menyimpulkan seperti itu?” Tanyaku penasaran.
Shawn mendekat dan duduk disampingku, diatas batu. “Dilihat dari visual sampel yang kami ambil, beberapa diantaranya sudah berumur sekitar 5-6 tahun. Kami masih mencoba menyusun-nyusunnya. Tapi anehnya satu bagian dengan bagian lainnya tidak sesuai.” Mendengar penjelasan itu membuatku menelan ludah. Tengkorak yang baru berumur 5-6 tahun?
“Apakah Prof.Turnbull pernah bercerita tentang perjalanan beliau sebelumnya pada kalian, cerita secara rinci?”.
Shawn mendengus, terlihat kesal. “Tidak detail, hanya point-point pentingnya saja.”
“Apakah Prof. Pernah menyebutkan tentang pertemuan beliau dengan…” lagi-lagi aku menelan ludah dengan susah payah, lalu berbisik, “…the green?“.
“Belum, beliau mengatakan pada kami kalau beliau belum bertemu mereka secara langsung.” Jelas Melissa. “Dan sekarang, setelah menemukan tengkorak-tengkorak itu, aku tahu kenapa beliau begitu terobsesi pada pulau ini dan manusia didalamnya”.
“Jadi, kemungkinan besar tengkorak-tengkorak yang kalian temukan itu adalah milik the green?”
“Ya, kemungkinan besar milik the green. Sesuai sejarahnya, mereka adalah kaukasoid, tulang-belulang itu sebagai buktinya.” Jelas Shawn.”Mari kita berdoa agar mereka tak menampakkan diri sampai akhir.” Sambung Shawn sambil menepuk-nepuk pundakku lalu kembali masuk kedalam air.
“Apa kalian sudah selesai? Karena aku sudah kedinginan dan kelaparan, aku akan kembali ke tenda saja”.
“Kurasa aku masih ingin disini.” Jawab Melissa. “Kalian kembali saja duluan.”
“Aku juga masih ingin disini, apa tidak apa-apa jika kau pulang ke tenda sendirian?” Shawn jelas-jelas terlihat ingin berdua saja dengan Melissa, sejak awal aku curiga dia memiliki perasaan tertentu pada gadis pendiam itu.
Aku tersenyum mengejek yang hanya dibalas oleh cengiran Shawn. “Tenang saja, aku sudah hafal jalan kembali ke tenda, aku duluan ya.”
Aku menyusuri jalan setapak yang biasa kami pakai untuk pulang pergi ke air terjun sambil melihat-lihat, siapa tahu ada buah ranum yang bisa dipetik dari hutan. Hingga akhirnya aku melihat jeruk nipis liar yang sudah menguning, aku mengambil satu persatu jeruk yang terjangkau oleh tangan sebelum akhirnya aku mendengar suara gemerisik dedaunan dan suara-suara… manusia.
Aku melupakan jeruk-jeruk itu dan mulai melangkah mengikuti arah datangnya suara aneh yang terus terdengar. Semakin jauh aku melangkah, semakin jelas terdengar suaranya. Sambil bersembunyi dibalik pohon, aku mendengar geraman manusia, geraman-geraman yang saling bersahutan. Ada lebih dari satu orang disana.
Kakiku lemas dan tubuhku gemetar, apakah aku harus terus melangkah ke depan atau kembali ke tenda?
Bagai buah terlarang disurga yang tak boleh dimakan tetapi menggoda, aku merasakan hal yang sama yang dirasakan oleh hawa. Aku tahu sangat beresiko jika melanjutkan perjalanan kedepan, tetapi godaan untuk mencari tahu begitu kuat.
“Arrghh!!!” Suara teriakan laki-laki itu mengagetkanku, membuatku semakin terdorong untuk bergerak kedepan sambil mengendap-endap.
Sangat pelan-pelan sekali aku menyingkirkan semak yang menghalangiku hingga aku melihat dua orang manusia berbadan besar khas kaukasia tanpa pakaian dibawah pohon sambil…
WHAT THE!
Aku menyumpah serapah dengan keras sampai dua manusia itu menghentikan aktifitasnya dan menoleh ke arahku.
“Apa yang kalian lakukan!”
“Dan apa yang kamu lakukan disana! Pergi!” Marah Edward tanpa melepaskan Jacob.
Mendengar bentakan dan amukan itu membuatku langsung berbalik kesal. Sial! Ternyata mereka homo. Untung saja aku tidak tertarik. Bisa-bisanya mereka iya-iya ditengah hutan begini!
Aku berjalan cepat kembali ke tenda sambil terus mengomel, bagaimana bisa tadi aku berfikir akan bertemu dengan the green disana, padahal itu hanyalah dua manusia yang tidak bisa menahan diri.
“Adriana, kamu darimana dulu? Kenapa baru sampai?” Tanya Melissa cemas.
Ternyata aku telah membuang banyak waktuku hanya untuk ketakutan pada hal yang bodoh. Seharusnya aku tidak mudah ketakutan pada sesuatu yang belum pasti. Bodoh sekali aku ini! Melissa dan Shawn saja sudah sampai ditenda terlebih dahulu.
“Ah, aku tadi menemukan jeruk nipis liar.” Jawabku.
“Oh, apakah kamu mengambilnya?”
“Aku mengambil beberapa untuk kita.” Kataku sambil menunjukkan jeruk nipis yang sebelumnya sempat kusimpan didalam tas perlengkapan mandi.
***
Satu jam kemudian Edward dan Jacob kembali ke tenda untuk makan siang, setelah itu kami memutuskan untuk mencari apapun yang bisa dimakan didalam hutan karena kami sudah sangat bosan dengan Bar protein.
Setelah berpencar beberapa saat, akhirnya aku menemukan pepaya ranum yang bergelayutan dipohon yang cukup tinggi. Karena tidak ada alat yang bisa digunakan untuk mengambil pepaya itu dan sadar diri dengan kemampuan tubuhku yang tidak akan bisa mencapai pepaya, akhirnya aku kembali ke tenda hanya untuk menemukan Edward dan Jacob tersenyum-senyum satu sama lain. Gah!
“Adakah yang bisa membantuku mengambil pepaya? Aku tidak bisa mengambilnya karena terlalu tinggi.”
“Cih, bocah! Makanya minum susu biar tinggi.” Ejek Edward.
“Kalau kamu tidak mau membantu, jangan banyak bicara, Eddy!” Cibirku, “Ayo Jacob, bantu aku. Ada banyak pepaya yang bisa kita panen!” Ajakku penuh semangat.
“Tidak!” Seru Edward. “Kamu disini saja, biar aku yang membantu si cebol ini!”
“Kalau aku cebol, maka kamu raksasa!”
“Cebol!”
“Raksasa!”
“Hey, kalau kalian terus bertengkar seperti itu biar aku saja yang mengambil pepayanya.”
“No, babe, aku saja!” Kata Edward pada Jacob. “Ayo tunjukkan dimana pepayanya!”
“Cemburu?” Tanyaku saat kami sudah berdua dibawah pohon pepaya. “Cemburu kalau Jacob terlihat dekat denganku?”
“Cemburu? Padamu? Kamu itu dilihat dari ujung kepala sampai kaki pun tidak akan menarik minat Jacob!”
“Terus kenapa sejak awal kamu selalu sinis padaku?” Suaraku hampir terdengar seperti merengek.
“Ini pepaya-pepaya yang kamu inginkan. Ada lagi?” Tanya Edward malas-malasan sambil menyerahkan beberapa buah pepaya ditanganku.
“Kamu belum menjawab pertanyaanku.”
“Karena kamu menyakiti kekasih super sexy mu itu di Bandara, kamu itu hanya wanita jalang yang suka mempermainkan perasaan laki-laki, ‘kan?”
“Apa? Kamu tidak tahu apa yang terjadi sesungguhnya, kamu tidak berhak menilaiku hanya dengan melihat dari jauh seperti itu!” Aku mendorong Edward dengan keras hingga dia terhuyung lalu berlari menjauh secepat mungkin.
“Ada apa? Kalian bertengkar lagi?” Tanya Shawn yang berdiri disamping Melissa, mereka pasti melihat pertengkaran kami. Aku mengabaikan mereka dan terus berlari kemanapun asal menjauh dari semuanya.
Sepanjang siang aku menghabiskan waktuku untuk menangis di area bebatuan air terjun. Aku tidak menyangka kalau pandangan Edward bisa serendah itu hanya karena melihat pertengkaranku dengan Paris padahal dia tidak tahu apa-apa. Sedikitpun tidak tahu.
Aku memutuskan untuk kembali ke tenda setelah tenang, menengok malas pada pepaya yang ada dipelukanku sejak tadi. Hari libur yang harusnya menyenangkan malah menjadi menyebalkan.
“ARGH!!!” Teriakan nyaring seorang wanita terdengar jelas. Jelas-jelas itu bukanlah sejenis suara teriakan yang sebelumnya kudengar. Suara itu adalah suara teriakan orang terkejut dan ketakutan.
“Melissa?” gumamku karena suara teriakan itu mirip dengan suara Melissa. Aku berlari mencari arah suara tersebut hingga akhirnya aku menemukan Melissa, Jacob dan Shawn berdiri sambil memandang sesuatu dengan ngeri dan ketakutan.
“Hey ada apa?” tanyaku sambil berlari mendekat, hingga akhirnya mataku menangkap sesosok tubuh yang kukenali. “Edward!!!”
Disana, tidak jauh dari pohon pepaya tempatku meninggalkan Edward, terbaring tubuh yang tercabik-cabik, pakaiannya sudah terlepas dan bertebaran, perutnya robek dan terbuka lebar, seseorang atau… sesuatu menyerang Edward dengan sadis.
Isi perut Edward berhamburan keluar sementara bagian tubuh Edward lainnya dipotong-potong untuk diambil dagingnya. Sesuatu telah memakan badan Edward!
“Bagaimana bisa?” seruku tak percaya.
Tidak ada satupun diantara kami yang berani mendekat, sampai akhirnya aku mendengar suara Prof.Turnbull dari kejauhan dan Sean tiba-tiba berdiri disampingku.
***
Aku terbangun ketika hari sudah gelap, Melissa bilang aku pingsan karena terlalu shock, sementara itu Edward sudah di evakuasi oleh mereka dan rencananya akan dikebumikan besok pagi saat matahari sudah terbit.
Kami semua berkumpul mengelilingi Api unggun, tidak ada satupun yang membuka mulut untuk memulai pembicaraan setelah masing-masing dari kami menceritakan kejadian sore itu versi masing-masing.
Kesimpulan dari semua cerita itu adalah Aku meminta tolong pada Edward untuk memetik pepaya, sebelum berangkat memetik, Jacob menyaksikan pertengkaranku dengan Edward, dan setelah itu Melissa dan Shawn menyaksikan pertengkaranku dengan Edward saat memetik pepaya, lalu aku pergi sambil menangis dan sepanjang siang aku menghilang. Edward yang merasa bersalah pergi untuk menyusulku sampai pada akhirnya beberapa jam kemudian Jacob, Shawn dan Melissa menyusul kami berdua untuk rapat sore hari bersama Prof.Turnbull yang baru saja kembali.
“Jadi, maksud kalian, aku yang melakukan hal keji itu pada Edward?” seruku tak percaya karena semua seolah memojokkanku, “Bisa saja hal itu dilakukan oleh binatang buas di hutan ini atau… the green, ‘kan?”
“Hanya kamu yang memiliki masalah dengan Edward disini!” tuduh Jacob.
“Aku masih waras ya, tidak mungkin aku membunuh Edward sekeji itu hanya karena pertengkaran kecil kami!”
“Lalu ini apa!?” Jacob berteriak marah sambil melempar sebuah plastik kearahku, saat plastik itu terjatuh tepat didepanku, aku melihat sebuah pisau lipat yang kukenal dengan baik. Itu pisau lipatku! Pisau yang biasanya kugunakan untuk memotong ikan dan buah itu berlumuran darah. “Ini pisaumu kan? Jelaskan pada kami, bagaimana pisau ini berlumuran darah dan ada disamping tubuh Edward?”
“A…aku tidak tahu. Bagaimana bisa pisau ini..”
“Kenapa kamu begitu tega pada Edward.” Jacob berteriak dan menangis, membuat Shawn berdiri dan menenangkannya.
“Jacob, belum tentu Adriana yang melakukannya, mungkin saja binatang buas yang menyerang Edward.” Kata Shawn sambil menenangkan Jacob.
“Kalian buta? Dia menghilang sepanjang siang karena bertengkar dengan Edward, siapa tahu selama menghilang dia melakukan semua hal keji itu pada Edward, pisau itu buktinya, mana mungkin binatang buas memiliki pisau lipat itu!”
“Adriana, katakan yang sejujurnya, apakah kamu pemilik pisau itu?” tanya Prof. Turnbull, suaranya terdengar bijaksana.
“Pisau itu memang millikku. Tapi aku tidak menggunakannya seharian ini. Pisau itu kusimpan didalam Tas carrier.” Jelasku. “Mey dan Shawn tahu kok kalau aku tidak membawa pisau itu seharian ini, Prof.”
“Bisa saja kamu menyembunyikannya didalam pakaianmu!” tuduh Jacob.
Aku menoleh pada Melissa dan Shawn, tapi mereka tertunduk dan tidak berkata apa-apa. “Kalian benar-benar berfikir aku yang membunuh Edward?”
“Prof, saya fikir lebih baik kita lanjutkan pembicaraan ini besok. Semua orang sedang sensitif dan kita tidak memiliki cukup bukti untuk hal ini.” Sean yang sejak tadi diam akhirnya angkat bicara, dengan nada tenangnya si mata biru itu melanjutkan, “Hari sudah larut dan besok pagi-pagi kita harus mengebumikan Edward. ”
“Benar kata Sean, lebih baik semua masuk ke tenda masing-masing dan beristirahat. Kita lanjutkan lagi besok.” Putus Prof.Turnbull.
***
Tidurku tidak nyenyak, berguling gelisah kesana kemari. Sampai dini hari ini Melissa tidak kembali ke tenda kami. Sebelumnya aku mendengar bisikan Jacob pada Melissa bahwa lebih baik Melissa tidur di tendanya, dan itu langsung disetujui oleh Shawn. Mereka benar-benar berfikir bahwa akulah yang melakukan itu pada Edward. Aku tidak tahu harus bagaimana lagi menjelaskan dan meyakinkan mereka kalau bukan aku pelakunya. Tidak pernah sebersitpun terlintas dalam fikiranku untuk membunuh orang lain.
Sreeeek Sreeeek Sreeeek
Tiba-tiba terdengar suara gesekan-gesekan tanah, plastik dan suara kecapan-kecapan samar. “Edward?” gumamku. Aku menajamkan pendengaranku dan semakin jelas menangkap suara kecapan-kecapan seperti seseorang yang sedang memakan sesuatu dari arah hutan dibelakang tenda tempat mayat Edward disimpan.
Lihat. Tidak. Lihat. Tidak. Lihat. Tidak. Lihat. Tidak.
Bagai mantra yang dirapal dalam hati aku terus mengulang-ulang dua kata itu selama berapa lama sampai aku mendengar suara tulang yang dipatahkan. Jantungku berdebar begitu keras, dengan sedikit tergesa-gesa aku keluar dari tenda membawa senter. Diluar, api unggun sudah mati dan suasana hening tidak ada siapapun, semua masih tertidur lelap.
Mengikuti arah suara yang datang aku mencoba menelusuri dengan bantuan senter kecil, semakin aku berjalan semakin aku mendengar jelas suara kecapan-kecapan itu, suara robekan, suara patahan dan bau darah menguar begitu kuat, mengalahkan harum embun dini hari.
Saat merasa sudah dekat dengan sumber suara, aku melangkah sangat pelan,mengendap-endap bersembunyi dibalik pohon, sampai enterku menyorot sesosok berjubah hitam sedang berlutut disamping plastik tempat Edward disimpan, bercak darah dimana-mana dan tulang belulang bertebaran. Sosok itu berbalik dengan gerakan yang sangat cepat dan matanya menemukanku dibalik pohon, membuatku terkesiap dan tidak sengaja menjatuhkan senter, “Hah!” jeritanku tertahan karena kedua tanganku bergerak menutup mulut. Mata sosok berjubah dan bertudung hitam dalam kegelapan itu menatap mataku. MATA HIJAU YANG MENYALA.
Miano da mouso matano.
Tubuhku menegang, tanganku gemetaran, sulit sekali rasanya untuk bergerak, dan suasana berubah menjadi begitu dingin.
“Lari! Lari, Adriana! Lari!” akal sehatku terus menjeritkan kata-kata itu tapi aku tidak mampu bergerak.
Suara gerakan sosok itu terdengar mendekat, matanya semakin tajam menghujamku.
“LARI ADRIANA!!!” Jerit akal sehatku, lalu entah kekuatan darimana aku mulai berbalik dan berlari secepat mungkin, mengabaikan kegelapan dan bergantung pada bantuan cahaya bulan aku terus berlari, menghindari semak dan pohon semampuku.
Miano da mouso matano
The Green
Mereka ada, mereka ada disini!
Selanjutnya…
***
Uwaaaaa… ini udh masuk bagian darah2nya!
dan ternyata pusing bikin cerita beginiaaaan ckkckc
maafkan kalau ga okeeeeeeee
buat yang baca ditunggu kritik saran dan apapun itunyaaa , hihi
.
Cheers woot woot,
CJ
-
6 Oktober 2016 pada 10:31 am #129724oncomYoyoyPeserta
masih bersambung :DORONG
sambel ada beberapa istilah yg bisa dijelaskan, mungkin dijadikan catatan kaki atau langsung di jelaskan dlm ceritanya , eh apa ku yg kurang merhatiin? :bearbertanya hahahah
‘renik’ misalnya, walau para pembaca udh pd pintar, tp ada baiknya jg kalau dijelaskan :MAWARR
eh tp terserah gehh @carijodoh :HULAHULA
-
6 Oktober 2016 pada 12:26 pm #130070carijodohPeserta
@oncomyoyoy Iyaaaaaa masih bersambung. Mau dibikin pendek tp nanti adventure nya ga kebagiaaaaaan huhu
Sabar ya, satu aatau dua chapter lagi.
Wokeyyy, terimakasih infonyaaaaa, nanti kubuat catatan kaki disinih.bisa tolong disebutkan apa ajah catatan kaki yg dibutuhkan?
Yg jelas jangan catatan kaki ayam yaaaaaaaaaa kwkwkw *kaboooor :aaaKaboor
btw oncom diriku sudah bkin catatan kaki di dua chapter sebelumnya, chapter yang ini bingung mw bkin catatan kaki apaa, hihihi
-
7 Oktober 2016 pada 9:59 am #134430nona_porbaPeserta
@carijodoh ceritanya menarik, bikin aq penasaran euy…
bakalan menang nih…! kalau dapet sendal bagi atu yaa wkwkwk :IMUT
-
7 Oktober 2016 pada 9:48 pm #137353SeeYouPeserta
Yuuuhuuu CJ mau tanya sih, bar protein itu apa sih? Aduh sera gak paham ini :PEDIHH over all sera suka, tatabahasanya bagus, sudut pandang oke, :inlovebabe
terus di lanjut oke… Sera menunggu kelanjutannya…. :dragonmintacium -
8 Oktober 2016 pada 4:58 am #138572carijodohPeserta
@nona_porba uyeeee terimakasih sudah mampir :KISSYOU
ditunggu ya kelanjutannya masih editing, hehehe
kalo satunya buat nona, berarti kita sebelahan dong, CJ kanan kamu kiri yakkkk kwkwkw *kabooorr :aaaKaboor
@SeraYukiko Hai hai, terimakasih yahhh sudah mampiiiirrr :inlovebabetentang Bar Protein itu akan CJ jelaskan di bagian selanjutnya yakkk, sip? hehhee
bagian selanjutnya masih di edit nih, hari ini kalau beres langsung di upload semua. :MAWARR
-
8 Oktober 2016 pada 8:55 am #139533SeeYouPeserta
Siap CJ, makasih loh mau jelasin sera beneran gak tau soalnya… Hahaha :ngambeknih ehh itu si ganteng mata biru boleh titip salam gak yah, sekalian cium pipinya juga dong… :PELUKRINDU kan sama kayak sera, matanya biru.. Mungkin itu tanda jodoh… :dragonmintacium :dragonmintacium
-
9 Oktober 2016 pada 2:46 am #143677carijodohPeserta
@Serayukiko samasamaa, itu penjelasaanya sudah ada di bagian 4 yaah, semoga penjelasannya memuaskan. :KISSYOU
beneran nih mau nitip salam dan cium sama si mata biru? boleh boleh nanti cj sampaikan hihihi :KETAWAJAHADD
-
27 Oktober 2016 pada 7:31 am #226751farahzamani5Peserta
Nahh mulai mual deh di part ini
Aduhhhh, eneg jdi ny dah ada adegan makan2 daging
Alurny enak, pas gtu ka, ga kecepetan ga kelamaan
Lanjut dah ke part berikutny
Semangat semangat semangat -
27 November 2016 pada 2:40 pm #302145DalpahandayaniPeserta
Makin penasaran
-
-
PenulisTulisan-tulisan
- Anda harus log masuk untuk membalas topik ini.