Baca Novel Bagus Gratis Sampai Tamat › Forum › Forum Kepenulisan › [Lomba Cerbung Misteri] Deux Anges De la Mort part 1
- This topic has 10 balasan, 7 suara, and was last updated 8 years yang lalu by Dalpahandayani.
-
PenulisTulisan-tulisan
-
-
9 Oktober 2016 pada 1:50 am #143595kimyAngela_Peserta
Lomba Cerbung Misteri
Judul : Deux Anges De La Mort
Genre : Misteri, Thriller
Author: Kimoy ( @kimyAngela_ & Oncomyoyoy
Part 1
Selamat Membaca :MAWARR
“Dimana ini?” tanya Arimbi pada Bima, kini mereka berdua sedang menelusuri lorong-lorong yang gelap dan lembab serta minimnya pencahayaan.
Dengan sama bingungnya Bima menjawab “Entahlah, disini sangat gelap dan…”
PRANGGGGG!!!
“Suu..suuaara aapa itu?” Tanya Arimbi yang terkejut sambil mencengkram pergelangan tangan Bima yang berada di sampingnya.
“Sepertinya aku menendang sesuatu” jawab Bima sambil membungkuk badan dan sambil meraba sesuatu yang berada di dekat kakinya.
“Ini seperti… lentera” ujar Bima sambil mengangkat benda itu dan menunjukkan kepada Arimbi, dengan minimnya pencahayaan mereka memperhatikan lentera itu dengan seksama.
“Coba kita nyalakan, mungkin lentera itu masih berfungsi” ucap Arimbi sambil melihat sedikit minyak yang terdapat di dalam lentera usang itu dan membersihkannya dari debu yang menempel di bagian-bagian badan lentera. Bima dengan cekatan merogoh saku celananya dan mengambil sebuah korek api yang tersisa untuk menyalakan lentera tua.
Cahaya lentera mulai menyinari sekeliling mereka, terlihat ruangan itu penuh debu dan udara yang pengap. Hingga akhirnya mereka sampai pada sebuah ruangan di ujung lorong, Arimbi dan Bima memperhatikan ruangan dengan teliti. Terdapat rak-rak tinggi yang penuh dengan benda-benda seperti hiasan meja yang sudah usang, tumpukan buku-buku tua, kain-kain yang terlipat rapi dan berdebu, dan barang lainnya yang sudah tidak terpakai. Di sudut ruangan ada sebuah cermin yang menggantung dan di sampingnya terdapat sebuah kursi yang sudah rusak. Arimbi melihat sesuatu di bawah cermin itu. Ia mencoba mendekati cermin yang terlihat usang itu, namun langkahnya tiba-tiba terhenti.
“Ada apa?” Tanya Bima pelan.
“Ssstt!!” bisik Arimbi.
“Aku merasakan sesuatu… ada yang bergerak ke arah kita” bisik Arimbi pada Bima yang kini berada di belakangnya dengan tatapan Arimbi yang mengarah ke cermin tidak jauh dari tempatnya berdiri.
Lalu sekelebat bayangan hitam melintas. “Siii..siiiapa itu?” tanya Bima pelan sambil mengerakkan kepalanya ke kanan dan ke kiri mencari tau sosok yang melintas tadi.
Arimbi melangkah pelan mendekati cermin tua itu. Saat dirasanya cukup dekat dengan cermin, Arimbi mengarahkan lentera yang di pegangnya kearah cermin dengan perlahan. Dengan tangan yang bergetar Arimbi mengangkat lentera itu kehadapan cermin, kemudian terdengar suara teriakan yang sangat kencang “AAAAAAAAAAaaaaaaaaaa!!!!” dan seketika lentera itu pun padam.
###
“Kita sudah sampai!” ucap Saras sambil membuka pintu dan turun dari mobil lalu di ikuti oleh teman-temannya yang lain.Arimbi, Utari, Bima, dan Nakula serta dirinya sedang berdiri di depan sebuah rumah tua yang lumayan luas dan sudah tidak terurus lagi. Rumah berlantai dua itu adalah rumah neneknya Saras yang sudah lama tidak berpenghuni lagi. Dulu Saras sempat dirawat oleh sang nenek dan tinggal di rumah tua itu, namun rumah yang dulunya tampak indah kini sudah berubah seperti rumah hantu. Terlihat pintu depan rumah yang terbuka karena sudah rusak, lumut dimana-mana, sarang laba-laba, sulur-sulur debu serta tanaman menjalar dan menggantung di sekitar rumah.
“Ayo kita masuk!” ajak Saras kepada teman-temannya dengan begitu antusias. Di belakang ada Nakula, Utari, Arimbi dan Bima mengikuti Saras yang berjalan terlebih dahulu. Rumah ini memiliki halaman yang sangat luas, terlihat ada sebuah kandang hewan yang sudah rusak dan hampir tak berbentuk di sudut halaman rumah dan terdapat sebuah kolam renang yang sudah kering dengan ukuran sedang tidak jauh dari kandang hewan. Rumput liar yang sudah meninggi serta pohon-pohon besar di belakang rumah menambah kesan angker pada bangunan mewah ini.
Ketika mereka sudah menginjakan kaki di dalam rumah, tiba-tiba terasa semilir angin yang menerpa dan hawa dingin yang dapat meremangkan bulu kuduk. Suasana rumah begitu gelap dan cahaya yang minim dari sela-sela jendela. Hampir di semua bagian rumah berdebu, daun-daun kering yang sudah lama berjatuhan dan berserakan. Ada beberapa perabotan rumah yang masih tertutup kain putih untuk menjaga kualitas perabotan.
“Ayo kita mulai bersiap-siap jangan membuang waktu lagi!” ucap Bima memecah keheningan sekitar yang masih memperhatikan bagian dalam rumah. Nakula dan Bima kembali ke mobil untuk mengambil perlengkapan dan perbekalan mereka selama tinggal di rumah mewah ini. Ya, mereka akan membuat tugas akhir di rumah neneknya Saras. Mereka adalah mahasiswa yang sedang melakukan pembuatan film untuk tugas akhir.
Saras, Arimbi, Utari, Bima dan Nakula adalah mahasiswa tingkat akhir jurusan perfilman yang memilih membuat sebuah film nondrama untuk menyelesaikan tugas akhir mereka. Mereka pun memutuskan akan membuat film bertema horror di rumah neneknya Saras yang sudah lama tidak di tempati. Selain itu mereka juga penasaran akan keangkeran rumah mewah ini, yang menurut beberapa warga rumah itu banyak penghuni dunia lain.
Tentu saja sebelum mereka menempati rumah itu hari ini, salah satu dari mereka sudah melakukan survey ke lokasi rumah itu dan menanyakan beberapa kisah dari para tetangga juga satpam yang bertugas berkeliling disana. Benar saja, tidak ada satu pun dari para tetangga yang berani mendekat ke rumah itu. Selain karena takut, mereka juga kerap kali mendengar suara-suara yang tidak sewajarnya. Setiap malamnya terdengar suara hentakan seperti suara hentakan kuda, jeritan seseorang, dan suara kursi yang berderit. Tidak jarang pula mereka seperti melihat seseorang yang masuk ke dalam rumah itu dan tidak pernah keluar lagi, sampai sekarang misteri tentang rumah itu pun belum terpecahkan.
####
Langit senja mulai berganti malam dan hari semakin gelap, Bima dan Nakula mulai memasang beberapa kamera yang mereka bawa di beberapa sudut rumah itu untuk mengambil view yang pas, dan para wanita membereskan perlengkapan mereka setelah Bima dan Nakula selesai memasang tenda di tengah ruangan atau umumnya disebut ruang keluarga karena mereka tidak mungkin menempati kamar-kamar yang ada sebab kamar-kamar yang tersedia sudah tidak layak lagi di tempati. Saras dan Utari mengumpulkan beberapa ranting dari halaman depan dan daun-daun kering untuk membuat api unggun kecil. Malam semakin larut, cahaya bulan menyinari dari sela-sela jendela yang tertutup sulur-sulur daun, angin malam mulai berhembus, terdengar suara jangkrik dari luar dan suara kepakan sayap yang entah dari mana terdengar dari atas.
Bima dan Nakula mulai mengecek kamera yang tadi dipasangnya dari laptop untuk memudahkan mereka dalam mengambil view. Terlihat di layar para wanita yang sedang men-setting kamera yang mereka pegang sambil berbincang-bincang untuk mengisi kesunyian malam yang semakin mencekam. Bima dan Nakula juga memegang masing-masing satu kamera yang akan dibawa kemana pun mereka pergi. Setiap aktifitas yang mereka lakukan di rumah itu, mereka tidak boleh lepas dari kamera. Sedangkan kamera yang berada di sudut digunakan agar mereka dapat mengawasi bagian-bagian yang tidak bisa dijangkau serta untuk memperhatikan suatu kejadian yang kemungkinan bisa terjadi saat mereka lengah.
Tanpa mereka sadari ada sosok yang memperhatikan mereka sambil tersenyum dengan mata berbinar dari sudut yang tidak terlihat.
###
“Apa kalian sudah siap?” tanya Bima yang notabene adalah ketua atau produser dari project pembuatan film ini kepada mereka berempat. Semua menganggukan kepala dan mulai berjalan mengikuti Bima yang berada di depan barisan untuk menelusuri rumah itu. Mereka akan mulai menelusuri rumah itu dengan formasi baris berjajar kebelakang, Bima di baris depan, Nakula di belakang, dan ditengah para wanita. Kamera yang di pegang Bima mulai di aktifkan dan ia gerakan kamera itu untuk diarahkan ke sekeliling ruangan yang mereka lewati. Begitu pula dengan Nakula yang berjalan di belakang mulai menghidupkan kameranya. Ditengah barisan Saras yang memegang satu kamera juga mulai mengarahkan kamera itu kesekitarnya.
Rumah ini cukup besar untuk ditelusuri. Mereka semua memegang senter masing-masing, sambil melihat-lihat berkeliling rumah itu mereka akan menjelaskan hal-hal yang mereka lihat dan apa yang mereka rasakan sambil direkam dengan kamera yang dibawa. Pertama mereka menelusuri ruang tengah kemudian menuju ruangan yang terlihat seperti ruang makan karena terdapat meja besar di tengah ruangan itu walaupun sudah tidak ada kursi-kursi disana.
Dari ruang makan langsung terhubung dengan area dapur kemudian terdapat sebuah kaca seperti jendela besar yang langsung mengarah ke halaman belakang. Dari dapur mereka dapat melihat halaman belakang yang rimbun dengan rumput liar yang sudah meninggi dan pohon-pohon besar. Saat mereka hendak menuju halaman belakang melalui pintu kaca besar itu terdengar suara dari arah dapur.
“Ssrttt….”
“Siapa itu!” seru Nakula dengan suara berbisik.
Seketika Nakula yang berada di barisan paling belakang menolehkan kepalanya kebelakang sambil mengarahkan senternya dan kamera yang dipegangnya ke sekeliling dapur. Merasa Nakula tidak ada dibelakangnya Utari pun menoleh ke belakang dan melihat Nakula yang tertinggal dibelakang.
“Ada apa?” bisik Utari sambil menghampiri Nakula.
“Aku merasa ada seseorang yang mengikuti kita saat di dapur” ujar Nakula sambil mengarahkan kamera yang di bawanya kembali.
“Mungkin hanya perasaanmu saja, ayo! kita sudah tertinggal” ajak Utari seraya berjalan kembali.
“Di sana ada sebuah bangunan” ucap Bima menghadap kamera yang ada ditangannya dan kepada teman-temannya, sambil mengangkat tangannya menunjuk ke sebuah bangunan yang terbuat dari kayu tidak jauh dari tempat mereka berdiri di halaman belakang. Segera mereka semua berjalan menuju bangunan seluas 3×3 itu.
“Sepertinya tempat ini digunakan untuk menyimpan peralatan berkebun dan perkakas lainnya” ujar Arimbi begitu mereka sampai di depan bangunan itu. Bima pun mengarahkan kamera yang di pegangnya ke sekitar, terlihat sebuah sekop dan beberapa pot yang bertumpuk di dekat pintu bangunan itu.
“Ayo kita lihat isi bangunannya!” seru Nakula dari belakang. Tanpa menunggu lama Bima langsung menghampiri pintu dan mencoba membukanya, namun pintu itu tidak bisa di buka, lalu Bima mencoba mendorong pintu itu dengan bahunya namun pintu itu tetap bergeming sama sekali. Jika di perhatikan, pintu itu sama dengan pintu lainnya, namun anehnya pintu ini tidak memiliki lubang kunci dan pintu ini memiliki ukiran yang sangat khas, berbeda dengan pintu yang ada di rumah besar. Ukiran pintu ini seperti sebuah aliran sungai yang meliuk dari atas hingga ke bawah dan beberapa garis yang sama berjajar kesamping.
“Mungkin ada cara lain untuk membuka pintu ini” ujar Nakula yang langsung menghentikan usaha Bima yang masih mencoba mendobrak pintu.
“Benar, tidak mungkin tempat ini di buat jika tidak bisa di gunakan” Arimbi mengutarakan pemikirannya.
“Apa mungkin ada jalan lain?” sahut Utari.
“Tapi bangunan ini tidak memiliki jendela dan hanya pintu ini akses untuk masuk” Bima menjawab pertanyaan Utari.
“Apa kalian tidak mendengar sesuatu?” tanya Saras tiba-tiba.
Semua mata mengarah kepada Saras, lalu mereka saling memandang dan menggelengkan kepala mereka kalau mereka tidak mendengar apa pun kecuali suara-suara serangga.
Tanpa di duga tiba-tiba Saras membalikan badannya dan pergi ke arah rumah besar, seketika yang lain pun mengikuti Saras di belakang dengan tergesa-gesa. Ketika sampai di depan pintu kaca besar ke arah dapur Saras menghentikan langkahnya.
“Ada apa Saras?” tanya Bima yang berhenti di belakang Saras.
“Aku mendengar sesuatu dari dalam rumah” jelas Saras.
“Ayo kita periksa kedalam!” seru Bima mengajak teman lainnya untuk mengikutinya.
Tanpa ada yang memperhatikan ada seseorang yang tersenyum dalam diamnya.
###
“huffttt… sangat melelahkan malam ini” keluh Utari setelah menjelajah rumah itu dan mencari asal suara yang didengar oleh Saras. Suara itu berasal dari sebuah lemari dekat kamar mandi yang tertutup kain putih dan di dalamnya ada seekor kucing yang tergantung terbalik. Kaki-kaki kucing itu diikat ke ujung-ujung lemari dan kepala kucing itu berdarah karena membentur-benturkan kepalanya berharap bisa membuat lemari itu terbuka dan suara kucing itu sangat lemah. Ketika Bima mebuka lemari itu, mereka semua sangat terkejut, terutama Arimbi yang penyayang binatang. Tak lama setelah mereka melepas ikatan pada kucing itu, binatang itu pun mati.
Nakula langsung berbaring begitu mereka sampai di ruang tengah yang mereka jadikan tempat beristirahat dimana tenda tempat mereka tidur juga di pasang di sana. Mereka membuat dua buah tenda, satu tenda untuk laki-laki dan tenda satunya lagi untuk para wanita. Mengingat mereka belum makan sejak datang ke rumah itu tadi sore, mereka pun makan makanan instan terlebih dahulu sebelum beristirahat dan tidur di dalam tenda. Di saat yang lain sibuk makan terlihat Nakula yang makan dengan tatapan melamun seperti memikirkan sesuatu.
“Ada apa Nakula?” tanya Bima yang duduk di sebelah Nakula dan merasa heran dengan sikap Nakula yang terlihat melamun saat sedang makan.
“Ah.. tidak apa-apa” jawab Nakula pelan dan melannjutkan makannya. Walau sebenarnya Nakula ragu, entah apakah matanya yang salah atau hanya perasaannya. Nakula yakin, terakhir kali meninggalkan dapur dengan Utari tidak ada apa pun di atas meja dan saat kembali dari halaman belakang Nakula melihat sebuah boneka di atas meja besar. Boneka itu sudah usang dan berdebu. Boneka itu juga terlihat mengerikan, salah satu matanya keluar, pakaian boneka itu juga sobek-sobek, dan tidak hanya itu pada bagian lengan dan perut terlihat isi perut boneka itu yang berhamburan keluar. Namun apakah diantara kita ada juga yang menyadari hal itu? Pikir Nakula dalam hati.
Sampai akhirnya mereka semua terlelap, sosok yang memperhatikan mereka sejak tadi pun keluar dan mendekati tenda. Di sibakkan salah satu tenda yang terlihat sedikit terbuka, di dalamnya ada dua orang yang sedang berbaring saling memunggungi. Begitu pula dengan tenda yang satunya, dua orang lainnya sedang tertidur sambil berpelukan. Senyum itu pun terukir kembali di bibirnya.
”senang dengan apa yang kau lihat?” tanya seseorang yang ada di belakang sosok itu. Sosok itu lalu berbalik dengan pelan menghadap sang penanya.
“aku senang sekali!” jawab sosok itu sambil tersenyum dengan suara kecilnya yang lembut, walau wajahnya terlihat kotor namun tidak menutupi kepolosannya dan matanya yang berbinar.
“terima kasih kak!” ucap sosok itu lagi seraya mendekati seseorang yang tadi menanyakannya lalu memeluknya. Sedangkan seseorang yang dipeluk itu hanya terdiam kaku dan terlihat kegetiran dalam bola matanya. “Apa sebenarnya yang sedang kulakukan?” bisik hati kecilnya.
“Apa kakak sudah melihat hadiah dariku?” sosok itu bertanya dalam pelukan.
Selanjutnya….
pssstttt maafkan typo yang bergentayangan, ini karya pertama kami :KETAWAJAHADD semoga suka :YUHUIII #salamKimoy
-
9 Oktober 2016 pada 5:48 pm #147851RositaAmalaniPeserta
Ahh seremm lanjuttt… kimoy :HULAHULA
-
9 Oktober 2016 pada 6:16 pm #147999kimyAngela_Peserta
apanya yg serem ka pogus :GOOOAWAY @rositaamalani
-
9 Oktober 2016 pada 9:50 pm #149501lindast1Peserta
Ceritanya cukup misterius, belum jelas siapa “sosok” yg menghantui rumah tersebut, manusia atau makhluk dunia lain.
Menurut KBBI arti bergeming adalah tidak bergerak. Sehingga dalam kalimat “Bima mendorong pintu dengan bahunya tetapi pintu itu tidak bergeming” justru artinya pintu tersebut bergerak.
Perhatikan juga penulisan di-dan ke- sebagai kata depan harus ditulis terpisah.
Misalnya: di mana, di sini, ke dalam
Sedangkan di sebagai awalan ditulis bersambung dengan kata kerja yang mengikutinya.
Misalnya: disibakkan, diduga.
Maaf, aku cerewet soal typo. Dilanjut terus ya ceritanya, tetap semangat @kimyAngela dan @oncomyoyoy
-
9 Oktober 2016 pada 10:00 pm #149575kimyAngela_Peserta
terimakasih masukannya, memang di cerita ini banyk kekurangannya :GERAAH
justru kita malah seneng di cerewitin soal typo biar cerita selanjutnya bisa lebih baik lagi :MAWARR @lindast1
-
9 Oktober 2016 pada 10:48 pm #149919carijodohPeserta
Jangan2, yg senyum2 itu asooooong kwkwkw
Lanjooooddd
Semangaaat
-
9 Oktober 2016 pada 10:51 pm #149933kimyAngela_Peserta
lah kok tau sih si asong ikutan jangan” ka sambel itu…… :wuakakakak @carijodoh
-
10 Oktober 2016 pada 6:07 am #151291dhee_sjspPeserta
Hayooo, siapa itu yang senyum
Siapa juga yang berbicara di bagian akhir
Bagus kimoy, ayoo lajutkan :eluskesayangan
kalian sukes membuat penasaran di part 1
semangat semangat :beartepuktangan
-
10 Oktober 2016 pada 8:11 pm #154779kimyAngela_Peserta
terimakasih tante deessss, hayooo siapa itu yang lagi ngobrol :BAAAAAA @dhee_sjsp
-
28 Oktober 2016 pada 5:39 am #229618farahzamani5Peserta
Pas ada suara pranggg, jdi pengen ikutan pegang tangan kk Bima, dede jg kanget banggg ‘aihhh lebayyyy’
Ada Nakula, Sadewa ny kemanain ka, plissss jngn pisahkan merekaaaaahhhh ka !!!!! Huhuhu ‘makin lebayyyyyy’
Trs ni ya, lagi serius2 baca, nahh baca beberapa kli, ada kalimat senyum terukir di bibirny, jujur ya ka, saya jdi ikutan senyum ‘ehhhh lebayyyy lagi’
Okehhh, makin penasaran ama lanjutanny
Cuzz baca part berikutny
Semangat semangat semangat -
27 November 2016 pada 1:35 pm #302116DalpahandayaniPeserta
Horornya kerasa bnget jdi ikutan takut gtu
-
-
PenulisTulisan-tulisan
- Anda harus log masuk untuk membalas topik ini.