Melihat 6 pertalian (thread) balasan
  • Penulis
    Tulisan-tulisan
    • #98278
      TiwiWhielfElf
      Peserta

      Author : TiwiWhielfElf

      Genre : Romance

      #LombaCerpen

      Aku memarkirkan mobil ku di parkiran sekolah. Seperti biasa sosok ku selalu menjadi bahan pembicaraan dari siswa sekolah ku. Aku bisa melihat beberapa perempuan kurang kerjaan berbisik satu sama lain sembari  melihat ke arah ku yang baru saja keluar dari dalam mobil. Aku hanya memberikan tatapan mencemoh dan melanjutkan jalan ku menuju ke kelas.

      Aku tahu mereka menatap ku dengan pandangan mencela. Aku tahu mereka  membicarakan ku yang seorang anak dari wanita perusak rumah tangga wanita lain. Tapi, apa mereka tahu bahwa aku tidak peduli pada apa yang mereka pikirkan tentang ku? Aku tidak mau membuang-buang waktu berharga ku hanya untuk meladeni ocehan kumpulan anak manja. Persetan dengan semua anggapan miring mereka terhadapku.

      Pintu kelas ku mulai terlihat dari posisi ku, aku mempercepat langkah ku menuju ke kelas. Dari pintu kelas aku bisa melihat kejutan yang selalu di berikan anak-anak kurang kerjaan pada meja dan bangku ku. Aku berjalan menuju ke meja ku yang berada pada pojok kelas. Meja ku di penuhi sampah makanan ringan juga minuman. Sisa dari sampah minuman bekas itu membasahi meja dan ikut mengenai bangku ku. Aku menarik napas dan menghembuskannya dengan keras. Di hari biasa aku mungkin masih bisa menahan amarahku, namun tidak untuk saat ini. Pagi ku sudah cukup buruk karena Ringga kakak tiriku yang mengajak perang urat saraf dengan ku. Anak-anak ini perlu di beri pelajaran, mereka mengira aku tidak pernah membalas perlakuan mereka karena aku lemah. Cih, jika saja bukan karena bunda yang melarangku membuat masalah aku tidak akan tinggal diam menerima apa yang mereka lakukan padaku.

      “Bagaimana dengan hadiah pagi ini, Gi. Apa kau suka?” ucap seseorang yang langsung ku kenali tanpa harus melihat wajah menyebalkannya.

      Mendengar suara cempreng yang berasal dari belakangku membuatku tanpa sadar mengepalkan kedua tanganku. Aku memutar tubuhku menghadap pada lawan bicaraku. God, aku bisa muntah jika tiap hari selalu di suguhkan wajah cewek berisik yang berdiri lima langkah dari tempatku di ikuti lima orang pengikutnya. Wajah yang kini memasang senyuman sinis yang membuatku teringat pada salah satu penyihir jahat di film kartun Barbie.

      “Hadiah? Kau sebut sampah-sampah itu sebagai hadiah?,” tanyaku dengan satu alis terangkat.

      “Ya”

      “Anak seorang pengusaha memberi sampah sebagai hadiah. Memalukan.”

      Sepertinya perkataanku menyentil ego cewek ini. Lihat saja dari ekspresi wajahnya yang terkejut yang sedetik kemudian berubah menjadi amarah.

      “Jangan bercanda. Orang sepertimu yang merupakan anak dari wanita yang menjadi perusak rumah tangga orang. Kau sangat pantas mendapatkan sampah-sampah itu!” Teriakan cewek ini mengundang perhatian siswa yang berada di luar kelas. Aku bisa melihat gerombolan siswa lain berdesakan ingin melihat drama yang di buat oleh cewek sialan di depanku. Aku tidak perduli dengan tatapan ingin tahu dari mereka. Fokus ku sepenuhnya tertuju pada orang yang menjadi salah satu manusia yang akan ku buat menyesal karena perkataannya barusan.

      Perkataannya berhasil menjadi pemicu amarah yang sedari tadi ku tahan. Aku tidak perduli dengan semua cemohan orang padaku. Tapi, aku akan berhenti untuk tidak perduli jika mereka menghina bundaku. Aku tidak akan membiarkan mereka menjelekkan bunda dengan mulut hina mereka.

      Aku tidak membalas perkataannya, aku hanya mengambil langkah lebar ke arahnya dan memberikannya tendangan berputar yang tepat mengenai sisi kanan kepalanya. Merasa tidak puas aku kembali memberinya satu pukulan kuat yang bersarang di perut datarnya.  Aku menatapnya yang terjatuh menimpa tiga orang pengikutnya dengan pandangan membunuh.

      Suasana kelas seketika hening.  Aku yakin anak-anak itu menahan napas tanpa mereka sadari. Aku menatap dua orang yang tidak ikut tertimpa tubuh ketuanya. Keduanya berdiri dengan tubuh beku. Aku bisa merasakan aura menyerah dari keduanya. Tapi, sepertinya cewek yang baru saja ku hajar tidak sependapat dengan pengikutnya. Baguslah, berarti ia bukan seorang pengecut.

      “Argghhh!”

      Aku melihatnya bangkit dari posisi berbaringnya. Ia menatap ku marah, aku bisa melihat api yang berkobar di kedua matanya. Tidak terima mendapat penghinaan dari orang yang biasa di tindasnya. Sayangnya, kemarahannya tidak sebanding dengan amarah yang saat ini kurasakan.

      Saat ia maju untuk dengan tangan yang siap menamparku. Aku hanya memberinya seringai tidak berniat beranjak dari posisiku. Merasa akan berhasil denga tamparannya, aku mematahkan fantasi indahnya untuk membalas ku. Aku menangkap tangannya kemudian memutarnya hingga tubuhnya kini berbalik dan punggungnya kini berada di depanku. Aku mencengkram kuat tangannya hingga suara jeritan terdengar darinya.

      Oh, aku menyukai suara yang di keluarkannya. Aku semakin bersemangat dengan apa yang ku lakukan. Memberikan tendangan pada bagian belakang kedua lututnya hingga membuatnya terjatuh, aku melepaskan tangan yang ku tahan kemudian mendorongnya dengan keras kedepan.

      BUUKK

      Bunyi debuman yang berasal dari tubuhnya yang kini berciuman dengan lantai kelas terdengar. Seringai ku semakin melebar melihatnya. Aku mengambil langkah kedepan wajahnya, mengangkat kepalanya dengan mencengkram rambut panjangnya. Hidungnya mengeluarkan darah, aku tertarik untuk membuat lebam pada sepasang mata yang selalu menatap hina padaku. Aku tidak melihat tatapan yang biasa ia berikan padaku. Matanya kini di isi dengan sinar ketakutan. Tidak peduli dengan tatapannya, aku mengayunkan tanganku dan meninju wajahnya. Meninjunya berulang kali, aku mungkin tidak akan berhenti jika tidak ada tangan yang menahan tanganku dan menarikku kasar.

      Aku berontak dan mengangkat wajahku untuk melihat seseorang yang dengan kurang ajar berani menahanku. Aku melihatnya. Orang  itu adalah orang yang berbagi darah yang sama denganku. Orang yang selalu menatapku dengan pandangan benci. Orang yang menjadi buruknya pagi ku hari ini.

      Aku menyentak tangannya yang mengenggam tanganku, memberikannya pandangan sinis juga seringai mengejek kemudian melangkah keluar kelas. Aku tidak berniat megikuti pelajaran hari ini.

      ******

      Aku menghabiskan waktu ku seharian di salah salah satu mall yang berada di kota ku. Malamnya, aku melajukan mobil ku ke club yang sudah menjadi tempatku menghabiskan waktu selama setahun terakhir. Malam ini aku menggunakan mini black dress dengan model blackless yang menampilkan punggungku. Aku menyerahkan kartu pengenal palsu pada penjaga klub yang ku buat satu tahun lalu.

      Seperti biasa aku melangkah ke meja bar dan memesan  vodka pada bartender. Aku menyukai efek yang di berikan minuman ini pada ku. Aku bisa melupakan semua masalah yang terus terjadi pada hidupku.

      Aku sudah tidak menghitung gelas ke berapa yang  ku teguk saat ini. Aku membayar minuman ku kemudian berdiri dari kursi yang kududuki. Kepalaku seperti berputar, pandangan ku buram. Melangkah ke luar club menuju jalan raya. Aku memutuskan meninggalkan mobilku. Aku tidak ingin berakhir di peti mati karena alkohol.

      Aku terlalu ceroboh saat menyebrang hingga tidak menyadari bahwa dari arah belakang sebuah mobil menuju ke arahku. Hal terakhir yang ku ingat adalah silaunya cahaya yang berasal dari lampu mobil.

      Silau cahaya matahari pagi menganggu tidurku. Aku membuka mataku dan mengerjap beberapa kali untuk memfokuskan pandanganku. Aku mengernyit melihat kamar yang ku tempati berbeda dengan kamarku. Apa yang terjadi? Rasa panik mendatangiku saat sadar aku benar-benar tidak berada di kamar ku melainkan di kamar orang lain. Aku langsung memeriksa pakaian ku. Aku terkejut melihat baju yang ku kenakan sekarang adalah baju kaos panjang yang ukurannya kebesaran dan aku tidak memakai celana selain dalamanku.  For God Sake. Apa yang telah ku lakukan?

      Di tengah rasa panik dan bingung dalam diriku. Sebuah suara mengagetkanku dan menghentikan perdebatan yang ku lakukan dengan diriku sendiri.

      “Kau sudah bangun. Baguslah,” ucap seorang pria yang menatap ku di depan pintu kamar.

      Mata ku membelalak dengan sempurna karena kemunculan pria asing yang kini berjalan ke arahku. Jangan katakan bahwa aku tidur dengan pria ini? The hell. Pria itu melihatku dengan dahi berkerut sebelum ekspresinya berganti dengan sebuah senyuman tipis. Sangat tipis, aku ragu ia benar-benar tersenyum.

      “Jangan memikirkan yang tidak-tidak. Aku hanya mengganti baju mu.”

      “Hanya? Kau melihat tubuhku!”

      “Well, aku tidak bisa menggantinya dengan mata tertutup. Aku tidak memiliki niat lain. Aku masih cukup waras untuk tidak melakukan hal aneh yang terlintas di pikiranmu.”

      Aku tidak  lagi mendebat perkataan pria asing yang saat ini berdiri beberapa langkah dari tempat tidur. Aku menatap kedua matanya lekat mencari kesungguhan dari apa yang di ucapkannya. Dia tidak berbohong.

      Aku menghela napas lega sesudahnya. Memutuskan kontak mata dan memilih mengedarkan pandangan ku ke seluruh area kamar yang ku yakini adalah kamar miliknya. Pandanganku terhenti pada jam weker yang berada di meja samping tempat tidur. Jamnya menunjukkan pukul 07:15 am. Hm, sudah pukul tujuh ya. Pukul tujuh lima belas menit.

      DAMN!

      Aku menyentak tubuhku dan langsung berdiri menghadap pria asing yang kini melihatku dengan pandangan bertanya.

      “Tas, kau taruh dimana tas yang ku bawa?” Aku ingat membawa tas sekolah yang sempat ku ambil dari mobil tadi malam. Aku menyimpan seragamku di tas sekolahku.

      Ia masih melihatku dengan pandangan yang sama, “Di atas sofa. Yang berada di pojok kamar. Kau tidak melihatnya?”

      Menghiraukan pertanyaan pria itu. Aku melempar pandanganku ke arah sofa berwarna hitam di pojok kamar. Seperti yang di katakannya tas ku berada di sofa itu. Aku beranjak menuju sofa dan mengambil tas ku.

      “Kau bisa keluar? Aku ingin mengganti pakaian.”

      “Kau tidak ingin mandi? Setidaknya mencuci wajah dan sikat gigi?”

      Jika aku bisa memilih, aku ingin bumi menelanku saat ini juga. “Umm… dimana kamar mandimu? Aku boleh menggunakannya?”

      “Pintu yang berada di samping lemari, kau juga bisa menggunakan sikat gigi yang berada di laci.”

      Aku memberikannya anggukan sekali  kemudian masuk ke kamar mandi.
      “Huh. Kenapa kita selalu bertemu dalam keadaan memalukan?”

      “Memalukan yang kau maksud adalah saat kau memukul balik orang-orang yang menghinamu?”

      “Ya, dan kau datang seperti seorang pahlawan kesiangan untukku. Ck”

      “Apa kau juga membenci aku dan ibuku yang di anggap mereka sebagai perusak kebahagian wanita lain?”

      “Benci? Aku tidak punya alasan kuat untuk merasakan hal mendalam untuk itu. Aku hanya tidak menyukainya.”

      “Ah… tetap saja kau sama..”

      “Tidak. Aku tidak sama dengan mereka. Itu urusan mereka. Aku terlalu sibuk dengan masalahku untuk mengurusi orang lain.”

      Aku tertegun mendengar ucapan pria itu. Aku menatap kedua matanya dan disana menyiratkan kejujuran. Untuk pertama kalinya aku menemukan orang yang tidak memandang jijik padaku. Aku seharusnya tidak menatap netra hitam itu terlalu lama. Aku tidak bisa melepas tatapanku. Aku merasakan perasaan nyaman dan oh tidak! Aku terpesona olehnya.

      Pria asing itu bernama NathanWijaya seorang dokter ahli bedah yang cukup terkenal karena umurnya yang masih muda. Yah, muda untuk ukuran seorang ahli bedah di salah satu rumah sakit  terkenal di kotaku. Bagiku ia tetap seorang pria yang lebih tua dariku dengan jarak 10 tahun.

      Awalnya aku hanya menganggapnya seorang pria dengan wajah yang miskin ekspresi. Seorang pria yang menyebalkan karena kata-katanya yang seolah tidak memiliki filter. Aku mengira aku tidak akan berurusan dengannya setelah hari itu, namun aku salah. Aku kembali bertemu dengannya di beberapa waktu setelahnya. Perasaan asing mulai menyusup dalam diriku saat menghabiskan waktu dengannya. Semakin mengenalnya aku semakin tidak ingin jauh dari Nathan. Aku tahu aku mungkin akan di cap sebagai gadis gila karena menyukai seseorang yang berbeda sepuluh tahun dariku. Aku tidak perduli dengan semua itu.

      Apa yang salah dengan semua itu? Perasaan ini tidak bisa di atur. Aku tidak bisa mengatur perasaanku untuk jatuh cinta pada orang selain Nathan. Meski aku di katai sebagai pacar dari om-om seperti yang di katakan siswa di sekolahku saat melihat Nathan menjemputku. Biar saja, mereka hanya iri karena Nathan memilihku. Nathan memiliki wajah dan tubuh yang bisa membuat wanita tidak bisa mengalihkan pandangan mereka darinya. Nathan, di usianya yang ke 27 tahun masih terlihat seperti seorang lelaki yang duduk di bangku kuliah.

      Dulu, aku tidak mengerti alasan bunda yang mencintai ayahku. Ayahku yang saat itu sudah berkeluarga. Bahkan perbedaan umur mereka cukup jauh. Dua puluh tahun. Aku juga pernah memiliki rasa benci karena pilihan bunda. Aku tidak mengerti kenapa dia tega menjadi pihak ketiga dalam hubungan ayah dan istri pertamanya. Apa ia tidak merasa bersalah?

      Kini aku mengerti, semua itu karena satu alasan. CINTA. Yah, karena cinta bunda menerima ayah. Karena cinta bunda rela menjadi istri kedua dari ayah. Karena cinta ia rela menanggung hinaan dan pandangan sinis dari masyarakat. Bunda tidak bisa memilih pada siapa ia akan jatuh cinta. Aku yakin bunda juga tidak ingin menjadi seseorang yang merusak hubungan orang lain. Bunda hanya tidak bisa mengendalikan perasaan itu. Sama seperti ku, aku juga tidak bisa mengatur dengan siapa aku akan jatuh cinta. Aku sama seperti manusia lain. Aku ingin di cintai dan mencintai. Aku juga ingin menunjukkan perasaanku pada seseorang yang ku cintai. Aku ingin mengatakan dengan lantang bahwa aku mencintai Nathan. Bebas. Tanpa aturan yang mengharuskanku untuk mengubur perasaanku padanya.

       

    • #98337
      NUMEYA
      Peserta

      Setujuuu… nggak bakal perduli kalo diri sendiri di caci atau sebagainya…

      Tapi kalo udah bawa orang tua tak bejek2 jadi sambel baru tau rasa wkkwkwk

      Yeah, love is blind.. Buta akan segalanya… Itu yang tidak suka darinya..

    • #98342
      tsalispark
      Moderator

      yeeeaaaayyyyy done reading, terimakasih sudah berpartisipasi  :YYYMAWAR

      secara keseluruhan ceritanya menarik buat dibaca, karakter perempuannya seterong sama well.. ‘sedikit berani’ dengan sworing hihihihi. feelnya kerasa,narasi buat penjelasannya juga pas hihihihi  konflik antara tokoh aku dengan temen kelasnya, she fight for her mother  :YYYPEDIH   :YYYPEDIH.   karakter tokoh akunya juga sip, tersampaikan ke pembaca bagaimana sifat si ‘aku’.  gaya bahasa juga udah oke  :YYYHULAHULA cuma aku tadi nemu beberapa typo sedikit sama untuk penulisa ‘ku’ seharusnya digabung. misal mejaku, langkahku. dan yang terakhir antara cerita dengan waktu yang berbeda mungkin bisa dikasih tanda *** buat misahin. kayak tadi waktu mau ditabrak sama penjelasan tentang si nathan. soalanya jujur tadi aku sedikit bingung, terus dibaca ulang ternyata sudah beda topik hihihi. alurnya juga sedikit cepet. di awal dijelasin peradegan rinci, dan di akhirnya mulai sedikit tergesa gesa, #ini menurutku . mungkin karena cerpen ya sama dibatasi max 2000 kata  :YYYBAPER

      tapo overall baguussss. ngga bikin bosen waktu bacanya  :YYYNGEBET

    • #98497
      Park Heeni
      Peserta

      suka sama diksi ceritanya

      ini kalo dibuat cerbung keren pasti :AZHURA

    • #98700
      yoonnee88
      Peserta

      cinta itu emang buta, cinta tidak akan memilih dengan siapa hatimu akan berlabuh :xxxAuthor2

    • #99510
      farahzamani5
      Peserta

      Haii ka
      Sumapah saya suka pake banget pas adegan si cwe mukul2 tmn yg ngehina dia, nahh tokoh utama jngn ditindas mulu, kli2 menindas gtu hihi
      Kerenn dah pokokny cara nindasny hihi
      Betulll, cinta itu dtng tanpa kita tau kemana si cinta akan menambatkan rasanya itu
      Penasaran sma kisah lanjutan mereka ke depan hihi
      Semangat trs ya ka nulisnya

    • #99784
      yoonilee85
      Peserta

      cinta oh cinta.. jadi penasaran ma lanjutannya..  :BAAAAAA

Melihat 6 pertalian (thread) balasan
  • Anda harus log masuk untuk membalas topik ini.