Baca Novel Bagus Gratis Sampai Tamat › Forum › Forum Kepenulisan › Lomba Cerbug Misteri
- This topic has 7 balasan, 7 suara, and was last updated 8 years, 1 months yang lalu by farahzamani5.
-
PenulisTulisan-tulisan
-
-
9 September 2016 pada 8:44 pm #106872yuukikazawaPeserta
Title : ROSEMARY
(Part 1)
Sebuah pulau yang terletak agak jauh ketengah laut terlihat ditutupi kabut tebal. Ditengah pulau tersebut terdapat sebuah bangunan dengan gaya klasik. Didepan bangunan tertanam sebuah batu besar dengan tulisan SMA TRIBUANA. Disamping kanannya berdiri sebuah bangunan yang tak kalah besarnya. Dipintu masuk bangunan itu terpampang tulisan ASRAMA UTAMA. Koridor panjang terlihat sepanjang mata memandang dengan pintu-pintu yang menghiasi dindingnya.
Bunyi dentangan jam terdengar sebanyak dua belas kali menandakan waktu tengah malam. Koridor itu terlihat gelap dan suram. Cahaya bulan yang masuk melewati kaca tidak membantu sama sekali. Bahkan menambah kesan mistis dengan bayang-bayang pohon yang melambai. Suara tapak kaki terdengar samar dikejauhan, mengalun lembut memecah kesunyian. Sesosok bayangan hitam berjalan pelan dikegelapan malam. Bergerak seakan tak tersentuh memakai jubah hitam panjang. Kepalanya tertutup tudung besar, tangannya menggenggam sebilah pisau kecil yang bersinar tertimpa cahaya rembulan. Sosok itu berhenti disebuah pintu, tangan kanannya memutar knop pintu. Disana, didalam ruangan itu terbaring seorang gadis dengan gaun tidur tipis berwarna merah muda. Sosok itu melangkah pelan tanpa suara, matanya bersinar terang dan sebuah senyum tercetak dibibirnya. Ia berhenti disamping tempat tidur gadis tersebut. Perlahan ia menyingkap selimut yang menutupi gadis itu hingga dada. Matanya menyusuri dari ujung rambut hingga keujung kaki.
“Kau sangat cantik. Tapi sayang tak sebanding dengan sifatmu. Kecantikanmu hilang, auramu terlihat memudar dengan semua warna kelam disekitarmu.” Matanya beralih menatap hiasan dinding berwarna hijau dan cat dinding yang berwarna abu-abu.
“Aku akan menambah satu warna yang cocok untukmu. Setelah ini, kau akan terlihat sangat cantik dan menawan.” Bisiknya. Lalu secepat kilat tangannya terayun menggorok leher gadis tersebut, menggores pergelangan tangan kiri gadis itu kemudian tangan kanannya. Ia beralih ke pergelangan kaki gadis tersebut dan melakukan hal serupa. Darah segar mengucur deras dari kelima luka yang dibuatnya. Tubuh gadis didepannya mengejang, ia melihat dengan tenang saat gadis itu terbangun tanpa bisa bersuara sedikitpun. Gerakan meronta itu semakin lama semakin lemah dan berhenti sama sekali. Darah segar yang berwarna merah pekat telah memenuhi lantai ruangan itu.
“Sebuah karya yang sangat indah.” Sosok itu menghirup udara disekitarnya,”Hah, aroma kebebasan.” Bisiknya. Ia terlihat menikmati aroma darah yang mulai menguar keseluruh ruangan.
Ckrek. . .ckrek. . .ckrek. . .
Tangannya bergerak mengambil foto dari setiap sisi ruangan itu. Bibirnya mengulas senyum puas lalu berbalik meninggalkan ruangan dan menghilang begitu saja dikegelapan koridor bangunan itu.
****
“ARGHHH!!!”
Teriakan nyaring terdengar dari sayap barat asrama SMA TRIBUANA, mengusik ketenangan pagi yang cerah. Pintu-pintu kamar asrama terbuka satu persatu. Para penghuni kamar bergegas keluar dan menuju sumber teriakan. Mereka berhenti didepan sebuah kamar yang setengah terbuka. Seorang gadis berkuncir dua berdiri kaku didepan pintu kamar itu. wajahnya pucat pasi, satu tangannya menutup mulutnya sendiri. Matanya menatap lurus kedalam kamar.
“Ada apa? Apa yang terjadi?” tanya seorang anak laki-laki yang mendekatinya. Gadis itu terlihat ingin bicara namun tidak ada suara yang keluar dari mulutnya. Tangannya menunjuk lurus kedalam kamar. Anak laki-laki itu bergerak mengikuti arah yang ditunjuk gadis tersebut. Kamar itu gelap namun bau anyir seperti besi berkarat tercium jelas dari sana. Kakinya melangkah mendekati pintu yang setengah terbuka dan mencoba membuka seluruhnya. Langkahnya terhenti saat ia merasa menginjak sesuatu yang basah. Matanya meneliti lantai yang diinjaknya. Merah? Cat? pikirnya. Ia berjongkok dan menyentuh permukaan lantai dengan salah satu jarinya lalu membawa cairan merah itu kehidungnya. Tidak! ini. . . .Darah! putusnya.
Ia bangkit dari posisinya dan melihat ruangan itu dengan cermat dan ia melihatnya, gadis malang yang kini tak lagi bernyawa, terbaring diatas tempat tidur dengan mata melotot dan darah yang memenuhi lantai ruangan seperti ditumpahkan. Tubuhnya kaku, ia hanya bisa melihat gadis itu dan serangan rasa sakit yang seakan membunuhnya menghantam dengan cepat membuatnya terdorong kebelakang.
“Dan, kau tidak apa-apa?” seorang gadis berwajah oriental dengan rambut dikuncir kuda datang menopang tubuh anak laki-laki yang hampir jatuh itu. Tak lama kemudian kepala asrama beserta beberapa penjaga datang membelah kerumunan. Kepala asrama melihat ruangan itu lalu memberikan beberapa instruksi kepada penjaga yang bersamanya. Beberapa diantara mereka bergerak mengamankan para siswa yang mulai penasaran dengan apa yang terjadi dan menyuruh mereka meninggalkan tempat itu.
“Mary, bawa Danny dan Siska ke ruangan bapak.” Perintah kepala asrama yang langsung dijawab anggukan oleh gadis berwajah oriental tadi. Ketiganya berjalan pelan menuju ruang kepala asrama.
“Mengapa ini terjadi lagi? Ada apa sebenarnya?” kepala asrama itu bergumam pelan saat melihat kondisi mayat gadis didalam sana. Tangannya bergerak mengambil ponsel disaku celana kain yang dipakainya dan menghubungi seseorang.
“Ia mulai bergerak.” Lapornya.
“……………………”
“Ya, seorang siswi kelas dua, sama persis seperti satu tahun yang lalu.” Wajahnya mengerut tak suka. Sebelah tangannya memainkan bola sebesar pingpong yang terbuat dari kaca.
“……………………”
“Baik, akan saya bereskan.” Ia menutup telepon itu dan memasukkan ponselnya kembali kedalam saku celana.
“Guntur, Joni, bereskan kamar ini.” Perintahnya lalu berbalik meninggalkan anak buahnya yang mulai bekerja.
Ruangan itu terkesan kaku dan kelam dengan dinding bercat hitam dan satu buah lukisan wanita berbaju merah darah serta memegang seikat bunga mawar merah. Satu-satunya benda yang ada disana adalah satu set meja kerja dengan sofa panjang didepannya. Mary, anak laki-laki yang dipanggil Danny dan gadis bernama Siska duduk diam disana menunggu sang kepala asrama. Siska masih terlihat shock dan pucat sedang Danny terduduk diam dengan tangan yang memijit kepalanya. Lain halnya dengan Mary yang menatap lekat lukisan didinding.
“Itu anak saya.” Sebuah suara mengejutkan mereka. Kepala asrama berjalan masuk dan duduk dibalik meja kerjanya.
“Apa?”
“Gadis yang ada didalam lukisan itu adalah anak saya.” Jelasnya saat melihat raut kebingungan Mary.
“Ia gadis yang cantik.” Ucap Mary. Matanya masih menatap lukisan itu. melalui sudut matanya ia bisa melihat sang kepala asrama tersenyum lembut.
“Ya, ia adalah gadis yang sangat cantik. Ia sangat menyukai hijaunya daun dan segala sesuatu yang hijau.”
“Lalu kenapa ia memakai baju merah dan memegang bunga mawar merah?” Tanya Mary tanpa bisa menyembunyikan rasa penasarannya. Raut wajah kepala asrama terlihat mengeras, tubuhnya menegang.
“Untuk memperingati kematiannya.” Sang kepala asrama berkata pelan bahkan terdengar berbisik.
“Maaf, saya tidak tahu kalau ia. . .” Mary menyesal karena mengungkit kisah sedih sang kepala asrama.
“Setahun yang lalu ia dibunuh sama persis seperti gadis tadi.” Lanjut kepala asrama. Matanya seakan mengulang kembali peristiwa itu.
“Apa?” Mary, Danny, dan Siska serempak memandang kepala asrama terkejut.
“Dengan luka yang sama dan lantai yang penuh darah serta raut kesakitan yang. . . .dia bahkan baru 15 tahun saat itu.” Ucap kepala asrama penuh penekanan. Ketiganya menatap kepala asrama penasaran.
“Kejadian ini pernah terjadi satu tahun yang lalu?” Danny angkat bicara setelah diam sedari tadi. Matanya menatap tajam kepala asrama seakan menembus ruang dan melihat kedalam memory sang kepala asrama.
“Siapa yang bertanggungjawab terhadap kasus itu?” Tanya Mary.
Kepala asrama terdiam sejenak, ia memandang ketiga siswa didepannya. Matanya menyelidik satu persatu sosok ketiga siswanya.
“Kasus ini belum tuntas sampai sekarang. . . . tapi yang lebih penting, kalian tidak membocorkan kejadian ini sampai semuanya jelas.” Ingatnya. Mereka bertiga menggangguk mengiyakan.
“Bagaimana kau bisa ada disana pagi ini, Siska?” Kepala asrama menatap Siska yang pucat pasi.
“Saya tidak bersalah pak, saya. . . .saya hanya ingin membangunkannya. Kami ada janji lari pagi bersama. Tapi. . . dia. . .dia. . . .hiks. .” Siska menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Mary yang duduk disampingnya langsung bergerak merangkul pundak Siska menenangkannya. Danny menatap kepala asrama gelisah, ia ingin mengatakan sesuatu tapi takut tidak ada yang akan percaya dengan perkataannya.
“Ada apa Dan?” Tanya kepala asrama saat menyadari kegelisahaan Danny.
“Saya. . .saya melihat pembunuh itu menggunakan jubah hitam panjang dan tudung besar dikepalanya. Tingginya sekitar 160 cm dan bergerak kearah sayap timur asrama.” Ujarnya. Sang kepala asrama mengerutkan keningnya bingung.
“Bagaimana kau bisa tahu?” Tanyanya curiga. Danny ingin menjawab pertanyaan kepala asrama saat lengannya ditahan oleh Mary. Ia menatap Mary disampingnya yang mengisyaratkan jangan katakan.
“Saya bisa melihat masa lalu suatu objek. Baik itu mahkluk hidup atau bukan.” Jawab Danny mengindahkan peringatan yang diberikan Mary.
“Kau melihat kejadian pembunuhan gadis itu?” Sang kepala asrama tampaknya mulai tertarik dengan kemampuan Danny.
“Ya, dengan sangat jelas, bahkan masa lalu anda sekalipun.” Ucap Danny menatap langsung ke manik mata kepala asrama. Tidak ada suara yang terdengar diantara mereka.
Tok. . .Tok. . .Tok. . .
Suara ketukan pintu memecah ketegangan yang terjadi. Seorang penjaga masuk keruangan itu. wajahnya terlihat cemas dan gelisah. “Ada apa?” Tanya kepala asrama.
“Mayat gadis itu menghilang.” Ucap penjaga itu setengah berbisik.
“APA?” Kepala asrama bangkit dari duduknya dan berjalan kearah penjaga tadi. Tangannya menarik kerah baju si penjaga. Kemarahan tampak jelas dimatanya.
“Ka. . ..kami tadi meninggalkan kamar itu sebentar, saat kami kembali, mayat gadis itu sudah tidak ada.” Jelas si penjaga ketakutan. Kepala asrama melepaskan cengkramannya dari kerah baju si penjaga, “Cari sampai ketemu.” Perintahnya. Penjaga itu keluar dari ruangan dengan cepat.
“Mary, Siska, sebaiknya kalian kembali ke kamar masing-masing. Danny, tetap disini ada yang harus kita bicarakan.” Kepala asrama mengalihkan pandangannya. Danny menyandarkan punggungnya santai, senyum kecil menghiasi bibirnya. Begitu Mary dan Siska meninggalkan ruangan, kepala asrama langsung berbalik menghadap Danny.
“Saya rasa kita punya hubungan yang saling menguntungkan disini.” Kata kepala asrama. Raut wajahnya terlihat senang sekaligus misterius. Danny tersenyum menatap wajah kepala asrama didepannya.
“Ya, saya rasa begitu.” Balasnya tak kalah misterius.
Sementara itu Mary dan Siska berjalan pelan menyusuri koridor asrama. Mereka berjalan dalam diam. Keduanya berhenti saat melewati kamar gadis yang terbunuh tadi.
“Mengapa hal sekejam itu bisa terjadi pada Anna?” Tanya Siska lirih. Matanya menatap kosong pintu kamar yang kini tertutup rapat seakan tak pernah terjadi apapun sebelumnya.
“Kita tidak tahu dan tidak akan pernah tahu takdir seseorang, Sis.” Ujar Mary,” Hal yang sama juga bisa terjadi pada kita.” Tambahnya. Matanya menatap jauh kedepan.
“Ayo.” Tangannya menarik lengan Siska pelan. Siska terisak dibelakangnya.
“Aku takut, tolong jangan tinggalkan aku.” Pinta Siska memohon. Mary menatap wajah Siska yang ketakutan. Airmata masih membasahi pipinya. Wajahnya masih sepucat tadi.
“Tenanglah, aku akan menemanimu.”
Keduanya kembali berjalan menyusuri koridor dalam diam dan memasuki sebuah kamar dengan dekorasi dinding yang cerah. Cat berwarna baby pink berpadu indah dengan tempat tidur berwarna senada. Mary mengamati sekitarnya dan tersenyum.
“Kamarmu sangat indah, aku merasa berada ditempat yang sangat nyaman dan lembut. Ini membuatku merasa menjadi tokoh utama dalam dongeng.” Puji Mary.
“Terima kasih.” Jawab Siska tersipu malu.
Karena kejadian tadi pagi, sekolah ditutup selama satu hari penuh. Tidak ada yang berani keluar dari kamar masing-masing. Jam menunjukkan angka 10 malam saat pintu kamar Siska diketuk dari luar. Mary yang berada dikursi belajar beranjak mendekati pintu. Siska menatapnya waspada. Perlahan ia membuka pintu kamar dan tidak menemukan siapa-siapa dibalik pintu. Mary tersenyum kearah Siska yang tanpa sadar telah menahan napasnya tegang. Tangannya bergerak menutup pintu kembali sebelum sebuah kain dengan aroma yang menyengat menutup mulut dan hidungnya lalu pandangannya memudar dan hal terakhir yang didengarnya adalah teriakan histeris Siska.
To Be Continued. . .
-
9 September 2016 pada 9:14 pm #106876Author5Keymaster
Terima kasih @yuukikazawa buat cerbung misterinya.
Next chapter tulis judul di Lomba cerbung misteri : rosemary part 2 ya.
Ditunggu kelanjutan ceritanya.
-
9 September 2016 pada 9:33 pm #106880Andyan21Peserta
Keren kak ceritanya.
Semangat nulisnya! -
9 September 2016 pada 9:43 pm #106886yuukikazawaPeserta
terima kasih..
aku udah baca cerita punya kakak juga tadi dan menurutku itu juga bagus.
Hahhh, kalau saya mah masih banyak kurangnya kak… :pingsan!
-
10 September 2016 pada 12:22 am #106912SyA0912Peserta
Waw cerita yang bagus,,,penasaran dengan part selanjutnya…semangat nulisnya yach….
-
10 September 2016 pada 10:34 am #107006nona_porbaPeserta
bikin penasaran ama kelanjutannya :IMUT
semangat menulis yaa @yuukikazawa smg idenya lancar mengalir.
sukses buat qm :YUHUIII smg menang
-
10 September 2016 pada 1:05 pm #107025asleyfionaPeserta
Aku memang gak bisa buat cerita horror,aku akan membuat sebuah mistery aja.ini ceritanya pas aku baca tengok kanan kiri takut nanti ada dibelakangku hahhaaa….
-
10 September 2016 pada 2:22 pm #107033farahzamani5Peserta
Nahh loh Siska knp itu tereak, jngn2 ……
Nahh kan penasaran lagi
Aduhhhhhh
Ada apa dngn masa lalu bpk kepala asrama?
Ada apa dengan Danny?
Ada apa dengan Mary?
Ada apa dengan Siska?
Lanjutkan lanjutkan
Semangat semangat
-
-
PenulisTulisan-tulisan
- Anda harus log masuk untuk membalas topik ini.