Baca Novel Bagus Gratis Sampai Tamat › Forum › Forum Kepenulisan › Lomba Cerbung Misteri (Jantung Persembahan) part 3
- This topic has 2 balasan, 3 suara, and was last updated 7 years, 11 months yang lalu by Dalpahandayani.
-
PenulisTulisan-tulisan
-
-
10 Oktober 2016 pada 10:33 pm #155493DeviRatih3Moderator
LOMBA CERBUNG MISTERI
JUDUL : JANTUNG PERSEMBAHAN
GENRE : MISTERI, TRHILLER, HOROR
OLEH : @DEVIRATIH3PART 3
“Tempat apa ini? Paman, sebenarnya ada apa?”
Setelah proses penangkapan, dengan tangan yang diborgol dan dibawa secara paksa melewati warga sekitar membuat Ruli merasa malu dan tak percaya.
Dia telah di tuduh.
Bisikan-bisikan negatif samar-samar Ruli dengar dari mulut warga yang berkerumun melihat dirinya digiring masuk ke mobil polisi. Dia hanya bisa menundukkan kepala dengan raut wajah kebingungan, bingung atas sesuatu yang tidak dia lakukan.
Ruli dibawa menggunakan mobil dinas kepolisian beserta Paman Aksa yang ikut menemani. Sementara, Bibi Mirena hanya mengantar sampai dia masuk ke dalam mobil.
Yang membuat Ruli semakin bingung, dia tidak dibawa langsung ke kantor polisi, tetapi ke sebuah rumah di pinggiran jalan perbatasan kota. Ruli tidak tahu ada rumah di sini karena jarang dia lewati. Rumah itu sederhana, mungkin ukurannya tidak jauh berbeda dengan ukuran rumah sewanya. Saat borgol di tangannya dilepas, kedua petugas mempersilakan Ruli dan Paman Aksa untuk masuk ke dalam rumah tersebut.
“Maafkan aku, Ruli. Ini adalah rencana yang sudah aku susun.”
“Rencana? Rencana apa, Paman? Aku tidak mengerti.”
“Aku akan menjelaskan semuanya, tapi berjanjilah untuk diam mendengarkan sampai aku selesai berbicara.” Dan Ruli hanya bisa menganggukkan kepala.
“Baiklah.”
“Ini semua aku lakukan untuk mengecoh pelaku sebenarnya. Kau tahu, Ruksi juga terbunuh sesaat setelah dia pulang dari rumahku.”
Ruli terkejut dengan apa yang dia dengar. Tidak mungkin. Ingin rasanya Ruli mengatakan itu, tapi dia coba tahan dan tetap fokus dengan apa yang akan Paman Aksa katakan.
“Pembunuh itu beraksi dengan begitu cepat. Aku tidak tahu mengapa Ruksi juga di bunuh.” Paman Aksa mengerutkan keningnya.
“Mengenai rencanaku, aku berniat untuk menjebak si pelaku. Kita akan dibantu oleh salah satu pihak kepolisian….” Paman Aksa melongok ke arah pintu. ”…. sepertinya orang itu sudah datang.”
Ruli benar-benar bingung kali ini. Setiap perkataan paman Aksa tidak cukup jelas untuk dicerna dan dimengerti Ruli. Apalagi, kabar kematian Paman Ruksi yang begitu mendadak membuat dia pusing dan tidak percaya.
“Maaf, aku sedikit terlambat.” Tiba-tiba, datang seorang perempuan dari arah pintu masuk yang mungkin usianya beberapa tahun di atas Ruli.
“Perkenalkan, namaku India. Aku anggota kepolisian yang akan membantu Paman Aksa.”
Dengan keadaan linglung, Ruli segera menjabat tangan India setelah wanita itu mengulurkan tangan dan memperkenalkan dirinya.
“Jadi, kita siap untuk rencananya?”
****
Seorang wanita berjalan dengan begitu tenang melewati jalanan lengang. Malam telah larut dan jalanan itu terlihat sepi, hanya ada wanita itu saja yang berjalan di kesunyian malam.
“Kau yakin rencana ini akan berhasil, Paman? Apa tidak akan apa-apa untuk India?”
“Tenanglah, Ruli. Aku yakin ini akan berhasil. Kita percayakan pada India. Lagi pula, dia ahli bela diri. Aku yakin dia bisa menjaga dirinya sendiri.”
Paman Aksa dan Ruli mengintip dengan jarak yang cukup aman dari India, memperhatikan dengan seksama setiap langkah India. Tidak jauh dari mereka, ada dua orang petugas yang ikut mengawasi. Mereka semua berusaha sembunyi dengan baik, jangan sampai si pelaku mengetahui rencana ini.
Semoga saja ini berjalan dengan lancar.
Tidak lama dari arah belakang India, ada seseorang yang mengikuti dengan langkah-langkah yang awas. Sudah pasti India mengetahui ada seseorang di belakangnya, tapi itulah yang dia harapkan. Dengan berpura-pura tidak tahu apa pun dan tetap berjalan tenang, India berusaha menebak.
Pasti orang itu pelakunya.
Gerak-gerik orang itu sungguh mencurigakan. Tubuhnya dibalut dengan pakaian serba hitam dan kepalanya ditutupi oleh penutup kepala yang berasal dari bajunya, seperti jubah panjang yang tidak sampai mengenai lututnya, serta celana yang senada dengan bajunya.
Dengan cahaya yang begitu minim membuat Paman Aksa dan yang lain sulit untuk melihat dan mengenali wajah orang misterius itu.
Paman Aksa dan Ruli mengamati orang itu yang melihat ke sekeliling hingga setelah memastikan bahwa keadaannya aman, orang itu segera menghampiri India dengan perlahan. Ketika jarak yang terbentang semakin dekat, India langsung dibekap dari arah belakang menggunakan sapu tangan yang sudah diberi obat bius.
Paman Aksa, Ruli dan yang lainnya hanya bisa melihat dengan tegang. Keringat bercucuran membasahi tubuh mereka. Ingin rasanya Ruli berlari dan menerjang orang itu untuk menyelamatkan India, tapi dia teringat akan rencana yang dipaparkan Paman Aksa. Ini adalah bagian dari rencananya.
Jadi, yang perlu dia lakukan hanyalah bersabar.
Semua itu sudah diprediksi oleh India. Dia sudah mempersiapkan segalanya dengan matang. Sebelumnya, India telah meminum pil yang dapat menetralisir obat bius di dalam tubuh sehingga saat sebuah obat bius itu dimasukkan ke dalam tubuhnya, dia hanya akan merasakan lemas tanpa menghilangkan tingkat kesadarannya. Dan dia hanya perlu berpura-pura pingsan untuk meyakinkan orang itu.Setelah dirasa India tidak akan melakukan perlawanan, orang itu segera menyeret tubuh India dengan perlahan agar tidak menimbulkan suara yang dapat memancing kegaduhan. Melirik ke kiri dan ke kanan dengan waspada, orang itu melakukannya dengan begitu gesit dan cepat seperti sudah biasa melakukan hal tersebut.
Dia membawa India ke sebuah gerobak yang telah disiapkan. Dengan hati-hati, dia merebahkan tubuh India di sana,menutupinya dengan selembar kain yang cukup untuk menutupi tubuh India dan mulai pergi dengan perlahan meninggalkan kesunyian.
Paman Aksa dan Ruli mulai mengikuti orang itu dengan langkah yang sangat pelan. Kedua petugas yang ikut mengawasi berjalan memutar, mengambil jalan lain agar tidak ketahuan oleh orang itu, namun tetap dalam jarak pandang kedua petugas tersebut.
Dia berjalan dengan begitu apik mendorong gerobak sampai tiba di sebuah rumah gubuk yang lusuh dan tidak terawat, sangat jauh dari pemukiman warga. Di sekeliling gubuk dipenuhi oleh semak belukar yang ukurannya cukup tinggi sehingga orang yang melintas tidak akan menyangka akan ada sebuah gubuk di area tersebut.
Mengapa dia membawa India ke sini? Aku kira dia akan membawanya ke bukit. Lagi pula, ini malam bulan purnama, waktu yang sangat tepat.” Paman Aksa berucap dengan pelan dan berbisik nyaris tak terdengar, membuat Ruli harus menajamkan telinganya.
“Bagaimana selanjutnya, Paman? Orang itu memasukkan India ke gubuk itu. Apa perlu kita langsung mendobraknya sekarang? Sebelum sesuatu yang buruk terjadi.”
“Tunggu sampai dua petugas sampai di sini.” Paman Aksa melirik ke arah jalan memutar yang akan dilalui dua petugas. Aneh, belum ada tanda-tanda akan kemunculan mereka. Padahal, seharusnya kedua petugas bisa lebih cepat. Paman Akasa sedikit resah, karena firasatnya tidak enak.
“Aaaaarrrrrggghhhh.”
Terdengar suara teriakan yang cukup keras dari arah gubuk sehingga dengan cekatan Paman Aksa mendekat dan mulai mendobrak pintu, dibantu oleh Ruli akhirnya pintu itu terbuka dan memperlihatkan apa yang ada di dalam. Seketika pemandangan itu membuat Ruli menutup mulutnya karena tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Begitu pun dengan Paman Aksa. Dia jelas terlihat yang paling tidak percaya dengan ini semua.
“Mirena……..”
***
Beberapa saat yang lalu…
“Perkenalkan namaku India. Aku anggota kepolisian yang akan membantu Paman Aksa.”
Dengan keadaan linglung, Ruli segera menjabat tangan India setelah wanita itu mengulurkan tangan dan memperkenalkan dirinya.
“Jadi. kita siap untuk rencananya?”
“Terima kasih atas bantuannya, India. Aku harap, ini akan berjalan lancar, meskipun awalnya aparat keamanan tidak ada yang percaya padaku.”
India hanya mengangguk dengan yakin. “Maaf, Paman. Saat itu, kau sangat tidak meyakinkan. Lagi pula, kami kira kaulah pelaku dari semua kejadian ini. Aku juga sangat yakin kau tidak bersalah, tapi beberapa warga masih menganggap kaulah pelakunya. Karena itu, gunakan kesempatan ini untuk membuktikan kau tidak bersalah.” India berucap dengan lembut namun tegas.
“Jadi, kita akan melakukannya malam ini,” ucap Paman Aksa dengan tegas. Lalu, beralih menatap Ruli. “ Ruli, kau pasti bingung. Aku akan menjelaskan dengan perlahan.” Dan Ruli hanya bisa diam dan siap untuk mendengarkan.
“Aku curiga pelakunya adalah orang yang kita kenal. Dia membunuh Ruksi juga. Entah ini ada hubungannya dengan ritual atau bukan. Tapi, pelaku itu melakukannya dengan sangat rapi dan cepat. Hari ini saja sudah ada empat korban.” Paman Aksa mulai menjelaskan.
“Oleh karena itu, aku meminta bantuan kepada pihak berwajib untuk menangkapmu. Dengan begitu, pelakunya akan mulai merasa aman karena sudah pasti tidak akan dicurigai. Tapi, hal itu tentu juga membuat si pelaku gusar karena aku yakin kau adalah korban berikutnya. Dengan ditangkapnya dirimu akan membuat pelaku kebingungan untuk melanjutkan rencananya menjadikanmu korban, dan mau tidak mau mencari korban yang lain. Ketika dia lengah nanti, kita akan menangkapnya dengan sebuah jebakan. Sekarang ini, kau cukup aman karena kau berada di bawah perlindungan kami,” Jelas Paman Aksa panjang lebar.
“Mengincarku?” Ruli sebenarnya sudah menduga tapi dia tidak menyangka akan benar-benar diincar.
“Dan, bagaimana bisa Paman mengetahui itu semua dengan waktu yang sangat cepat?”
“Sudah kukatakan sebelumnya, kau itu rentan. Kau sangat cocok dijadikan korban persembahan jika memang ini adalah sebuah ritual. Lagi pula, semenjak kau pindah ke sini aku sering melihat seseorang memperhatikanmu. Kau mungkin tidak menyadarinya tapi orang itu sering melihat sekeliling rumahmu jika malam telah tiba.” Paman Aksa menghela nafas untuk melanjutkan penjelasannya.
“Selain itu, saat kau terjatuh di bukit, aku sekilas melihat bayangan roh Isica di sana. Awalnya, aku tidak tahu apa maksud dia menampakkan dirinya. Aku berpikir kalau dia ingin menyampaikan sesuatu tapi aku tidak tahu apa itu. Setelah tadi pagi ditemukan mayat, barulah aku paham mungkin ini ada hubungannya dengan apa yang ingin disampaikan Isica.
“Tapi, aku juga sempat menduga ini adalah ulah roh Isica. Yang mengherankan, bila memang dia ingin membalaskan dendamnya, mengapa dia juga membunuh tiga orang lainnya yang tidak termasuk syarat korban persembahan ritual? Kenapa tidak dari dulu dan malah baru sekarang dia melakukan itu? Perlahan, aku mulai marasa yakin jika dugaanku itu salah. Dia sebenarnya ingin meminta tolong.”
“Jujur saja, ini masih sangat membingungkan, Paman.” Ruli memijat pangkal hidungnya dengan perlahan. Dia belum bisa menerima ini semua, apalagi dia tidak begitu percaya dengan hal-hal mistis seperti itu.
Aku bisa merasakannya, Ruli. Isica pun berusaha untuk melindungimu dengan selalu mengikutimu. Mungkin, dia merasa kau seperti dirinya di masa lampau. Sendirian, warga baru, dan cocok untuk menjadi incaran. Itu yang aku lihat dari maksud kehadirannya.”
Ruli berusaha menenangkan dirinya. Walaupun pada kenyataannya dia sangat ketakutan ketika menerima kenyataan seperti ini. Baginya, ini semua benar-benar sulit untuk dipercaya.
“Benarkah? Lalu, apa rencana Paman?”
“Kita harus mencari jasadnya dan menguburkannya dengan layak, lalu mendoakan rohnya. Itu bisa membuat dia tenang dan terbebas. Walaupun sudah lama berlalu, jasad Isica akan selalu utuh. Karena aku sendiri yang telah menanamkan mantra pengawet saat jantungnya diambil. Kita juga harus merobohkan pohon suci itu. Meskipun akan sulit, tapi aku sudah menyiapkan rencana untuk itu.
“Dan untuk rencanaku yang ini, aku ingin ada orang yang mau membantu menjebak pelaku dengan mengalihkan perhatiannya ke orang tersebut. India sangat cocok dalam hal ini. Dia seorang perempuan muda. Pelaku pasti akan langsung mengincarnya. Terbukti saat India siang tadi memperkenalkan diri di hadapan masyarakat, terlihat jelas pelaku itu selalu memperhatikan India. Tentu, aku tidak ingin ada korban lain, apalagi menjadikan India sebagai umpan, tapi…..”
“Tidak apa-apa, Paman. Aku ingin melakukannya dan segera menangkap si pelaku. Jangan cemas. Aku ahli dalam hal ini. Lagi pula, kasus ini sangat mencurigakan. Beberapa tahun ini, banyak gadis dari kota lain yang menghilang tanpa jejak. Hanya di kota ini saja yang tidak pernah kehilangan. Kami menduga, pelakunya adalah orang yang sama dengan kejadian ini. Dari keempat korban, terbukti tiga di antaranya bukan berasal dari kota ini. Itu merupakan petunjuk kalau sudah pasti pelaku berada di kota ini juga.” India berucap dengan penuh percaya diri. Baginya yang seorang pemula, ini bisa menjadi pengalaman tak terlupakan yang mengawali karirnya dalam menumpas kejahatan.
“ Ah iya, sekedar mengingatkan, Paman. Setelah rencana ini selesai, atas kejahatan di masa lalu kau dan teman-temanmu tetaplah bersalah dan harus menerima hukuman. Aku harap kau tidak melupakan soal itu.” India berucap dengan begitu tajam.
“Tentu. Aku tidak akan lupa, India. Aku akan bertanggung jawab. Karena itu, aku sangat berterima kasih kepadamu dan pihak kepolisian. Meskipun di sini aku pun bersalah kalian masih bersedia untuk membantu.” Ada raut penyesalan di setiap perkataannya.
“ Aku harap rencana ini akan berhasil. Kita akan melaksanakannya malam ini juga. Saat malam tiba dan tidak ada aktivitas warga, India akan langsung memainkan perannya.”
“Tunggu, Paman. Jadi pelaku yang Paman curigai itu siapa?”
“Kau pasti tidak akan percaya Ruli, orang itu adalah….”
Bersambung………
-
28 Oktober 2016 pada 9:50 am #230267farahzamani5Peserta
Bibi mirena pelakunya kah???
Paman Aksa mau tobat kykny nih
Aduhhh kirain bnran Ruli yg ngebunuh, kirian dia bakal dihukum, ternyata oh ternyata
Lanjutttt ke part berikutny -
27 November 2016 pada 1:18 pm #302105DalpahandayaniPeserta
Deg-degan
msh ada beberapa yg bkin aku bngung
-
-
PenulisTulisan-tulisan
- Anda harus log masuk untuk membalas topik ini.