Baca Novel Bagus Gratis Sampai Tamat › Forum › Forum Kepenulisan › LOMBA CERBUNG MISTERI (MENCARI DEWI PART 2)
- This topic has 5 balasan, 3 suara, and was last updated 8 years, 1 months yang lalu by Andyan21.
-
PenulisTulisan-tulisan
-
-
4 Oktober 2016 pada 5:22 pm #123211Andyan21Peserta
MENCARI DEWI
PART II
PETUNJUK
Silau cahaya menembus indra penglihatanku. Kukerjapkan mataku perlahan.
Satu pertanyaan yang muncul dibenakku.
Dimana aku.
Ini seperti sebuah ruangan. Tepatnya ruang kesehatan.
“Kau sudah sadar?” Tanya seseorang padaku. Ternyata aku tidak sendirian di ruangan ini.
Bodoh. Pertanyaan macam apa itu? Sudah tahu aku sudah sadar. Kenapa harus ditanyakan pula. Oh iya! Tentu saja itu hanya basa basi.
“Y-ya” jawabku lemah.
Ternyata yang menanyakan pertanyaan tadi adalah Riyan.
“Kenapa aku bisa ada disini? Dan kenapa pula kalian berada disini” tanyaku kemudian ketika menyadari bahwa ada kira kira 6 orang diruangan ini. Kinta, Sofie, Lina, Riyan, Doni, dan aku.
Mereka saling berpandangan, sampai akhirnya Ryan yang berusaha menjelaskan kepadaku.
“Tadi Kinta dan Sofie melihatmu berlarian seperti orang gila dari arah kamar mereka sampai kemudian berhenti di ruang keperawatan, lalu”
“Tunggu.. Tunggu..” Potongku. “Aku tidak merasa berlari, oke aku memang berlarian tapi tidak dari arah kamar mereka. Dan berhenti di lab keperawatan. Hey jaraknya jauh sekali aku tidak mungkin kuat berlarian sejauh itu” protesku.
Benarkan? Perasaan aku tadi berlarian dari kamarku dan berhenti terakhir dikamar Davian.
“Davian? Ah ya tadi terakhir aku berhenti dikamarnya si Vian.”
Mereka kembali saling berpandangan sembari mengerutkan kening pertanda bingung.
“Sungguh, kami tidak mengerti dengan apa yang kau bicarakan Giya.” Kali ini Kinta yang menjelaskan.
“Maksudmu?” Tanyaku heran.
“Yasudahlah itu semua tidak penting sekarang. Yang penting sekarang kau baik baik saja. Karena tadi sebelum pingsan kau menjerit jerit sampai satu kampus bisa mendengarnya.” Kinta menarik nafas sebentar kemudian melanjutkan. “Kau menangis histeris sambil memanggil nama Dewi.”
Maksudnya apa sih? Aku tidak mengerti sama sekali. “Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan Kinta. Yang aku ingat, waktu tengah malam aku memang berlarian karena aku melihat. Astaga” tiba tiba muncul sosok menyeramkan Dewi dalam ingatanku.
“Kenapa?” Tanya Riyan.
“Aku. Aku memang melihat sosok Dewi yang menyeramkan di kamarku tadi malam”
“Aku juga” kali ini Lina yang berbicara “entah itu hanya bayanganku saja atau bukan, tapi aku seperti melihatnya di dekat lokernya.” Kemudian dia memeluk Sofie yang berdiri tak jauh darinya. Sementara Kinta juga hanya terdiam seperti sedang memikirkan sesuatu.
Kami semua terdiam. Sibuk dengan fikiran masing masing.
Riyan juga terlihat berdiri dengan wajah lelahnya. Terlihat sekali dia sangat memikirkan permasalahan ini. Ku kira tadinya dia akan bersikap tenang saja mengingat hubungannya dengan Dewi baru seumur jagung berbeda dengan Doni yang sudah berpacaran lebih dari 2 tahun.
Kulihat Doni juga tengah berdiri tak jauh dari Riyan. Dia juga seperti sedang berkutat dengan pikirannya sendiri. Namun berbeda dengan Riyan, Doni berdiri dengan memasang wajah tegang. Aneh sekali.
Ya, aku juga tidak mengerti dengan hubungan antara Dewi, Riyan, dan Doni ini. Setauku Riyan dan Doni bersahabat dekat sekali. Ini juga semua orang bisa melihatnya. Tapi semenjak 3 bulan yang lalu persahabatan mereka merenggang karena Dewi yang baru memutuskan Doni tiba tiba sudah berpacarann dengan Riyan.
Berdasarkan analisaku sepertinya Doni belum rela diputuskan oleh Dewi demi Riyan. Dia yang dulunya sangat humoris berubah menjadi pendiam. Dia seperti tak bisa berada dekat dengan Riyan dan Dewi.
Kenapa aku tahu?
Karena aku adalah sosok gadis pendiam dan penyendiri yang suka memperhatikan sekelilingku. Aku suka melihat berbagai ekspresi dan emosi seseorang. Namun hanya sebatas memperhatikan saja. Itulah sebabnya aku selalu tahu tentang mereka yang terkenal di kampusku.
“Kau sudah sadar Giya?” tiba tiba dokter Indah, dokter jaga di kampusku datang menghampiriku.
“Maaf ya tadi Mbak keluar sebentar.” Kemudian dia mulai mendekatiku. “Kita periksa dulu keadaan umummu ya. Yang pria bisa keluar sebentar?”
Mereka mengangguk patuh kemudian keluar ruangan. Menyisakan aku, dr.Indah, dan si bertiga.
“Bagaimana perasaanmu sudah lebih baik?”
Aku mengangguk mengiyakan.
“Apa kau merasa pusing? Kau pingsan lebih dari dua jam. Apa yang dirasakan saat ini?”
“tidak pusing Mbak, hanya sedikit sakit di tenggorokan”
Dr.Indah mulai memeriksaku menggunakan stetoskopnya. Ugh! Semoga saja itu masih steril.
“tidak apa apa Giya, kau hanya perlu istirahat yang cukup, untuk tenggorokanmu cukup makan vit c dan dexa saja karena kemungkinan kau terkena radang. Sudah ya Mbak tinggal dulu. Yang lainnya mari.” Kemudian dia keluar dari ruangan ini.
Hening.
“oh iya. Aku masih merasa aneh kenapa kalian berada disini? Emm maksudku kita kan tidak dekat jadi ya aku merasa sedikit aneh gimana ya?”
Mereka saling berpandangan , sampai kemudian Kinta yang berusaha menjelaskan.
“ini semua ada hubungannya dengan hilangnya Dewi”
“Maksudnya?”
“Jadi begini, tadi malam kau tiba tiba saja menjerit ketika di dalam kelas, kemudian-“
‘’ aku merasa tidak melakukannya.”
“Baiklah mungkin versi kita berbeda, tapi ini dari yang semua anak lihat ya. Jadi bisa kau dengarkan saja dulu penjelasan kami?”
Aku mengangguk.
“Sof, tolong panggilkan Doni dan Riyan supaya ini semua jelas.”
Doni dan Riyan masuk ke ruangan.
“Sudah kau jelaskan Kin?”
“Belum”
“Biar aku saja kalau begitu.”
Riyan melirikku sebentar, kemudian mulai menjelaskan.
“jadi begini Gi, waktu itu kau berlarian sambil menjeritkan nama Dewi, membuat kami semua meyakini bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Kau berlari dari arah kamar Kinta menuju lab keperawatan. Lalu ketika aku dan yang lain ingin menghampirimu, kau berlari lagi sampai berhenti di kamar Lina dan Dewi. Menurutku ini semua ada janggal.”
“iya Gi, karena tiba tiba kau menggedor pintu kamarku kemudian menangis histeris” sambung Lina.
“begitu kah? Tapi dalam bayanganku, aku sedang berada di kamarku tengah malam, malihat sosok Dewi, kemudian berlari dan berhenti di kamar Davian.”
“Aneh!”
“Ya memang”
Kami semua kembali terdiam.
“lalu, kenapa kau bisa menyimpulkan bahwa semua ini ada hubungannya dengan Dewi?” Tanyaku pada Riyan.
“Ya, seperti yang kukatakan sebelumnya, semua ini seperti ada yang janggal. Kau kan yang melihat sosok Dewi pada saat itu, mungkin saja dia menghantuimu untuk meminta bantuan.”
Aku juga sempat memikirkan tentang hal itu, hanya saja semua ini tidak masuk akal. Lagi pun aku juga tak terlalu mempercayai hal hal berbau mistik seperti itu.
Benarkah? Bukankah semalam kau melihat sendiri buktinya?
Ah sudahlah.
“Ini semua tidak masuk akal menurutku. Kenapa kau yakin sekali tentang hal ini?”
“Karena aku juga mengalaminya Giya”. Kali ini Lina yang menjawab
Dia melepaskan pelukan Sofie kemudian berdiri di samping ranjang pasien tempatku berbaring.
Aku pun segera mengubah posisiku menjadi bersandar pada kepala ranjang.
“Semenjak Dewi menghilang, hidupku jadi tak tenang. Setiap hari kulalu hariku dengan perasaan waswas. Saat malam pun aku sulit tidur sampai harus minum obat tidur. Itu semua karena rasa takutku juga rasa bersalahku padanya. Aku selalu merasa bayangan Dewi selalu membayangiku kemana mana. Setiap melihat warna hitam juga seperti ada sesuatu yang aneh. Aku takut orang berjubah hitam itu datang kemudian mengincarku.” Jelasnya.
Berlebihan sekali rasa takutnya itu. Sungguh tidak wajar. Boleh saja dia merasa ketakutan. Namun, Dia juga kan tidak melihatnya secara langsung. Tapi dari reaksinya, dia seperti mempunyai rahasia tentang sesuatu yang hanya diketahuinya. Lagi pun tadi dia berkata ‘rasa bersalah’ kan? Mungkin saja sebelum Dewi menghilang dia telah melakukan sesuatu? Entahlah, ini kan hanya analisaku.
“Aku juga mengalaminya”Kinta pun ikut memberikan keterangannya.
“Pertama kali aku merasakan ada sesuatu yang janggal itu ketika sedang latihan renang untuk olimpiade. Kita semua pasti tahu kalau Dewi seorang perenang yang hebat, ya ku akui bisa dibilang dia sainganku. Saat itu aku merasa sudah berada di posisi depan, tapi ternyata di depanku ada seseorang yang mendahuluiku. Aku pun terus berusaha mengejarnya. Tapi anehnya dia seolah tak tergapai. Sampai akhirnya aku sampai ke garis finish, ternyata aku yang pertama dan tercepat. Aneh sekali kan? Saat kuperhatikan lagi, ternyata orang yang didepanku tadi berenang di tempat Dewi biasa berenanng. Masih banyak lagi kejadian lainnya. Terakhir aku merasa ada yang mengikutiku, dan pada saat aku akan tidur, di kasurku terdapat sebuah gelang yang ku yakini sebagai hadiah dariku untuknya”
Begitu. Ya memang seharusnya Dewilah yang seharusnya mengikuti olimpiade renang itu. Tapi karena ada kejadian ini, Kintalah yang ditunjuk untuk menggantikannya.
Dan tentang gelang itu, memang sedikit aneh.
“Bisa kau tunjukan gelang itu? Mungkin saja kan itu hanya khayalannmu saja.” Kataku.
“Ini. Aku selalu membawanya kemana mana”. Kinta mengeluarkan gelang cantik itu dari dalam tasnya.
“Kau yakin ini gelang yang sama?”
“Sangat. Karena gelang ini dibuat khusus dan hanya di buat satu satunyaa”
WOW. Aku tahu Kinta tak mungkin memberi hadiah yang biasaa saja.
“Lalu yang lainnya?” Tanyaku lagi.
“Aku sih tidak mengalami hal aneh seperti mereka” kilah Sofie.
“Itu karena kau tidak dekat dengannya” ledek Kinta.
“Bukan begitu, hanya saja kalian itu terlalu parno dan berlebihan”
“Tapi-”
“Sudahlah!” Potong Doni “aku juga sama seperti Sofie, tidak mengalami hal yang aneh.
Bohong sekali.
“Lalu kenapa kalian disini?” Tanya Riyan.
“Ya karena Dewi juga kan temanku” jawab Sofie.
Kini kami semua melihat ke arah Doni.
Doni menaikkan sebelah alisnya. “Apa? Ck! Aku tadi berada di dekat asrama putri. Melihatmu pingsan. Karena tidak ada laki laki lain ya terpaksa membawa tubuh kurusmu itu kesini” jelasnya acuh.
Jahat sekali kata katanya. Apa? berarti dia tadi menyentuhku? Aku harus ingat untuk segera mandi nanti.
“Untuk apa kau masih disini?” Tanyaku ketus.
Dia hanya mengangkat bahu cuek. Kemudian pergi keluar dari ruangan ini.
“Kenapa dia jadi tidak pedulian begitu sih” gerutu Lina.
“Sudahlah jangan di pikirkan.” Ucap Riyan. ” Yang harus kita pikirkan adalah rencana kita setelah ini apa.”
“Rencana? Mencari Dewi? Untuk apa? lagi pula sudah ada polisi yang menangani kasus ini. Bahkan keluarganya pun akan menyewa detektif”. Protesku.
“Iya. Hanya saja aku merasa Dewi lebih menginginkan untuk ditemukan oleh kita.”
“Aku setuju dengan Riyan. Aku tak sanggup kalau harus hidup dengan terbayangi Dewi” Kinta
“Aku juga tidak mau hidup dengan rasa takut dan waswasku ini” Lina
“Kalo aku sih ikut mereka” Sofie.
Aku jadi bingung sendiri. Kalau dipikir pikir untuk apa aku ikut mereka. Lagipula aku merasa ini bukan tanggung jawabku. Toh kalau memang Dewi sudah mati, itu sama sekali bukan urusanku. Benar bukan?Aku tidak mau terlibat masalah tidak jelas hanya karena diriku di tempatkan diposisi orang yang kebetulan melihat sosok Dewi kala itu. Lebih baik aku melanjutkan hidupku dan menganggap kejadian semalam hanya sebagai angin lalu.
“Tidaak!” Ucapku yakin “aku tidak mau terlibat lebih jauh lagi. Terserah saja kalian mau melakukan hal bodoh apa, aku tidak pedulii.”
“Kau yakin?” tanya Riyan seperti meyakinkan.
“Ya! Amat sangat yakin”
“Tapi, apa kau-”
“Stop! Aku tidak mau mendengar alasan lain. Keputusanku sudah bulat. Sekarang ku harap kalian keluar karena aku ingin beristirahat.”
“Aku benar benar tidak mengerti dengan jalan pikiranmu itu Giya, bukankah dengan mencari sebuah kebenaran semua hal yang terjadi bisa menemukan titik terangnya? Kau hanya akan berdiam diri saja melihat temanmu mengalami hal seperti ini?” Timpal Kinta yang seperti mulai geram.
“Terserah. Aku tidak perduli. Perlu ku tegaskan kah? Aku bukan teman Dewi, kalian juga, jadi kumohon segera tinggalkan aku sendiri.” Kataku kemudian membalikan badan berbaring miring membelakangi mereka.
“Grrrr….. Kau-”
“Sudahlah, biarkan saja dia beristirahat, jika kau berubah pikiran kami akan mulai melakukan penyelidikan besok malam.”. Dengan tenangnya Riyan meninggalkan ruangan ini disusul dengan yang lain.
“Kuharap kau tak menyesal” gumaman seseorang sebelum melangkah pergi. Sepertinya itu suara Lina.
Apa maksudnya itu? Ahh sudahlah tidak penting.
Akhirnya aku hanya sendirian di ruangan sepi ini. Sejujurnya aku juga masih membingungkan kejadian hari ini yang memang aneh. Sungguh apa yang kualami tadi malam itu seolah nyata dan aku sendiri merasa bahwa itu semua bukan hanya sekedar imajinasiku saja. Semua terasa jelas. Angin yang berhembus kencang, sekelebat bayangan hitam, sosok Dewi dan kamar Davian.
Davian? Entah mengapa aku selalu merasakan sesuatu hal yang aneh dengan orang itu. Aku yakin dari tatapannya saat itu bahwa dia mengetahui sesuatu. Dia seperti sedang memindai keadaan. Sosok yang dingin, pendiam, jarang bicara dan juga jenius itulah penggambaran akan sikapnya selama ini. Tak banyak orang yang bisa dekat dengannya.
Tapi dia terkenal akan keahliannya yang memiliki insting kuat dan memecahkan beberapa kasus yang terjadi di kampus ini. Seperti beberapa waktu lalu, ada seorang dosen perempuan yang selalu mendapat teror dari seseorang tak di kenal yang membuat resah. Semua orang kebingungan.
Kemudian tiba tiba saja dia datang membawa informasi hasil penyelidikannya ‘sendiri’ bahwa si peneror itu ternyata sahabatnya sendiri yang masih dosen di tempat itu. Bukan rahasia umum lagi kalau memang dia itu selalu tertarik untuk melakukan suatu penyelidikan sendiri. Aku yakin saat ini juga dia tengah melancarkan aksinya. Entahlah mungkin dia terinspirasi oleh sosok Sherlock Holmes.
Kembali ke pemikiran awal. Jadi, kejadian manakah yang sebenarnya kualami?
******
Dimana aku?
Tempat ini gelap.
Gelap dalam artian sebenarnya.
Benar benar gelap.
Tak ada cahaya sama sekali.
Bahkan aku pun tak dapat melihat bagian tubuhku.
Tunggu, seperti ada yang mengalir di bawah kakiku.
Aku berjongkok.
Kuamati bagian bawah itu. Percuma. Semua hanya nampak warna hitam.
Kuletakan tanganku ke arah itu. Ini seperti air, hanya lebih kental. Dan lengket. Seperti darah. Ya darah, karena dapat kucium aroma besi khas darah.
Tiba tiba ruangan seketika menjadi terang.
ASTAGA!
Ini sebuah ruangan. Hanya ruangan persegi kosong yang serba putih. Tapi semuanya ternodai dengan darah yang berceceran disetiap sudutnya.
Aku ingin menjerit. Hanya saja sangat sulit untuk sekedar membuka mulut pun. Seolah tak diperbolehkan sepatah kata pun keluar dari mulutku. Aku hanya dapat ternganga melihat semua darah ini.
Aroma darah yang pekat ini membuat kepalaku pening.
Kututup mataku. Ini hanya sebuah mimpi buruk. Berkonsentrasilah dan segera bangun.
“Hei kau! Astaga apa yang kaulakukan itu? Iyuuuhhhh itu benar benar menjijikan. Owh rasanya aku ingin muntah. Ugh!”
Dewi! Ya itu suara Dewi. Kutajamkan kembali pendengaranku.
“Kau sebut dirimu anak kuliahan? Aku rasa aku mulai meragukan itu hahaha”
Sepertinya ini salah satu adegan pembullyannya.
“Oh astaga? Kenapa aku selalu bertemu dengan orang cupu sepertimu sih?”
Aku yakin ini masih orang yang sama.
“Oh My! Nggak salah nih? Kau menyentuhku? Dengan penyakit menjijikanmu itu? Dasar tak tahu diri! Apa? Kenapa kau melihatku seperti itu? Menantangku hah?”
Siapa orang yang dibullynya itu? Kubuka mataku perlahan. Ini taman belakang yang sangat sepi dan jarang dikunjungi apalagi di malam hari seperti ini.
Kuperhatikan sekeliling. Gelap, dingin dan sepi.
Aku mulai berjalan menuju gedung yang merupakan bagian belakang fakultas kesehatan.
Sreeeetttttt…. Srettt…. Aku seperti mendengar sesuatu yang diseret.
Apa itu? Ini seperti dejavu. Karena saat ini posisiku persis seperti malam itu.
Kulihat sosok berjubah hitam itu menyeret tubuh Dewi.
Hanya saja tubuhnya masih utuh dan bergerak.
Oh My God!
Tubuh Dewi memang masih utuh tapi dia sudah dipastikan tak dapat mengeluarkan suara.
Dibagian lehernya tertancap sebuah panah yang seperti terlihat menembus dari kiri ke kanan. Ditarik bagian rambutnya. Ngeri sekali aku melihatnya.
Kulihat tangannya berada diatas panah itu seolah ingin mencabutnya. Mulutnya terbuka seperti seekor ikan di atas daratan.
Deg! Mata itu! Dewi menolehkan pandangannya ke tempatku berdiri kaku saat ini.
Tapi tatapannya itu bukan seperti orang yang memohon pertolongan, melainkan tatapan tajam seperti yang biasa kulihat selama ini.
Tajam dan penuh celaan.
Tiba tiba sosok yang menyeret Dewi itu berhenti dan melihat
KEARAHKU!!!!!
******
‘’AARRRRRGGGGHHHHHH………….’’
Hah! Hah! Hah!
Mimpi!
Ya ternyata tadi tanpa sadar aku tertidur di ruang kesehatan ini .
Mungkin karena kelelahan memikirkan semua kemungkinan yang terjadi akhirnya aku terlelap dan memimpian hal aneh tadi. Saat ini aku hanya dapat mengelus dada untuk menetralisir detak jantungku yang berdetak kencang sedari tadi aku tersadar.
Aku pun segera bangun dan kemudian duduk. Ku renggangkan kedua tanganku lebar lebar. Sungguh tak nyaman sekali keadaanku saat ini. Dengan masih menggunakan pakaian yang tadi kupakai. Ugh! Pasti pasukan bakteri itu sudah menempel di bajuku ini. Sebaiknya aku kembali kekamarku dan segera membersihkan diri.
Sebenarnya aku masih memikirkan tentang kejadian di alam mimpiku tadi. Apa maksudnya ini semua? Siapa yang bertanggung jawab akan kejadian yang ku alami saat ini?
Dewi?
Bahkan tubuhnya pun belum dapat di temukan.
Oh astaga! Kenapa semua ini harus dialami olehku sih? Aku benar benar merindukan ketenangan dalam keseharianku yang saat ini sangat sulit kudapatkan.
Aku kembali termenung berusaha merangkai kembali kejadian yang kualami seminggu ini. Bukan, bukan berarti aku peduli dan mau membantu mencari Dewi, hanya saja akuberusaha membuat kerangka kejadian sehingga apa yang ku alami ini bias kupastikan kejelasannya. Mungkin saja dari semua ini ada aku bias mendapatkan petunjuk yang jelas.
Pertama, kejadian malam Kamis itu, aku melihat sosok itu berjalan ke di lorong menuju gudang di belakang itu. Kedua, kejadian dalam mimpiku itu, jika itu memang semacam petunjuk berupa mimpi atau mungkin memang kejadian sebenarnya dimana aku seperti kembali ke masa lalu dengan pengaruh dari pemikiran anehku selama ini? Ah apa sih yang kubicarakan?
Jika dipikir dengan logika, bagaimana mungkin aku bisa memimpikan hal sejelas itu jika tidak ada maksud tersembuni bukan?
Sebaiknya ku telaah lagi.
` Dalam mimpiku, sosok itu berjalan di taman belakang yang sepi, letaknya sangat jauh dari gudang belakang perpustkaan dan harus melewati lapangan utama untuk menyambungkannya. Lagi pun sepertinya malam itu lebuh larut dari yang kulihat saat melihat sosok Dewi di lorong perpustakaan. Tapi, kenapa keadaannya lebih baik ketika aku melihat di taman belakang. Ini sungguh membingungkan!
Brakkk!!!!
Seperti ada benda yang jatuh di ranjang pasien samoingku yang memang terhalangi oleh tiang sehingga aku tak dapat melihat kea rah sana.
‘’siapa disana?’’ tanyaku kemudian.
Hening.
Untuk kesekian kalinya aku bertanya dalam hati. Apa itu hanya halusinasiku saja?
Tapi aku merasakan ada pergerakan disana. Perlahan aku mencoba mengintip ke balik tirai.
Srettt..
Kusibakkan tirai itu, kosong tak ada apa apa.
Huft!
Aku benar benar harus segera pergi dari ruangan ini. Aku pun kemudian berdiri dari ranjang dan mencari sepatu atau mungkin sandalku. Aku pun berjongkok.
ASTAGA!
Apa ini?
Di hadapanku saat ini terlihat sepasang kaki pucat yang tak menapak ke lantai.
Perlahan kudongakkan kepalaku ke atas dan sekejap kaki itu menghilang. Bulu kudukku sukses berdiri saat ini. Detak jantungku pun kembali berdetak dengan kencang.
Apa tadi?
Aku pun berdiri dan mulai memindai temoat ini.
Oh No! sekarang kulihat sosok menyeramkan Dewi berdiri di samping tirai dengan seluruh rambut menutupi kepalanya juga dress peach yang berlumuran darah.
Tenang Gi, tenang. Pelan pelan kamu balikan badanmu.
WOAAAHHHH!!!!
Mama!
Tubuhku terjengkang kebelakang.
Sosok Dewi sekarang berdiri di hadapanku. Dengan matanya yang tajam itu.
Aku pun berlari tergesa gesa untuk segera meninggalkan tempat sepi itu.
**********************
Huft! Hah!
tarik nafas buang, tarik nafas buang,
Akhirnya aku bisa keluar dan bernafas dengan tenang. Ternyata sekarang hari sudah kembali menjelang malam. Berapa lama aku tertidur tadi?
Tunggu? Kenapa sepi sekali.
Bukankah ini hari Jumat.
oh iya pantas saja sepi, hari sudah malam. Ya semenjak hilangnya Dewi, sementara kegiatan kuliah malam ditiadakan dahulu, sebelum kasus ini terungkap. Para mahasiswa pun sebenarnya tidak diperbolehkan eluar asrama tanpa iin dan tidak dalam keadaan terdesa. Bahakn sebagian ada yang memilih pulang sampai kasus ini benar benar selesai.
Aku berjalan menyusuri lorong Gedung Kesehatan. Jika apa yang ku lihat dimimpiku itu fakta sebenarnya, berarti orang itu menyeret Dewi di belakang Gedung ini. Lantas mau dikemanakan ya tubuh Dewi saat itu?
Apa itu?
Kutajamkan penglihatanku, ya aku dapat melihatnya jelas sekarang, itu sosok berjubah hitam, sedang berjalan menuju ruang salah satu kelas anak kesehatan.
Siapa orang itu.
Aku pun memutuskan untuk mengikutinya secara diam diam dalam jarak aman di belakangnya. Dia terus berjalan santai seolah memang tak menyadari kehadiranku. Baguslah dengan begitu aku bisa terus membututinya, siapa tahu aku mendapatkan petunjuk.
Orang itu tiba tiba berhenti, aku segera menyingkir ke tiang terdekat untuk bersembunyi. Dia terlihat sedang memantau keadaan, kemudian memasuki ruang lab farmasi. Aku kemudian bersembunyi di balik pintu ruang itu untuk melihat ke dalam. Ruang farmasi yang memang sangat luas dan beraroma khas obat menguar ke indra penciumanku. Terdapat banyak lemari juga beberapa ruangan lagi di dalamnya sehingga sulit untuk melihat keberadaannya.
Dengan tekad yang kuat ku tepis ketakutanku dan memantapkan diri untuk memasuki ruangan. Di dalam ruangan terasa lebih dingin dan sepi dari luar. Aku pun masuk lebih dalam lagi. Kini yang kulihat azdalah ruangan serba putih dengan rak rak berwarna putih jugamacam obat obatan memenuhinya.
‘’kau yakin? Bagaimana jika Riyan tahu? Dia yang bersikeras untuk mencari Dewi,jika sampai ketahuan kita juga yang akan mendapatkan masalah, apalagi sampai ketahuan pihak berwenang kita bisa tamat.’’
Suara Monica, salah satu mahasiswa yang terkenal dengan sikap permusuhannya dengan Dewi. Dia sedang berbicara dengan siapa?
Aku bersembunyi dibalik rak penuh obat itu untuk melihat lebih jelas lagi juga mendengarkan percakapan mereka. Ya jelas sekali dari postur tubuhnya kalau orang itu adalah Monica dengan rambut ombrenya yang mencolok. Lantas siapa orang yang sedang bersamanya itu?
Astaga!
Itu Lina. Ada hubungan apa mereka.
‘’Ayolah jangan bersiap pengecut seperti itu Mon, jika kita tidak segera melakukan tindakan pasti akan mengancam kita juga. Lagi pula kita bukannya akan membunuh dia, hanya memberi peringatan kepadanya.’’
Sebenarnya apa yang di bicarakan mereka dan siapa orang yang dimakszud?
Tunggu? Bukankah tadi aku masuk ke tempat ini mengikuti orang berjubah itu, sekarang dimana dia? Karena sepertinyaa juga masuk untuk mencari informasi.
Itu dia!
Orang itu berdiri di sudut ruangan dengan wajah tertutup kepala jubbah yang dikenakannya. kulihat dia menyeringai kea rah Monica dan Lina. Sebuah seringaian yang mengerikan menurutku. Tapi anehnya aku tak dapat memastikan siapa orang itu. Tidak jelas.
Tiba tiba kulihat dia mengeluarkan sesuatu dari kantong jubahnya. Sebilah pisau tajam. Apa yang akan di lakukannya?Prang!!!
Bodoh! Benar benar bodoh. Apa yang kulakukan? Tanpa sengaja salah satu botol obat yang berisi cairan itu jatuh sehingga membuat bunyi yang mencolok.
‘’siapa itu?’’ seru Monica.
‘’kau mengajak orang lain Mon?’’ bisik Lina.
‘’tidak, ayo kita lihat’’
Mereka berjalan pelan ketempatku berdiri saat ini. Oh My God! Apa yang harus kulakukan?
Mereka mulai mendekat.
Semakin dekat mereka semakin berdetak kencang jantungku ini. Bodohnya kenapa aku masih berdiri di tempat ini?
Apa yang harus kulakukan?
Jika ketahuan aku berada di sini, apa yang akan mereka lakukan padaku?
Kini hanya tinggal selangkah lagi mereka di depanku.
Bagaimana ini?***************
Hemmppphhhh!!!!
Tiba tiba ada yang membekap mulutku dari belakang. Membawaku untuk bersembunyi di sudut yang gelap dan terhalang dinding sehingga mustahil mereka melihatku disini.
Deg! Deg! Deg!
Dapat kudengar jelas suara detak jantungku saat ini. Apalagi dengan posisi mulut dibekap orang dibelakangku. Sepertinya seorang pria karena dapat kucium aromanya yang khas seorang pria.
Kulihat Monica dan Lina seperti sedang berdiskusi sesuatu kemudian meninggalkan ruangan ini.
Dan. Benarkah yang kulihat?
Orang berjubah hitam itu juga mengikuti kepergian mereka.
Berarti siapa orang dibelakangku ini?
Setelah keadaan cukup aman, pria itu pun melepaskan bekapannya dan dalam sekejap pula aku membalikan badanku untuk melihatnya.
‘’Davian?’’ seruku tak percaya.
Dia hanya menaikkan sebelah alisnya sebagai respon.
‘’Apa yang kau lakukan disini?’’ tanyaku setelah beberapa saat.
Dia hanya terdiam, memperhatikan sekeliling kemudian seperti mencatatkan sesuatu di buku agenda yang selalu di bawa olehnya.
Geszzz….
Apa apaan orang ini mengabaikan pertanyaanku.
Dengan geram aku memanggilnya kembali ‘’Hey! Aku bertanya padamu’’
Masih tak ada respon darinya yang masih sibuk dalam ‘dunianya’ itu.
“Hey!’’ seruku lagi sembari menepuk pundaknya. Dan seperti menyadari sesuatu aku langsung menarik kembali tanganku dari pundaknya secara reflex.
Ingat aku tidak suka bersentuhan dengan sengaja.
Barulah aku mendapatkan perhatiannya kembali.
Tapi responnya hanya berupa tatapannya yang dalam dan sulit diartikan. Jadi salting sendiri ini. Apa masudnya coba?
‘’Aku sudah menemukan pelakunya .’’ katanya kemudian
‘’Maksudnya?’’
Dia hanya diam dan kembali menatapku seperti tadi.
‘’Ya, dari hasil pencarianku selama ini, bisa kupastikan pelakunya, tinggal kubuktikan saja semua titik terangnya’’
‘’Maksudmu pelaku di balik semua ini? Jadi siapa orang itu’’
Dia hanya diam kemudian berjalan meninggalkanku sendirian di ruangan ini.
‘’Hey tunggu, Dav! Dav! Davian.’’ Aku pun mengikutinya dan berusaha memanggilnya. Tapi dia hanya terus berjalan.
Benarkah dia memang mengetahui sesuatu? Aku harus memastikannya.
‘’ARRRRGGGGHHHHH…… AARRRRGGGGHHH………….’’
Sayup sayup terdengar suara teriakan dari arah ruang keperawatan. Suara teriakan perempuan.
Sofie! Ya itu suaranya dan terdengar jelas dari dalam ruangan itu. Davia terlihat sudah masuk ke dalam ruangan itu diikuti olehku kemudian.
Ya ampun! Kulihat tubuh Sofie terbakar api seluruhnya. Dia terus berteriak teriak kesakitan.
‘’astaga lakukan sesuatu Davian, cepat! Itu tubuhnya hamper hangus’’ kataku karena melihat Davian hanya berdiri bergeming.
‘’Percuma! Sebentar lagi dia mati.’’Apa apan itu?
‘’apa yang terjadi? Astaga Sofie! Hey kenapa kalian diam saja. Lakukan sesuatu.’’ Ryan dating dengan paniknya kemudian keluar dari ruangan itu dan kembali lagi dengan selang di tangannya. Selang itu dimasukan ke keran di atas tempat cuci tangan kemudian segera menyemprotkan airnya ke tubuh Sofie.
Api yang membakar tubuh Sofie kini sudah hilang sepenuhnya. Menyisakan tubuh Sofie yang sudah menjadi hitam kemerahan karena luka bakar di seluruh tubuhnya.
Aku dan Riyan mendekat ke arahnya dan aku hanya bisa meringis ngeri melihat keadaannya saat ini. Dengan rambut yang sudah habis terbakar memperlihatkan kulit kepalanya yang sudah mengelupas dan mengeluarkan cairan menjijikan. Seluruh tubuhnya pun ta lebih baik dari kepalanya.
“astaga! Siapa yang tega melakukan ini! Gumam Riyan yang masih terpaku melihat kejadian ini. ‘’apakah ini ada hubungannya dengan misteri Dewi. Mungkinkah yang melakukan ini adalah orang yangsama?’’Tanyanya seprti kepada dirinya sendiri.
‘’Bukan’’ Davian yang sedari tadi berdiri diam saja tiba tiba mengeluarkan pendapatnya. Aku dan Riyan refleks menolehkan kepala ke arahnya. Davian terlihat memfokuskan pandangan kea rah tubuh Sofie dengan tatapan yang aneh. Seperti sedang memastikan sesuatu.
‘’Apa maksudmu?’’ Tanya Riyan kemudian.
‘’Mereka bukan orang yang sama, sepertinya akan banyak yang terlibat dalam kasus ini’’
Aku dan Riyan saling berpandangan seolah tak mengerti.
‘’Oh God!’’ terdengar pekikan tertahan dari arah pintu. Ternyata itu Kinta yang tiba tiba muncul. Dia menatap nanar ke tubuh Sofie seolah tak mempercayai apa yang dilihatnya. ‘’tidak! Tidak! Ini tidak mungkin’’ dengan histeris Kinta menggelengkan kepalanya kemudian berlari meninggalkan ruangan ini.‘’ada apa dengannya?’’ tanyaku.
Riyan terlihat akan menyusul Dewi. Namun sebelumnya dia kembali menolehkan pandangannya kea rah Sofie, dan kemudian menutupi tubuhnya dengan kain selimut yang memang ada di r uangan ini. ‘’biarkan saja dia di ruangan ini. Siang nanti pasti akan ada yang mengurusnya. Aku yakin yang melakukan ini semua pasti masih ada di sekitar sini.’’ Dan dia pun pergi begitu saja.
Aku masih diam terpaku. Kenapa kejadian ini terjadi secara berlanjut terus. Dan kenapa pula aku harus ikut melihatnya? Sungguh yang kuinginkan saat ini hanyalah mandi kemudian tidur. Davian masih berdiri di tempatnya saat ini dan kemudian ikut pergi menyusul Riyan. Kali ini aku tak mengikutinya karena aku ingin segera pergi ke kamarku.
Apa itu?
Sekelebat seperti ada yang keluar juga dari ruangan ini. Padahal seingatku tidak ada orang lagi selalin kami bertiga tadi di dalam ruangan ini. Siapa itu? Karena tadi posisiku membelakangi pintu jadi aku tidak bisa melihatnya dengan jelas. Sepertinya orang itu laki laki.
Itu Doni! Ya bisa kupastikan itu dia. Dia terlihat panic kemudian berlari tanpa arah. Ada apa dengannya? Dan kenapa dia bisa keluar dari ruangan ini?
Mungkinkah dia pelakunya?
**********
Kini aku pun mulai menyusuri lorong lagi untuk segera menuju kamarku. Ku harap tidak ada lagi hal aneh yang terjadi. Aku benar benar sudah muak dengan semua kejadian yang kualami sejak kejadian malam. Ya walaupun semua itu terasa menyebalkan tak urung juag aku memikirkannya.
Ada apa dengan semua ini. Kenapa setiap kejadiannya selalu berhubungan dengan orang orang terdekat Dewi? Kasihan sekali Sofie harus ikut menjadi korban. Yang ku tahu Sofie ini tidak terlalu,bertingkah seperti temannya yang lain. Dia lebih ‘berperikemanusiaan’ menurutku. Karena dia memang terlihat jarang mengikuti kegiatan ‘menyenangkan’ ala Dewi. Motif apa dibalik pembakaran tubuhnya itu? Apakah benar seperti yang di katakana Riyan tadi bahwa pelakunya mungkin berhubungan dengan Dewi?
Aku terus melangkah sampai akhirnya berhenti tiba tiba karena aku melihat sosok berjubah hitam itu baru saja keluar dari salah satu ruangan yang terlihat kosong dan gelap karena tidak adanya pencahayaan. Aku Berjalan perlahan mendekat ke arahnya yang masih berdiri di depan pintu itu. Dia terlihat seperti orang yang ketakukan eh? Terlihat gelisah sekali dia. Tanpa sadar kiini aku sudah berdiri di depannya yang masih setia menundukkan kepalanya. Ini aneh karena yang ku lihat tadi di ruang farmasi orang itu tinggi dan berpostur laki laki. Tapi yang kulihat saat ini dia lebih setinggi diriku dan berpostur perempuan? Mungkinkah ada dua orang berjubah hitam?
Menyadari kehadiranku dia pun perlahan mendongakkan kepalanya. Benarkahn yang kulihat saat ini bahwa yang berdiri di hadapanku adalah
Alya?
Salah satu target pembullyan Dewi semasa hidupnya. Dia merupakan rekan setimnya dalam klub renang. Karena dia merupakan salah satu atlet renang kebanggaan kampus, jadi seberapa buruk pun perlakuan Dewi padanya, dia dilarang meninggalkan klub itu. Entah apa motif di balik pembullyan Dewi terhadapnya. Dari kabar yang ku dengar, Dewi iri kepadanya yang selalu mendapat perhatian lebih dari pelatih. Aku pun tidak bisa memastikannya karena itu bukan urusanku.
Aku kembali teringat akan mimpiku tadi. Pembullyan yang dilakukan Dewi yang terdengar di dalam mimpiku. Apakah ada hubungannya?
Fokusku kembali kepadanya. Apa yang dia lakukan dengan pakaian seperti ini? Dia terlihat kaget dengan kehadiranku yang terlihat dari wajahnya yang menganga itu. Sesaat kita hanya terdiam, sampai kemudian dia tersadar dan mendorongku kemudian berlari pergi.
Begitu banyak teka teki di hadapanku yang membuat ku semakin bingung sekarang. Apa yang sedang dilakukan Alya dengan pakaian seperti itu dan kenapa ekspresinya seperti tadi? Apa ada sesuatu di dalam ruangan ini? Apa aku perlu memastikannya?
Oh Ayolah Gi! Lupakan saja semua ini dan cepat kembali kekamarmu. Batinku memperingatkan.
Tapi……..
Ah rasa penasaranku yang tinggi ini sulit ku kendalikan. Akhirnya aku mengikuti rasa ini dan memasuki ruangan itu. Ternyata di dalamnya lebih gelap dari luar. Kukerjapkan mataku untuk mebiasakan diri melihat di dalam kegelapan. Sepertinya tidak ada apa apa. Hanya ruangan kelas kosong dengan meja dan kursi.
Tunggu?
Di bagian paling pojok meja terlihat seperti ada benda, atau seseorang? Yang kulihat hanya warna hitam semua. Perlahan aku mendekat.
Dan aku terpekik pelan sembari menutup tanganku.
Hal yang buruk kembali terlihat di depan mataku. Karena yang kulihat saat ini adalah tubuh Monica yang sudah kaku dan tidak bernyawa karena wajahnya sudah memucat. Sepertinya dia di bunuh dengan cara mengikatkan semacam scraft di lehernya. Dengan mata yang melotot seperti mau copot itu dia terlihat menyeramkan. Mulutnya jug a terbuka lebar seperti tidak percaya bahwa dia akan mati, atau tak terima bahwa dia di bunuh? Entahlah.
Scraft itu, aku sperti pernah melihatnya. Ayo ingat Gi! Ingat!
Ah iya! Aku ingat itu adalah scraft yang di pakai Lina ketika di ruang farmasi.
Aku seperti mendengar suara isakan pelan seseorang di ruangan ini. Ku edarkan pandanganku. Dan ternyata di pojok lainnya aku melihat seseorang sedang duduk memeluk lututnya dan menangis pelan.Lina?
‘’Hey…’’ panggilku pelan. Tangisannya berhenti seketika.
‘’awwww…..’’ teriakku tertahan karena tiba tiba dia berdiri dan mendorongku hingga membuatku terjengkang e belakang. Belum aku menyadari keadaanku dia kembali bergerak cepat menindih tubuhku dan berusaha mencekikku.
‘’apa yang kau lakukan Lina. Ini aku Giya, sadarlah…’’ kataku berusaha menjauhkan tangannya yang semakin mencekram leherku. Aku sudah kesulitan benafa sekarang. Akhirnya dengan sisa kekuatanku aku mendorongnya dan segera berlari menuju pintu.
Kulihat dia kembali bangkit dan mengejarku. Aku pun terus berlari keluar sampai lorong lorong.
Nafasku tak beratuan saat ini. Begitu pun dengan jantungku yang berpacu dengan cepat.
Aku terus berlari kencang karena Lina masih berusaha mengejarku. Dia seperti orang yang waras dengan penampilannya yang acak acakkan juga dengan desisan anehnya itu.
Aku berhenti sebentar. Dan menolehkan kepalaku ke belakang. Dia masih berlari mengejarku. Tapi saat ini di tangannya terdapat sebuah gunting rumput yang entah di dapatkan darimana. Apakah dia benar benar ingin membunuhku?
************
Akhirnya aku bisa bebas dari Lina setelah tadi aku berbelok dan ternyata berada di lorong tempat loker dan masuk ke dalam salah satunya yang tidak terkunci karena masih kosong. Syukurlah karena tidak ada kotoran juga aku bisa bernafas lega.
Kulihat Lina sudah berada di lorong ini juga dan berhenti untuk mencari keberadaanku. Aku benar benar ketakukan saat ini. Kubuat tubuhu sekaku mungkin, nafasku pun ku buat sepelan mungkin. Dapat kudengar detak jantungku sendiri ini. Dan kemudian aku bisa benafas lega karena dia akhirnya benar benar pergi.
Bau apa ini?
Tercium aroma aneh saat ini. Seperti aroma darah, bercampur aroma anyir yang aneh.
DEG!!
Kurasakan di samping kepalaku ada sesuatu.
Lihat, jangan? Lihat, jangan?
Kutolehkan perlahan kepalaku.
“AAAAAAAAA…………..’’ Wajah seram jelek Dewi benar benar di hadapanku saat ini. Matanya yang tajam itu tepat di depan mataku. Refleks aku mundur dan membuat pintu loker terbuka dan aku jatuh terduduk kebelakang.
Hanya ada kepalanya di hadapanku saat ini. Persis seperti Leak Bali yang pernah kulihat gambarnya.
Dalam sekejap kepala Dewi menghilang .
Hah! Hah!Aku benar benar perlu mandi dan tidur sekarang.
Apa ini?
Tanganku yangn berada di lantai seperti menyentuh sesuatu. Lembab dan lengket seperti kulit yang luka. Dan astaga. Aku mual sekarang. Ternyata yang kusentuh adalah wajah penuh luka Dewi yang sudah mengeluarkan aroma tidak sedap dan bernanah, menjijikan, kutarik tanganku dan menggosok gosokan tanganku ke pakain yang ku pakai.
Perlahan aku menyeret mundur tubuhku menjauhinya. Dia pun mendekatiku. Semakin dekat dia semakin mualnya aku sampai ingin muntah melihat wajahnya.
‘’AAAAAAAARRRKKKKHHH…….’’ Aku menjerti histeris karena Dewi menarik kakiku ke arahnya. Aku berusaha melepaskan dan menendang nendangnya. Tapi cengkramannya sangat kuat. Dengan sekali sentak ku tending wajahnya dan dia pun terdorong kebelakang.
Oh God. Tubuhnya memang sudah menjauh, tapi tangannya masih menempel kakinya. Dengan bergetar aku pun berusaha menlepaskannya dan kemudian berdiri dan berlari meninggalkannya. Tapi sialan! Tanpa sadar aku berlari kea rah Lina pergi tadi. Dan lihatlah sekarang dia menemukanku. Dengan seringain mengerikannya dia menuju ke arahku sembari mengacungkan gunting rumput yang di bawanya.
Aku harus kea rah mana? Aku terjebak antara Lina dan Dewi.
Merapatkan diriku sendiri kea rah tembok di belakangku. Tiba tiba ada yang menarikku masuk kea rah pintu yang ternyata ada di belakangku. Orang yangmenarikku itu segera mengunci pintu. Terdengar dari arah luar Lina menggedor gedor pintu dan berteriak aneh.
Kuperhatikan orang yang menolongku itu ternyata adalah Alya. Benarkah? Kuperhatikan lagi ruangan ini ternyata adalah lorong tangga yang menuju ke ruang bawah tanah yang biasnya di gunakan untuk praktek dan menyimpan peralatannya.
Alya membalikan badannya ke arahku dan mendekatiku. Refleks aku mundur dan mengadahkan tanganku kedepan berusaha melarangnya mendekatiku.
‘’Stop jangan mendekat’’ seruku panik.
‘’pssstttttt……’’ dia mengarahkan telunjuk kemulutnya. Tatapannya aneh dan dia terus mendekatiku.
Aku pun terus melangkah mundur kebelakang.
“AAAAAAAAAAARRRRRRGGGGGGHHHHHHHHH………………..”
teriakku karena ternyata di belakangku tadi hanya ada tangga dan aku pun terjatuh berguling guling di anak tangganya.Aku tidak merasakan apa apa juga tidak menyadari apa apa.
Hanya kehampaan yang ku rasakan. Kosong dan kehilangan orientasi.
Tubuhku tak dapat kurasakan terus berguling guling sampai kemudian tubuhku terhempas kelantai di ujung tangga.
‘’aaakkkkhhh….” Pekikku pelan, mulutku memuntahkan darah. Tangan dan kakiku yang tadi tak berasa apa apa kini mulai terasa ngilunya di tulang. Tunuhku yang terlentang miring ini seakan kaku dan tak bisa di gerakan.
Kepalaku berdenyut sakit sekali saat ini.
‘’ASTAGA GIYA!’’ teriak Alya dari atas sana dan sepertinya dia mulai menuruni tangga berusaha menghampiriku.
Sayup sayup aku melihatnya yang sudah berjongkok di depanku. Pandanganku mulai kabur sekarang dan hanya bisa melihat bayangannya yang blurr.
‘’Giya… Giya…. Kau tidak apa apa?”
Entah apa yang di lakukannya lagi karena kepalaku terasa semakin berdenyut dan kesadaranku perlahan menghilang.
Apakah aku akan mati?***********************
Hijau.
Rumput.
Ya yang kulihat didepanku adalah hamparan rumput. Ternyata aku berbaring di atas rumput di taman belakang.
Bukankah tadi aku jatuh dari tangga.
Perlahan aku bangkit dan lihatlah tubuhku sehat dan tidak merasakan apa apa.
SET.
Dalam sekejap aku berada di dalam ruangan serba putih dengan berbagai macam peralatan praktek dokter bedah yang tidak kumengerti selluruhnya.
Dan di salah satu ranjang yang ada di tempat ini berbaring sosok sosok Dewi dengan panah yang menembus lehernya itu.
Terlihat masih bernafas.
Dan di dekatnya berdiri seseorang berjubah hitam itu.
Tapi anehnya aku tidak bisa memastikan siapa orang itu. Padahal dia terlihat sangat jelas di depanku. Hanya saja aku sama sekali tak bisa mengidentifikasikannya.
‘’Owhh…. Astaga Dewi lihatlah tubuhmu saat ini, berbaring tak berdaya di bawah kuasaku. Sungguh miris sekali bukan? Cup cup. Kenapa kau menangis hah? Kau takut? Seorang Dewi takut kepadaku?’’
Bahkan aku tak mengenal suaranya.
Dia seperti sedang bermain main dengan tubuh tak berdaya Dewi sampai kemudianmengeluarkan pisau bedah yang sangat tajam itu ke wajah Dewi.
Dia terus berbicara mengejek sembari menyayat wajah mulus Dewi sehingga kini wajah Dewi sudah berlumuran darah.
Terdengar tawa kepuasannya menggema di ruangan ini bersamaan dengan jeritan tertahan Dewi yang sudah menangis kesakitan.
Kemudian dia melanjutkan aksinya dengan menusukan pisau itu beberapa kali ke tubuh Dewi.
Sadis sekali orang itu. Aku tak kuat melihatnya, Dewi terlihat sangat kesakitan. Tapi anehnya aku tak dapat mengalihkan pandanganku dari nya. Kurasakan air mataku ikut menetes menyaksikannya. Kenapa tidak langsung d I bunh saja sih?
‘’ dengar Dewi! Aku tida suka di sentuh! Apalagi oleh orang sepertimu! Bukan berarti selama ini aku diam saja aku takut! Lihatlah akibatnya karena kau beraninya mengganggu hidupku.”
Siapa sebenarnya orang ini.
Astaga! Sekarang dia menggunakan pisaunya untuk memotong tangan Dewi. Terdengar jerit kesakitan Dewi. Dan semakin histeris aku menangis ketika tangan itu putus dari tubuhnya mencipratkan darah kemana mana. Dan sepertinya orang itu sama sekali tak menyadari kehadiranku.
Kemudian dia melanjutkan aksinya dengan tangan yang satu lagi. Dan Dewi masih HIDUP!
Ayolah Dewi kenapa kau tidak langsung mati saja?
Tapi, kemudian orang itu seperti telah mendapatkan kembali kesadarannya.
Dan tiba tiba dia menjerit histeris dan menatap nanar kea rah tubuh Dewi. Seakan tak percaya dengan apa yang dilakukannya.
Dan dengan begitu saja dia meninggalkan ruangan ini. Begitu pun denganku.
************************
‘’sebenarnya ada apa di balik semua ini. Aku sungguh tidak mengerti. Lama lama aku bisa gila.”
‘’Be-benar kenapa kita semua di kumpulkan di ruangan ini Davian, dan kenapa pula ma-mayat Monic dan Sofie ju-juga disini? ‘’
‘’bukankah kalian menginginkan kejelasannya?’’
Sayup sayup ku dengar percakapan beberapa orang. Perlahan aku membuka kelopak mataku.
Ugh! Sakit sekali tanganku. Kulihat ternyata tanganku sedikit bengkak. Mungkin efek jatuh dari tangga tadi. Kepalaku pun sudah di perban rapi. Sepertinya aku sudah di periksa tadi.‘’Kau sudah sadar Giya? Kau tidak apa apa? Apakah sakit? ‘’ pertanyaan bertubi itu datang dari Alya yang ternyata berdiri tak jauh dariku.
Kini semua perhatian kembali teralihkan padaku.
Kuperhatikan sekelilingku. Ternyata ini ruang kesehatan dan au berbaring kembali di salah satu ranjangnya. Dan tubuh tak bernyawaSofie dengan Lina berada di dua ranjang lainnya.
‘’tadi Riyan sudah menangania lukamu karena Davian tidak mau ada orang lain yang terlibat’’ katanya lagi. Riyan memang salah satu mahasiswa kedokteran jadi luka seperti ini pasti bisa di tanganinya.
‘’Lina?” tanyaku kemudian.
Mereka kemudian menolehkan pandangan kea rah sudut dimana Lina sedang duduk meringkuk disana. Seolah ketakutan akan sesuatu.
Kulihat juga Doni tak jauh darinya sedang duduk menyangga dagunya dengan tangan dan terpekur dengan tatapan kosong.
Ada juga Davian yang berdiri santai sembari bersedekap di tembok.
Alya disampingku. Kintatak jauh dari Riyan sama sama berdiri.
‘’kenapa kita semua berada di ruangan ini?’’ tanyaku penasaran.
‘’itulah yang kupertanyakan sedari tadi Gi’’ sahut Kinta.
‘’tanyakan saja pada manusia sok misterius itu’’ Riyan menunjuk kea rah Davian.
Yang di maksud hanya diam kemudian mengeluarkanbuku agendanya dengan santai. ‘’Baiklah. Aku hanya ingin meluruskan sesuatu disini sehingga semuanya jelas.’’
‘’Benarkah?’’ Riyan berjalan menghampiri Davian ‘’Apa yang kau ketahui? Jelaskanlah! Aku sudah muak dengan semua ini!”
Davian melangkah menuju ke arahku dan menatapku dengan pandangan yang tak terbaca. Kemudian melihat kea rah mayat Monic dan Sofie, dan terakhir kea rah Lina dan Doni. Dan kembali menatap kami satu persatu.
‘’Pembunuh sebenarnya ada di antara kita’’ katanya pelan dan tenang.
“Siapa?”
Tanyaku, Kinta dan Riyan bersama?***********
TBC
Ya ampun akhirnya bisa ngepost juga. :aaaKaboor
Ini kok ceritaku garing ya :ngambeknih
Misterinya keliatangak sih? apa udah ketebak? ah serah lah yang penting nulis hihi :BAAAAAA
-
7 Oktober 2016 pada 4:45 pm #135809oncomYoyoyPeserta
i’m sorry, entah mengapa ku baca Giya jadi Gila masaaa
nah kaannn ada di antara mereka ternyata :ngupildoeloe
@andyan21 :MAWARR -
27 Oktober 2016 pada 7:03 am #226697farahzamani5Peserta
Ndy, kmu bikin cerita ini ga pusing apa ya, bnyk nama, bnyk tersangka, semua bsa jdi tersangka dngn tindak tanduk mereka
Jdi siapa sbnrny pembunuh dewi???
Okehhhh
Lanjut ke part berikutnya
Semangat semangat semangat -
28 Oktober 2016 pada 7:23 am #229889Andyan21Peserta
- Mungkin kakfarah salah satu tersangkanya :BAAAAAA
-
29 Oktober 2016 pada 8:25 am #233874farahzamani5Peserta
Ndy, ini part selanjutnya ga ada ya??
Blom di post apa gmn?
Dilanjut ngapa ndy, penasaran ni akhirny gmn
Oke ndy, ditunggu ya -
29 Oktober 2016 pada 6:29 pm #235508Andyan21Peserta
kayaknya gak bakalan aku lanjut deh kak @farahzamani5 soalnya udah lupa jalan ceritanya :BAAAAAA lagi pun cerita ku gak menarik wkwk ???
-
-
PenulisTulisan-tulisan
- Anda harus log masuk untuk membalas topik ini.