Baca Novel Bagus Gratis Sampai Tamat › Forum › Forum Kepenulisan › Lomba Cerbug Misteri : ROSEMARY (Part 2)
- This topic has 4 balasan, 4 suara, and was last updated 8 years, 3 months yang lalu by Author5.
-
PenulisTulisan-tulisan
-
-
10 September 2016 pada 1:24 pm #107026yuukikazawaPeserta
Mary mengerjabkan matanya, kepalanya terasa sangat berat dan sakit, tangannya kebas. Matanya memicing mencoba melihat dengan jelas keadaan sekitarnya. Hal pertama yang disadarinya adalah posisi duduknya yang tidak nyaman karena terikat disebuah tiang dengan mulut tertutup lakban, kedua kakinya juga diikat dengan seutas tali besar begitu pula dengan tangannya.
Didepannya ada seorang gadis yang juga diikat pada sebuah tiang. Ia tidak mengenal gadis itu. Pandangannya beralih kearah kanan dan menyadari disana terikat temannya Siska dengan posisi yang sama.
“Dimana ini?” tanyanya dalam hati.
Ia lalu mengedarkan pandangan keseluruh ruangan dan menyadari kalau mereka tidak hanya bertiga namun masih banyak lagi gadis-gadis muda yang diikat dengan posisi yang sama dan tidak sadarkan diri. Matanya berhenti pada sebuah meja kayu ditengah ruangan. Diatas meja itu terbaring seorang gadis dengan kulit penuh luka dan bagian dada yang terbuka tanpa ada organ didalamnya. Namun bukan hal itu yang membuatnya terkejut melainkan wajah gadis tersebut. Ia mengenali wajah itu. Gadis itu adalah gadis yang meninggal pagi ini. Jeritnya dalam hati. Tangannya bergerak mencoba melepaskan ikatannya namun sia-sia, ikatannya terlalu kencang.
Suara pintu terbuka tertangkap oleh indra pendengarnya. Ia langsung merubah kembali posisinya seperti semula, duduk diam dengan mata tertutup seakan belum sadar. Suara langkah kaki terdengar semakin dekat. Ia bisa merasakan bukan hanya satu tetapi dua orang yang sedang menuju kearahnya. Napasnya tercekat begitu suara langkah kaki itu berhenti didepannya lalu beranjak kearah meja tempat mayat gadis tadi.
“Semuanya sudah dikeluarkan, sisanya akan diambil malam ini.” Suara seorang pria terdengar memantul diruangan itu.
“Selesaikan tugasmu secepat mungkin.” Suara lainnya terdengar. Mary mencoba membuka sedikit matanya dan melihat kearah dua orang pria yang sedang berbicara di depan meja tempat mayat gadis itu berada. Salah satu dari mereka berjalan keseberang meja, ditangannya terdapat sebilah pisau besar. Mary mengenali pria itu. Itu. . .salah satu penjaga asrama, batinnya. Mary kembali memejamkan matanya ngeri saat pria itu mengayunkan pisau besar yang dipegangnya untuk memotong-motong tubuh gadis yang berada diatas meja . Tak lama kemudian kedua pria itu keluar dengan membawa dua kantong plastik besar berisi daging dan satu plastik berisi tulang belulang dari gadis yang dimutilasi tadi. Mary bergerak menahan mual diperutnya, pandangannya mengabur dan kegelapan kembali menyelimutinya.
****
“Kau yakin bisa melakukannya?” Seorang pria paruh baya berbicara dengan sosok pria muda didepannya. Digendongannya terlihat seorang gadis remaja berambut panjang yang tak sadarkan diri.
“Kenapa? Atau kau yang tidak yakin dengan ini semua. Lagipula kita tidak akan rugi apapun jika rencana ini gagal.” Balas si pria muda. Pria paruh baya dibelakangnya mendengus kesal.
“Lakukan apa yang kau mau.” Ketusnya lalu meninggalkan pria muda tadi. mereka melangkah menyusuri koridor itu dalam diam. Keduanya lalu berhenti didepan sebuah pintu. Pria paruh baya itu membuka knop pintu dan masuk kedalam. Tangannya bergerak cepat mengatur posisi kamera.
“Selesai?” Tanyanya pada pria muda yang sedang membaringkan gadis berambut panjang yang tadi digendongnya. Pria muda itu menggangguk, matanya melihat seluruh kamar.
“Kamar yang indah.” Pujinya. Pria paruh baya disampingnya menatap malas kearah pria muda itu.
“Ayo, tugas kita sudah selesai. Saatnya menangkap mangsa.” Ingat si pria paruh baya. Kedua pria beda usia itu berjalan keluar meninggalkan kamar.
Panas. .
Darah. .
Saatnya menyingkirkan sampah. .
Tubuhnya terasa panas, sesosok bayangan hitam menggeliat dikegelapan malam. Matanya perlahan terbuka, napasnya terdengar tenang. Senyum atau lebih tepatnya seringaian menghiasi bibirnya. Jarinya membelai lembut sebilah pisau kecil yang berkilat tertimpa cahaya. Tangannya mengambil jubah hitam yang tersampir disebuah kursi tua didepan cermin berukuran besar. Matanya menatap pantulan dirinya yang pucat, goresan samar terlihat di kaki dan pergelangan tangannya. Giginya bergemeletuk menahan marah saat melihat luka ditubuhnya.
“Dasar bajingan, kalian tidak akan ku ampuni!” Desisnya marah. Matanya berkilat merah. Tangannya terkepal kuat. Segera dipakainya jubah hitam panjang itu dan berbalik pergi. Kakinya melangkah membawanya kearah tangga ruangan bawah tanah asrama. Berjalan tenang walau tanpa penerangan satupun. Matanya seakan bisa melihat menembus kegelapan. Langkahnya berhenti tak jauh dari pintu yang dijaga oleh dua orang pria berbadan besar.
“Hei, kau siapa?” Tanya seorang pria yang menyadari kehadirannya. Sosok itu diam tak menjawab. Perlahan pria itu mendekat kearahnya dengan sikap waspada.
“Apa yang kau lakukan disini?” Tanyanya lagi. Begitu pria tadi berada cukup dekat dengannya, kakinya bergerak maju tanpa diduga dengan tangan kanan terayun kearah leher pria itu.
“AKHH. . .” pria itu mengeluarkan jeritan tertahan sedang kedua tangannya memegang leher yang kini mengeluarkan cairan berwarna merah. Matanya melotot menahan sakit yang baru terasa setlah mendapat serangan tak terduga. Tubuhnya ambruk kelantai lalu mengejang melawan maut dan diam tak bergerak. Sosok tadi berdiri tegak dengan darah segar menetes dari ujung pisau yang dipegangnya. Ia menghirup aroma darah yang menguar seakan itu adalah sumber kekuatannya. Matanya terpejam rapat. Helaan napas puas keluar dari mulutnya.
Melihat rekannya dibunuh, pria satunya mengambil potongan besi dan menerjang kearah sosok itu. ia mengayunkan potongan besi itu sekuat tenaga namun berhasil dihindari sosok itu dengan mudah. Kakinya menendang kearah pinggang, sosok itu melompat sejauh dua meter dan melemparkan satu buah pisau kearah dada pria itu.
TRANGG. .
Pisau itu terlontar kesamping dan menancap didinding setelah dihantam oleh potongan besi yang dipegang oleh pria itu. namun pria itu tak sempat untuk menghindari sosok yang berlari cepat kearahnya dan dengan gerakan memutar mengarahkan pisau kearah lehernya.
Pria itu terduduk dengan posisi tangan menahan pendarahan dileher sebelum jatuh kelantai dan diam tak bergerak. Sosok berjubah hitam itu membuka pintu gudang dan menyeret dua mayat pria tadi lalu meletakkannya keatas meja. Dengan sedikit bersenandung ia mulai membelah bagian dada kedua pria itu dan mengeluarkan jantungnya lalu ia beralih kearah kedua mata pria tersebut dan mencongkelnya. Ia tersenyum senang melihat apa yang didapatnya. Sosok itu lalu mengambil sebuah kotak dibawah meja dan memasukkan kedua jantung dan dua pasang mata itu kedalam kotak. Setelahnya ia menulis sesuatu diatas kertas dengan tinta darah. Lalu menyelipkannya diatas kotak yang telah ditutupnya. Matanya melihat kearah gadis-gadis yang terikat ditiang-tiang sepanjang dinding ruangan dan memilih mengabaikan mereka.
Sosok berjubah hitam itu keluar dari gudang bawah tanah dan berjalan santai kearah sebuah ruangan berukuran cukup besar. Ia lalu meletakkan koatak yang dibawanya didepan pintu itu dan mengetuk pintu beberapa kali sebelum pergi meninggalkan tempat itu kembali menghilang ditelan kegelapan malam.
Seorang pria paruh baya membuka pintu dan melihat kekanan dan kekiri mencari orang yang mengetuk pintunya tadi. Matanya melihat kotak yang ada dilantai dan membawanya masuk kedalam ruangan. Tangannya mengambil surat yang terselip diatasnya dan membacanya.
Apa kau merindukanku, Pak Tua?
Hahahaha. . . .kau tahu aku masih bisa merasakan sensasi saat putrimu meregang nyawa. Dia adalah warna terindah yang pernah kubuat. Aku telah memperingatkanmu setahun yang lalu namun kau memilih untuk mengabaikanku. Bahkan kini kau berani menyentuh orang yang kulindungi. Ingatlah Pak Tua, aku tidak pernah main-main dengan ucapanku. Nanti malam, aku akan mengunjungimu. Mungkin semua peringatanku tak lagi berarti untukmu. Jadi biar aku sendiri yang datang menyingkirkan sampah sepertimu. Katakan juga pada anjing barumu bahwa tidak semua hal bisa menunjukkan masa lalu yang sebenarnya.
Oh ya, di dalam kotak ini adalah hadiah selamat datang dariku. Ngomong-ngomong kedua anjingmu sudah aku jinakkan. Jadi Pak Tua, selamat datang dalam duniaku.
Wajah pria paruh baya itu memucat saat melihat apa yang ada didalam kotak. Keringat dingin menetes disekujur tubuhnya mengingat janji siapapun itu yang mengirim kotak tersebut dan dapat dipastikan ia adalah orang yang telah membunuh putrinya setahun yang lalu.
“Danny, bisa kau lihat siapa pengirim kotak ini?” Panggilnya pada pria yang duduk didepan mejanya. Danny menatap lekat kotak tersebut dan mengerang kesakitan saat hantaman ingatan terakhir pemilik jantung itu masuk kedalam otaknya.
“Sosok berjubah hitam, sama persis seperti yang membunuh gadis pagi itu.” Ujarnya pelan sambil menahan sisa-sisa kesakitan yang diterimanya.
“Aku rasa rencana kita telah gagal total. Dia tidak tertarik dengan umpan yang kita berikan.” Pria paruh baya itu duduk lemas dikursinya. Tangannya meremas bola kaca sebesar bola pingpong dengan kuat dan melemparnya kedinding hingga pecah.
“Sial!” Umpatnya kesal.
“Sebaiknya kita tinggalkan tempat ini secepat mungkin.” Saran Danny. Pria paruh baya itu menggeram kesal.
“Apa kau gila? Pergi meninggalkan semua barang itu? kita telah mendapatkannya dengan susah payah.” Bentaknya pada Danny. Pria itu berdiri dari kursinya dan menekan sebuah tombol dibawah meja. Sebuah pintu rahasia yang menuju bawah tanah terbuka ditengah ruangan.
“Jika dia telah memberikan tantangan maka kita akan menerimanya.” Ucap pria paruh baya itu. ia lalu berjalan masuk kedalam ruangan bawah tanah itu lalu diikuti pria yang dipanggil Danny tadi. Pintu itu menutup kembali secara otomatis. Papan nama dengan tulisan kepala asrama diatas meja berputar 360 derajat dan memancarkan sinar merah kearah lukisan gadis berbaju merah yang terpajang didinding lalu memantul kesegala arah membuat garis-garis merah yang saling menyilang dan menghilang. Seekor kumbang terbelah dua saat terbang melintas ditengah ruangan dengan bayang garis merah yang berpendar terang.
Sementara itu didalam ruangan bawah tanah, kepala asrama dan Danny berjalan memasuki ruangan dengan beberapa monitor yang menyala menunjukkan ruangan kepala asrama diatas. Kepala asrama lalu duduk disalah satu kursi yang ada disana.
“Kita akan melihat kehancurannya dari sini.” Ucapnya percaya diri. Danny ikut duduk disamping kepala asrama. Matanya melihat kesalah satu monitor yang menyala.
“Apa yang bisa kita lakukan disini?” Tanya Danny bingung. Kepala asrama itu tersenyum tenang.
“Sinar infra merah diruangan itu telah diaktifkan begitu kita memasuki ruangan ini. Tidak ada yang bisa lolos dari ruangan itu sebelum menonaktifkan sinar tersebut.” Jelasnya. Danny mengangguk mengerti.
“Begitu dia masuk maka sinar infra merah akan langsung memotong-motong tubuhnya. Begitu dia binasa kita bisa keluar dengan aman dan aku akan menonaktifkan sinar itu dari sini.” Tambahnya sambil menunjuk sebuah tombol pengendali jarak jauh.
****
“Semuanya siap?” Tanya seorang pria tinggi besar memakai rompi anti peluru dengan tulisan polisi dibelakangnya. Dipinggangnya terlilit sebuah ikat pinggang yang menggantung dua buah pistol dan sebuah pisau. Kedua tangannya memakai sarung, kepalanya terlindung helm khusus berwarna hitam.
“SIAP!” Jawab serempak enam anak buahnya. Matanya menatap seluruh anak buahnya yang juga memakai pakaian yang sama dengannya.
“Operasi ini harus berhasil, jangan sampai ada yang lolos. Tersangka utama adalah seorang buronan kelas A. Pemimpin sindikat pasar gelap penjualan organ tubuh manusia selama 2 tahun terakhir. Markas mereka adalah SMA TRIBUANA yang didirikan khusus untuk anak-anak bermasalah dan sebagai kamuflase kegiatan pasar gelap mereka.” Jelasnya. Setelah merasa semua anak buahnya siap dan kapal yang mereka naiki telah mematikan mesin yang artinya mereka memasuki kawasan pulau. ia bergerak kesamping dan membiarkan anak buahnya maju keluar dari kapal menapaki bibir pantai lalu masuk kedalam hutan menuju tengah pulau markas buronan yang mereka cari.
Pasukan itu bergerak pelan penuh kewaspadaan. mereka berjalan memasuki wilayah SMA TRIBUANA dan berlari kearah samping pintu masuk. Seorang dari mereka membuka pintu dengan hati-hati dan yang lainnya memegang pistol waspada. Setelah yakin tidak ada ancaman dari dalam, mereka mulai memasuki SMA TRIBUANA dan menyusuri setiap kelas yang ada disana. Namun nihil, tidak ada apapun yang mereka temui didalam sana. Pemimpin pasukan memberi isyarat untuk keluar dan bergerak tanpa suara menuju asrama utama.
Ditempat yang lain, sosok berjubah hitam berdiri didepan sebuah pintu. Tangannya memutar knop pintu dan membukanya dengan cepat. Ruangan itu kosong, kakinya melangkah masuk dan . . .
CRASHH. . .
Cipratan darah menghiasi dinding-dinding ruangan. Dua orang yang berada didalam ruang bawah tanah tersenyum puas melihat kearah monitor yang menyala menampakkan tubuh yang terpotong-potong didalam ruangan kepala asrama.
“Aku mendapatkanmu.”
To Be Continued. . . .
-
10 September 2016 pada 2:33 pm #107039farahzamani5Peserta
Aduhhh bnr kah yg masuk ruang kepala asrama itu si sosok berjubah hitam?
Bnr kah dia telah mati?
Nahhh part 2 ny langsung bsa dibaca sehabis part 1 td
Yey yey yey
Ditunggu kelanjutannya ya ka
Penasaran sma semua yg terjadi di sana ‘eaaaaaa’
Klo dri tulisan saya ga bsa ngeraba2 akhirnya gmn -
10 September 2016 pada 2:50 pm #107049yuukikazawaPeserta
@farahzamani5 ahahahaha…. terima kasih sudah mau menyempatkan baca kisah ini.
untuk akhirnya, kalau gak bisa diraba-raba ya diterawang aja…kali aja nampak dia…. :BAAAAAA
-
10 September 2016 pada 3:32 pm #107053Andyan21Peserta
Cihuuy lagsug adapart 2 nya. pennasara sma kElanjutannya. Mangatttttssssss
-
12 September 2016 pada 8:14 pm #107497Author5Keymaster
-
-
PenulisTulisan-tulisan
- Anda harus log masuk untuk membalas topik ini.