Baca Novel Bagus Gratis Sampai Tamat › Forum › Forum Kepenulisan › [DIRGAHAYU-RI] Semangat Raden
Di-tag: @kimyangela
- This topic has 18 balasan, 13 suara, and was last updated 8 years, 4 months yang lalu by kimyAngela_.
-
PenulisTulisan-tulisan
-
-
21 Agustus 2016 pada 11:31 pm #100242kimyAngela_Peserta
Author : KimyAngela_
Genre : Drama, Life
#LombaCerpen
“Tariiiiii… sarapan dulu!” panggil mama ketika ku sudah mencapai pintu keluar rumah. “Tari buru-buru ma! Eh, bang Miun kemana ma?” Tanya tari sambil melihat garasi yang kosong di depannya. “Duh! mama lupa kasih tau.. kalau mobilnya di bawa bang Miun ke bengkel tadi pagi” kata mama sambil berjalan ke depan pintu keluar. “yaudah deh ma Tari naik gojek aja, Tari berangkat dulu ya ma! Assalamualaikum” ucapnya seraya menutup pintu pagar dan segera memesan gojek melalui ponsel pintarnya.
“Bang! Turun disini aja deh, udah deket ko tinggal jalan aja ke sana, makasih ya bang!” ujarnya seraya mengeluarkan beberapa uang lembar dari sakunya. Tari segera bergegas menuju area kampus untuk dapat mengurus surat KKN-nya agar cepat selesai. Tanpa ia sadari sesuatu terjatuh dari sakunya.
Lestari Anggraini atau biasa dipanggil Tari ini mahasiswi Fakultas Psikologi semester 5. Sebenarnya hari ini Tari tidak ada kelas tetapi ia harus mengurus beberapa surat yang diperlukan dan ia sudah berjaniji kepada petugas kampus akan di ambil hari ini. “Eh Tari.. tumben datangnya cepat!” ucap Samuel dengan tampang meledek yang tiba-tiba muncul disampingnya. “Berisik deh Muel!” balas Tari dengan tampang kesal. Samuel salah satu sahabatnya di kampus. Samuel orangnya supel dan suka tebar pesona ia juga sering membuat Tari kesal.
“Duh! KTM ku dimana ya?” Tanya Tari sambil mencari-cari kartu mahasiswanya di dalam tasnya. “Hayo.. ga ada KTM ga bisa ambil suratnya loh Tar!” goda Samuel yang melihat kepanikan tari. “Muel ish! Beneran ini KTM ku hilang!” ucap tari dengan kesal kepada sahabatnya. “Coba ingat-ingat tadi kamu bawa apa engga, atau jangan-jangan ketinggalan dirumah?” Duga Samuel. Seketika Tari ingat kalau tadi ia berangkat terburu-buru dan mengambil KTM yang ada di meja kamarnya lalu langsung ia masukan ke dalam saku celananya.
Segera Tari lari keluar area kampus dan mencari-cari kartu mahasiswanya yang kemungkinannya terjatuh dijalan. “Kak.. kak!” panggil seseorang dari belakang Tari. Kemudian Tari berbalik dan melihat seorang anak kecil yang berjalan ke arahnya. “Ya dek, ada apa ya?” Tanya Tari. “Ini punya kakak tadi jatuh” ujar anak itu seraya menyodorkan sebuah kartu. “KTM-ku!” seru Tari dengan spontan. Lalu dering panggilan terdengar dari ponsel Tari. “Ya, Muel?” Tanya Tari langsung kepada Samuel yang meneleponnya. “Suratnya udah jadi tuh, dari tadi di panggilin buat tanda tangan. KTM-nya gimana, udah ketemu?” terang Samuel di telepon. “Udah ketemu! Ok aku ke sana!” jawab Tari langsung. Setelah menutup telepon Tari mencari-cari anak yang menolongnya barusan sudah tidak ada. Tari pun langsung menuju kampusnya dan segera menyelesaikan urusannya.
###
Setelah urusannya di kampus selesai Tari kembali memesan gojek atau ojeg online melalui ponsel pintarnya. Saat di jalan sedang menunggu gojek Tari melihat anak yang menolongnya pagi tadi. Dilihatnya anak itu sedang mengamen dekat lampu merah. Segera Tari menghampiri anak itu. Tetapi ketika Tari sudah hampir sampai, anak itu sudah berjalan pergi menuju kolong jembatan. Tari pun tanpa sadar mengikuti kemana arah anak itu pergi.
Tak lama Tari merasakan panggilan dari ponselnya. Ternyata gojek yang dipesannya sudah menunggu di tempat tadi ia pesan. Tari pun meminta maaf dan membatalkan pesanannya. Kini Tari masih mengikuti jalan yang dilalui anak kecil tadi. Melewati jalan-jalan yang kotor dan suasana yang kumuh. Tak pernah Tari sebelumnya mengetahui atau melihat jalan-jalan ini. Walau pun ia mengetahi bahwa kemiskinan masih melanda Indonesia tetapi Tari belum pernah terjun langsung ke tempat atau daerah seperti yang dilihatnya ini.
Dari jauh Tari melihat anak itu memasuki sebuah rumah makan sederhana. Di luar Tari bisa melihat anak itu membeli sebungkus nasi dan memberikan beberapa lembar rupiah dari kantung plastik yang digunakannya untuk menampung uang hasil mengamen. Tak lama anak itu keluar dari rumah makan tersebut dan berjalan kembali menuju sebuah rumah atau tempat tinggal yang bisa dikatakan tidak layak disebut rumah. Terlihat anak itu di sambut oleh seorang nenek yang sudah rapuh di depan pintu dan anak itu pun memberikan sebungkus nasi yang telah di belinya tadi. Seketika Tari merasakan sesuatu dalam hatinya yang menyeruak ke atas hingga matanya berkaca-kaca.
###
Keesokan harinya Tari berniat untuk menemui anak kecil itu kembali. Kemarin ketika Tari sudah tidak tahan menahan air matanya yang mulai deras, ia segera pergi dan mengurungkan niatnya untuk berterima kasih pada anak itu. Kali ini Tari akan membawakan beberapa hadiah untuk anak kecil itu. Walaupun hadih yang ia berikan tidak seberapa tetapi Tari harap hadiah itu bisa membantu anak itu dan neneknya. Tari pun sempat berpikir kemana perginya orang tua anak itu.
Kini Tari sudah dilampu merah dekat dengan tempat ia menunggu gojek kemarin, ketika dimana ia melihat anak itu mengamen. Namun kali ini Tari tidak melihat anak itu. “Kemana anak itu? Apa ia berpindah tempat?” pertanyaan dalam benak Tari. Dengan pelan Tari menyusuri jalan yang kemarin ia lalui saat mengikuti anak itu. Namun tak disangkanya Tari malah melihat anak kecil itu sedang di pojokkan oleh dua orang preman. Terlihat anak itu mencoba melawan dengan hanya diam dan menyembunyikan tangannya kebelakang yang dihimpit oleh tembok, walau ke dua orang preman itu memaksanya untuk memberikan mereka uang.
“Hentikan! Apa yang kalian lakukan!” teriak Tari seraya menghampiri mereka. “Jauhi anak itu!” tegas Tari kepada dua orang preman di depannya. “Neng mau apa?” tanya salah seorang dari preman itu. “Mau laporin kita ke polisi?” tanyanya lagi. Lalu kedua orang preman itu pun tertawa dengan kencang. “Hahaha! Polisi mah teman kita neng!” seru teman preman itu. Sungguh ironis negeri ini, preman dan polisi justru berteman. Agar masalah ini cepat selesai tentu saja Tari harus mengeluarkan beberapa lembar uang untuk menyelesaikannya. Benar saja setelah Tari bernegosiasi dengan kedua preman itu, akhirnya mereka melepaskan anak itu.
“Dek tidak luka kan? Ada yang sakit?” tanya Tari dengan khawatir. Anak itu hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. “Mungkin dia masih shock” piker Tari. “Dek namanya siapa? Nama kakak Tari” tanya Tari sambil memperkenalkan dirinya. “Raden ka” ucapnya pelan. “Raden ingat kakak?” tanya Tari lagi. Kembali Raden hanya menggangguk sebagai jawaban. “Kakak mau bilang terima kasih sama kamu karena kemarin sudah menemukan kartu punya kakak” sambung Tari. Terlihat wajah Raden yang pucat dan tampak gelisah. “Raden kenapa? Mau pulang ya? Ayok kaka kantar!” Ajak Tari seraya menggandeng tangan anak itu.
Sesampainya di depan rumah itu Raden segera masuk ke dalam meninggalkan Tari yang masih di luar. Tari pun mengikuti Raden masuk ke dalam. Begitu masuk ke dalam Tari terkejut melihat nenek Raden yang tengah berbaring di atas dipan. Tari melihat Raden yang sedang membawakan sebuah gelas berisi air ke dekat bantal neneknya, lalu Raden mengeluarkan sesuatu dari kantung plastik tempat ia menyimpang uang hasil mengamen. Ternyata Raden mengeluarkan sebuah obat dari kantung itu dan bukanlah uang yang seperti Tari kira sebelumnya. Sedangkan sang nenek masih tertidur di sampingnya.
“Raden nenek kamu sakit apa?” Tanya Tari pelan agar nenek tidak terbangun. Raden hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban bahwa dirinya pun tidak mengetahui sakit apa yang dimiliki neneknya. Melihat kondisi seperti ini Tari kembali merasa sedih, ia merasa sangat kecil dan tidak dapat melakukan apa-apa.
Sungguh Tari merasa sangat bersyukur saat ini, karena ia telah diberikan kehidupan yang layak baik tempat tinggal, orang tua, kuliah dan lainnya. Sedangkan Raden dan anak-anak disini mereka ingin makan pun harus mengamen terlebih dahulu. Seharusnya anak seusia mereka adalah bersekolah, belajar dan bermain. Namun mereka sudah merasakan kejamnya kehidupan di usia mereka yang masih sangat dini.
“Raden, kakak bawa sedikit hadiah untuk Raden” ucap Tari sambil mengeluarkan sebuah kotak dari dalam tasnya. Raden pun mengalihkan pandangannya dari sang nenek. Dilihatnya Tari membuka sebuah kotak yang lumayan besar, di dalamnya terdapat buku tulis, pakaian, dan mainan. “ini untuk Raden karena sudah menolong kakak kemarin dan kakak harap Raden menyukai hadiah ini” ujar Tari seraya memberikan hadiah itu ke tangan Raden. Raden hanya menggangguk sambil menerima hadiah itu.
“Oh ya, Raden sudah makan?” Tanya Tari lagi. Raden hanya diam dan masih memperhatikan hadiah yang diterimanya. “Tadi kakak beli beberapa nasi bungkus untuk Raden dan Nenek, jadi raden tidak perlu beli lagi ya, karena kakak sudah belikan juga makanan untuk Raden nanti malam” lanjut Tari. Hari itu Tari menemani Raden menjaga sang Nenek. Saat hari mulai gelap sang Nenek pun terbangun lalu Tari menjelaskan kehadirannya di rumah itu kepada nenek Raden. Setelah sedikit bebincang Tari pun pamit untuk pulang.
###
Setelah sedikit berbincang dengan nenek Raden kemarin, kini ia sedikit mengetahui beberapa hal tentang Raden. Raden Kingrisman namanya. Nama itu pemberian sang nenek yang berharap kelak Raden dapat menjadi seorang pemimpin. Ibunda raden pergi menjadi TKI setelah melahirkan Raden dan belum kembali sampai sekarang. Sedangkan ayahanda Raden merukan lelaki yang tidak bertanggung jawab Karena pergi begitu saja meninggalkan sang istri yang tengah mengandung. Sampai akhirnya Raden di urus oleh neneknya.
Keesokan harinya Tari akan mengunjungi Raden kembali dan berniat untuk mengajak sang nenek ke dokter. Kali ini Tari datang ke rumah Raden dengan membawa beberapa sembako untuk kebutuhan sang nenek dan Raden beberapa hari kedepan. Raden terlihat cemas dan gelisah, Tari pun mencoba bertanya kepada Raden. “Raden ada apa? Apa Raden sakit?” Tanya Tari dengan lembut sambil menyentuh kening Raden dengan punggung tangannya.
“Raden ada lomba di sekolah ka” jawab Raden sambil menunduk dengan suara kecil. “Raden sekolah? Kelas berapa?” Tanya Tari kaget, karena ia mengira Raden sudah putus sekolah. “kelas 4, ka” jawab Raden. Tari pun kembali bertanya pada Raden “Raden ada lomba apa hari ini di sekolah?”. Raden pun kembali menjawab “lomba nyanyi ka”. Memang hari kemerdekaan sudah lewat namun ada beberapa perlombaan yang biasanya masih berlangsung. “Yasudah kalau begitu kakak yang akan menjaga nenek dirumah dan Raden bisa pergi ke sekolah untuk ikut lomba, ok?” Usul Tari kepada Raden. Seketika Raden mengangkat kepalanya dan tersenyum untuk pertama kalinya kepada Tari. “Terima kasih ka!” seru Raden seraya berdiri dan bergegas mengganti pakaian seragam sekolahnya.
“Raden hati-hati ya sekolahnya. Kakak doakan Raden menang lombanya!” teriak Tari begitu Raden akan berangkat ke sekolah. Raden pun berangkat dengan penuh semangat dan sempat berkata bahwa ia berjanji akan memenangkan lombanya untuk sang nenek. Melihat semangat Raden mengikuti lomba itu kembali membuat Tari terharu dan berkaca-kaca. Sungguh ia percaya bahwa raden akan memenangkan lomba itu.
Setelah Raden pergi Tari membawa sang nenek ke dokter terdekat untuk diperiksa. Ternyata sang nenek memiliki darah tinggi dan disamping itu penyakit berumur lainnya. Hari sudah siang dan sang nenek perlu di rawat beberapa hari. Tari kembali ke rumah Raden dan menunggu anak itu pulang. Tari bermaksud untuk memberitahukan kondisi neneknya dan sementara Tari yang akan menjaga Raden selama sang nenek masih di rawat.
Tak lama ada yang mengetuk rumah Raden dan begitu Tari membuka pintu ada seorang ibu yang mengenakan pakaian rapi seperti guru dihadapannya. Namun dapat Tari lihat air mata dari yang menggenang di wajah ibu itu. “maaf Ibu dengan siapa?” Tanya Tari sopan. “Apakah ini rumahnya Raden?” Tanya ibu itu. “Betul ada apa ya bu?” seketika Tari panik. Ibu itu tidak langsung menjawab pertanyaan Tari. Melainkan menangis semakin deras. “Bu mohon beritahu saya ada apa dengan Raden?” Tanya Tari lagi tidak sabar, karena ia merasakan hal yang tidak enak. “ Raden mengalami kecelakaan ketika ia akan menyebrang pulang sekolah” jawab ibu itu dengan tersedu. “APA!!” teriak Tari kaget. “Anak itu sangat bersemangat ketika pulang karena ia berhasil memenangkan lomba, ia begitu terburu-buru ketika pulang dan saat menyebrang…” Ibu itu kembali menangis dengan deras. Begitu pula dengan Tari, air matanya sudah keluar tak kalah hebatnya denagn ibu itu.
“La..lu.. ba..bagai..mana.. kondisi Ra..den bu?” Tanya Tari sambil menangis. “Ra..den sudah ti..tiada” jawab ibu itu denga susah payah di tengah tangisannya. “A..apa!” Tari langsung luruh ke bawah tidak kuasa mendengar berita ini. “Bagaimana mungkin anak yang baru saja tadi pagi pergi dengan penuh semangat dan senyuman kini sudah tiada” batin Tari.
Setelah Tari mengurus pemakaman Raden dibantu oleh wali kelas Raden ia pergi ke rumah sakit tempat sang nenek di rawat. Tari menjelaskan dengan hati-hati mengingat kondisi sang nenek yang sedang sakit. Lalu beberapa hari kemudian Tari membawa nenek Raden ke panti jompo agar ada yang mengurus sang nenek. Tidak lupa Tari memberikan piala kemenangan Raden saat ia mengikuti lomba. Raden telah memenuhi janjinya untuk memenangkan lomba itu.
Semangat dan senyuman Raden akan selalu ada di hati Tari. Berkat Raden Tari mendapatkan banyak pelajaran yang sangat berharga. Kembali di atas hidup yang tidak sempurna, manusia memilih untuk tidak menyerah.
-
21 Agustus 2016 pada 11:41 pm #100245chinatsu_chanPeserta
:TERHARUBIRU RADEEEENNNN,, :aaaKaboor :PATAHHATI
-
21 Agustus 2016 pada 11:46 pm #100248oncomYoyoyPeserta
-
22 Agustus 2016 pada 2:07 pm #100496isyiemyPeserta
Sediiihhhhhh :TERHARUBIRU :TERHARUBIRU :TERHARUBIRU
-
22 Agustus 2016 pada 8:03 pm #100661kimyAngela_Peserta
@isyiemy iya sedih :PEDIHH :PEDIHH
-
23 Agustus 2016 pada 5:54 am #100989farahzamani5Peserta
Ya Allah radennnnnn
Cpt bngt kau pergi nak huhuhu
Msh bnyk ya di sekeliling kita, anak2 jalanan macam raden
Raden keren euy, ngamen tp ttp skul
Akhir takdir berkata lain huhu
Kasian raden, kasian nenek ny, sapa yg ngurusin nnt huhu
Pgi2 baca cerita sedih kyk gni huhuhu
Semangat trs ka nulis ny
Semangat semangat semangat -
23 Agustus 2016 pada 11:54 am #101361dianisahModerator
Aku meweeekk (emang dasarnya cengeng sih :PATAHHATI )
Masih banyak bgt anak kayak Raden di sekitar kita, aku juga suka nggak tega, tapi banyak juga oknum2 yg suka manfaatin rasa iba kita pada anak2 seperti raden. Jadi serba salah. Mau nolong takut salah, nggak ditolong tp kasian. :BAPERR
Ide ceritanya bagus, alurnya jelas, ada sedikit typo dan bbrp kesalahan sistematis lain, tapi keseluruhan ceritanya bisa dinikmati. Ada pesan2 yg disampaikan dengan jelas juga.
I love you, kimyyyy!! :KISSYOU
-
23 Agustus 2016 pada 2:28 pm #101433LiyanmtlPeserta
Seddiiihhhh bacaanyaaaa, aaakkkk radeeeennnn :BAPERR :PEDIHH :TERHARUBIRU
-
23 Agustus 2016 pada 6:35 pm #101498Yunie92Peserta
Terharu aku bacanya nggk nyangka @kimyAngela_ bisa bikin cerpen mengharu kayak gini
Cerita yg mengena di hati yg di kemas secara ringkas dg bahasa yg sederhana tapi mampu membuat pembaca mengharu biru
Keberanian Tari melawan preman .Semangat Raden yg mengikuti lomba patut di contoh
Semangat hidup Raden di tengah keadaannya yg bisa di bilang kurang beruntung mengingatkan kita untuk bersyukur dg apa yg kita miliki
Banyak nilai nilai kehidupan yg tekandung dlm crt ini
Good job @kimyAngela_ @oncomYoyoy ??
-
23 Agustus 2016 pada 6:59 pm #101501kimyAngela_Peserta
@farahzamani5 duhhh berarti sukses dong bikin orang baper :BAAAAAA
@dianisah akkhhhh ka nisa liat aja kalau ada typo perasaan ga ada deh (ngeles) :KETAWAJAHADD makasih komennya pdhl itu baru pertama kali bkin cerita :PEDIHH
@liyanmtl jgn sedih kita harus bersyukur pada yg kita miliki sekarang :KISSYOU
@yunie92 hihihi ga nyangka yah sama aku jg ga nyangka punya ide begitu awalnya malah mau bkin percintaan :KETAWAJAHADD -
23 Agustus 2016 pada 7:43 pm #101518ofiemdxPeserta
sedih :BAPERR ,,tapi salut dan bangga ama raden,semangatnya behh keren abizzzzzz?
-
23 Agustus 2016 pada 9:47 pm #101584famelovendaModerator
Radeeeeeennnnnn ….. aku akan mencari keadilan untukmu :PATAHHATI
tanteee deesssss sadis beeettt radennya kenapa dibukin meninggal, sih? :PEDIHH
hidupkan kembali :DOR!
hidupkan kembali :DOR!
hidupkan kembali :DOR!
#bakarmenyan
-
23 Agustus 2016 pada 10:51 pm #101614kimyAngela_Peserta
@riaind_ hehehe terimakasih :KISSYOU
@ofiemdx ciee yg sedih :GERAAH
@famelovenda dibukin? euww masih aja typo :KETAWAJAHADD , lah kan emng ceritanya begitu oma ga semuanya happy ending :PEDIHH -
25 Agustus 2016 pada 9:06 pm #102267peri407Peserta
Kimy….
gak kuduga kimy nulis cerpen sedih begini ?
sedih… kenapa Raden pergi secepat ini? tapi begitulah hidup. yang harus kita lakukan adalah bersyukur atas semua nikmat yg telah diberikan ?
semangat kim, diterusin nulisnya biar tulisanmu semakin baik lagi.
-
26 Agustus 2016 pada 7:38 am #102382kimyAngela_Peserta
ka perrr mahhh hahaha , sebegitu meragukannya kah aku :PEDIHH terimakasih ka periii @peri407 :superhero
-
26 Agustus 2016 pada 3:29 pm #102678AgreeyPeserta
ceritanya bagus, @kimyAngela_ ada pesan moralnya juga.. tapi sedih kenapa Radennya harus pergi :beruraiairmata
btw, itu nama panjang Tari terinspirasi dari namaku kaah?? :HUAHAHAHAHA #kedipkedipcantik
-
26 Agustus 2016 pada 5:52 pm #102714kimyAngela_Peserta
terimakasih ka reyy, emng ceritanya si raden di bkin harus pergi :PEDIHH wahhhh mungkin hanya kebetulan saja :KETAWAJAHADD @agreey
-
26 Agustus 2016 pada 8:06 pm #102794tsalisparkModerator
bayar hutang ke kimy, baca+komen hehe
ini sedih kim :PEDIHH , kenapa radennya meninggal. anak kecil penuh tanggung jawab :PEDIHH :PEDIHH .
kemarin minta di komen secara sistematis kan ya. aku masih belajar kiimm. maafkeun kalo salah juga :TERHARUBIRU . kalo dari kalimat aku nemu beberapa.
“Tak pernah tari sebelumnya mengetahui…” mungkin lebih enak kalo di rubah susunannya jadi “sebelumnya tari tidak pernah mengetahui…”
Mungkin di kalimat “Samuel orangnya supel dan suka tebar pesona ia juga sering membuat tari kesal”. Dikasih tanda koma jadi “Samuel orangnya supel dan suka tebar pesona, ia juga sering membuat tari kesal”
“… ia menunggu gojek kemarin, ketika dimana ia melihat…” ketika dimana, menurutku kurang efektif. Bisa kata ‘dimana’nya di hapus. Jadi “… ia menunggu gojek kemarin, ketika ia melihat…”
“setelah sedikit berbincang dengan nenek raden kemarin, kini ia sedikit mengetahui…” kayaknya kata ‘sedikit’ yang pertama bisa diilangin kimkim
sama ada beberapa kesalahan penulisan. Di ambil => diambil, disampingnya => di sampingnya, dijalan => di jalan, di panggilin => dipanggilin, walau pun => walaupun, dilampu merah => di lampu merah, di pojokkan => dipojokkan, piker => piker, di urus=> diurus
kalo buat typo ada beberapa juga, kayaknya belum sempet baca ulang ya wkwk, keburu ngepost di waktu mepet :CURIGAH
Oh ada sedikit saran, kalo satu paragraph ada percakapan dari dua orang yang berbeda, kayaknya lebih enak dipisah jadi paragraph sendiri, jadi kelihatan lebih rapi sama enak dibaca
but overal bagus kiiimm, sedihh sama raden :PEDIHH aku berharap besok ada raden raden selanjutnya di indonesia :PEDIHH
-
26 Agustus 2016 pada 11:18 pm #102835kimyAngela_Peserta
makasih ka kun atas masukanya memang di cerpen ini msh banyk kekurangannya, sebenernya awalnya bkn certa ini tp entah kenapa jd berubah :GERAAH , dan pas malm nya jg jam 23.20 baru selesai dan blm sempet di review mangkanya ada beberapa yang typo :author5 , duhh jd tau deh kesalahannya dmn saja :KISSYOU
-
-
PenulisTulisan-tulisan
- Anda harus log masuk untuk membalas topik ini.