Baca Novel Bagus Gratis Sampai Tamat › Forum › Forum Kepenulisan › (DIRGAHAYU-RI) MELAWAN PENGHADANG MIMPI
- This topic has 9 balasan, 6 suara, and was last updated 8 years, 4 months yang lalu by yuukikazawa.
-
PenulisTulisan-tulisan
-
-
17 Agustus 2016 pada 1:22 am #98194yuukikazawaPeserta
Author : yuukikazawa
Genre : family, lifestyle
#LombaCerpen
Kursi rotan yang ku duduki saat ini telah menjadi saksi bisu tahun-tahun yang berlalu untukku merenungkan banyak hal. Tentang negeri ini, tentang bangsa ini, dan tentang hidup ini. 71 tahun sudah negeri ini merdeka. Namun, kenangan tentang penjajahan masih tak lekang dari ingatan. Kemerdekaan yang diperjuangkan dengan darah dan airmata oleh bangsa Indonesia nyatanya tak bisa dihilangkan begitu saja dari sejarah negeri ini. Tetapi semakin aku berpikir maka ia hanya akan menjadi sesuatu yang terasa tidak tepat. Negeri ini telah merdeka, tapi benarkah ?
Merdeka ! satu kata yang memiliki banyak makna. Namun aku tahu jika hanya satu yang bisa mendeskripsikannya. Bebas ! ya, bagiku merdeka adalah saat dimana suatu bangsa atau individu bisa mengekspresikan segala yang ia mau berdasarkan aturan sendiri bukan aturan dari bangsa lain. Nyatanya negeri ini tidak bisa lepas dari pengaruh bangsa lain. Kemana hilangnya rasa nasionalisme bangsanya? kemana perginya semangat untuk memperjuangkan negeri ini? Semakin lama negeri ini semakin stuck ditempat. Apakah menjadi salah satu negara yang berkembang telah memberikan kepuasan pada kita semua? Bahkan setelah berpuluh tahun berlalu negara ini masih setia menjadi negara berkembang. Dimana para pejuangnya? kapan negara ini menjadi maju?
5 tahun yang lalu, aku hanya seorang gadis kecil tak berdaya, terhimpit ekonomi, terlindas ganasnya egoisme. Berjuang diantara ribuan bahkan jutaan manusia untuk menggapai sebuah kehidupan yang dianggap mulia. Merangkak seakan tak lagi bisa berdiri. Namun, tekadku tak pernah pudar, kalau bukan aku siapa lagi yang bisa mengubah takdir hidupku. Dengan modal dan pengalaman usaha yang minim aku berencana memulai produksi kerupuk berbahan dasar ubi kayu.. Menawarkan kesetiap rumah dan toko, berharap ada setitik belas kasihan yang bisa mereka berikan untukku. Memang dari kecil aku sudah menyukai dunia wirausaha.
Takdir seakan bermain denganku. Ibu, sebagai orang yang menjadi sandaranku tidak menyetujui ideku untuk membuka usaha.
“Kita ini orang susah, jangankan untuk membuka usaha, untuk makan sehari-hari saja masih belum cukup.” Ujarnya kala aku mengutarakan niatku untuk membuka usaha. Matanya menatapku sendu. Ia menghela napas lelah saat melihatku tak juga beranjak dari hadapannya.
“Kau ingin usaha apa? Tidak ada yang bisa dilakukan oleh orang kecil seperti kita selain bekerja untuk orang lain. Semuanya sudah ada, nak. Zaman sekarang yang penting ada uang maka kita bisa memenuhi kebutuhan hidup. Tak usah kau susah-susah membuka usaha, kerja saja di toko atau pabrik.” lanjutnya. Aku tahu pasti pola pikir seperti itu.
“Bu, bekerja dengan orang lain itu memang mudah mendapatkan uang, tapi memiliki usaha sendiri itu lebih menjamin masa depan. Lagipula, jika usaha yang kita mulai ini berhasil, akan berdampak pada perbaikan ekonomi hidup kita bahkan negeri ini. Ibu lihat toko-toko, pemilik usaha dan pabrik diluar sana, hampir semuanya dimiliki oleh bangsa asing. Ini negeri kita, mengapa harus mereka yang berhasil dan menguras sumber daya alam Indonesia? Mereka menyediakan kebutuhan bangsa Indonesia dan merekrutnya menjadi pelayan mereka. Dimana bangsa Indonesia? Tidak banyak yang tergerak untuk menciptakan usaha sendiri. Hanya segelintir orang yang sadar bahwa Indonesia merdeka namun tetap terjajah dalam bentuk yang berbeda.” Jawabku panjang lebar. Ibu hanya menatap lurus kedepan. Aku tahu banyak yang ia pikirkan, matanya menyiratkan sejuta pertimbangan.
“Semua terserah padamu, ibu tidak akan melarangmu untuk membuka usaha. Tapi satu yang harus kau ingat, ibu tidak akan ikut campur dan tidak ada yang bisa ibu berikan untuk membantumu.” Beliau akhirnya menyerah dengan keinginanku.
“Aku tahu bu, tapi setidaknya restu ibu menjadi langkah awal untukku memulai usaha ini. Aku tidak ingin seperti mereka, Bu. Aku bangsa Indonesia dan sudah seharusnya aku berpikir untuk kemajuan negeri ini. Meskipun seorang gadis miskin sepertiku tidak akan memberikan kontribusi besar dalam pembangunan negeri, namun setidaknya aku tidak menambah daftar orang yang mengaku bangsa Indonesia tetapi tidak pernah berusaha untuk bebas dari penjajah tak kasat mata. Ini negeri kita, kalau bukan kita yang mencintai dan berusaha lantas siapa lagi yang akan berjuang.” Aku menggenggam tangan ibu dan memeluk tubuhnya erat.
“Masalah modal akan aku usahakan secepat mungkin bisa terkumpul. Terima kasih atas restunya, Bu.” Lanjutku lagi. Beliau tersenyum menatapku.
Memang apa yang kurencanakan tidak bisa langsung terealisasi. Sebagai langkah awal, aku tetap bekerja di pabrik pupuk yang ada di daerahku. Perlahan aku mulai menabung dan membeli berbagai peralatan dan perlengkapan. Akhirnya setelah hampir satu tahun, aku bisa melengkapi semua kebutuhanku untuk memulai usaha. Pertama kali produksi, perasaan cemas dan takut sempat menurunkan semangatku. Tetapi dengan tekad untuk mewujudkan cita-citaku dan segala impian terpendam yang selama ini ada dibenakku, kubuang semua itu dan mulai menawarkan produkku dari rumah kerumah. Alhamdulillah, respon masyarakat cukup baik terhadap produkku dan aku melanjutkan produksi kedua dan ketiga hingga seterusnya. Perlahan usahaku mengalami perkembangan, aku mulai mempekerjakan beberapa pekerja untuk membantu usahaku.
Pernah suatu ketika seorang teman yang dulu bekerja di tempat yang sama denganku bertanya, “Mengapa tidak kembali bekerja ditempat yang dulu? Gajinya lebih besar dari penghasilanmu sekarang kan?” tanyanya. Aku tersenyum menanggapi pertanyaannya.
“Bukan hanya uang semata yang kukejar, aku lebih mencintai pekerjaanku sekarang. Aku bisa bebas mengekspresikan diriku dan tidak terikat dengan orang lain karena aku yang bertindak sebagai pemiliknya disini. Aku tidak suka terikat. Lagipula, dengan begini aku bisa mengurangi pengangguran di daerahku. Meskipun penghasilanku kecil namun itu lebih menjamin masa depanku. Aku menyukai pekerjaanku dan negara ini.” jawabku. Ia tersenyum meremehkan.
“Terserah apa katamu, aku tidak akan mempertaruhkan hidupku hanya untuk kebebasan bekerja dan mendapat penghasilan yang sedikit.” Ia berlalu dari hadapanku setelah mengatakan itu. Lihat, sudah kubilang bukan tidak banyak orang yang menyadari bahwa ia masih terjajah oleh pola pikir dan kemudahan hidup yang disediakan bangsa asing. Penghasilanku memang tidak sebanyak di tempat kerjaku dulu, tidak untuk saat ini. Namun aku yakin bahwa semuanya butuh proses dan perjuangan. Setidaknya dengan aku keluar dari pabrik itu dan memulai usaha sendiri, aku bisa merasakan hidup bebas tanpa tekanan aturan dari pihak manajemen yang terkadang tidak manusiawi dan seenaknya. Sekarang aku bisa mengatur jam kerjaku sendiri tanpa harus tersandung aturan dan ketidak disiplinan. Aku bisa memiliki waktu luang bersama ibu dan adik-adikku.
Tiga tahun setelahnya, aku bisa sedikit santai dengan usahaku. Penghasilan yang kuterima juga sudah jauh lebih besar. Kini aku memiliki pekerja tidak kurang dari 20 orang. Bahkan, teman yang dulu meremehkanku akhirnya bergabung dengan usahaku setelah di PHK dari pekerjaannya. Aku juga sudah mendirikan sebuah rumah produksi yang secara terus-menerus memproduksi kerupuk berbahan dasar ubi kayu dengan berbagai varian rasa bumbu balado.
“Nak, masuklah! Hari sudah gelap, tidak baik duduk terlalu lama diluar.” Suara lembut itu menyadarkanku dari memori masa lalu. Kupandang ibu yang berdiri dimuka pintu dan tersenyum padanya. Aku beranjak meninggalkan kursi rotan yang kududuki dan berjalan menuju perempuan paruh baya itu.
“Ibu sudah makan?” tanyaku seraya merangkul pundak ibu.
“Belum, nanti kita makan bersama.” Jawabnya sambil tersenyum dan meremas jemariku dipundaknya. Aku dan ibu berjalan masuk kedalam rumah, meninggalkan bintang dan bulan yang mulai menerangi gelapnya malam. Suara jangkrik dan burung malam saling bersahutan menciptakan irama merdu yang merangkulku menuju mimpi indahku. Aku tahu dan tidak pernah menyesali keputusan yang telah kuambil lima tahun lalu. Percayalah! Tidak ada perjuangan yang sia-sia dan tidak ada yang bisa membebaskanmu selain dirimu sendiri.
Fin
gyahahaha…
sebenarnya malu pengen masukin cerita ini disini tapi ngeliat serunya acara jadi nekad buat posting.
#hadeh…rasapengenkaburajaabisini :aaaKaboor
-
17 Agustus 2016 pada 11:58 am #98276NUMEYAPeserta
Aaaaaaaaaa….
Ceritanya keren bangetttt…
Udah lama menantikan cerita seperti ini… akhirnya…
Iya, aku juga kadang berpikir.. benarkah negeri ini sudah merdeka?
Kamu bisa baca pikiran ya… hampir seluruhnya pernah terpikir oleh ku kecuali berhenti kerja…
Intinyaaa aku suka, love, saranghae… hehehe
-
17 Agustus 2016 pada 3:12 pm #98372tsalisparkModerator
Uhuuuuuyyy done reading. Terimakasih sudah berpartisipasi :YYYMAWAR
Ini baguuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuussssssssssss. Paaas kweyeeennn, gaya bahasa asyiikk. Semuanya kerasa pas. Biasanya cerita bukan romance ngga terlalu diminati. Tapi menurutku kamu ngemas cerita family lifestyle dengan apik. Bener bener bikin pembaca hanyut di cerita kamu. Dari cerpen ini aku juga dapet banyak amanat yang disampaikann. Pokoknya ini sangat menarik. Sukaaaaaa. Keep writing :YYYNGEBET
-
17 Agustus 2016 pada 3:12 pm #98373tsalisparkModerator
Uhuuuuuyyy done reading. Terimakasih sudah berpartisipasi :YYYMAWAR
Ini baguuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuussssssssssss. Paaas kweyeeennn, gaya bahasa asyiikk. Semuanya kerasa pas. Biasanya cerita bukan romance ngga terlalu diminati. Tapi menurutku kamu ngemas cerita family lifestyle dengan apik. Bener bener bikin pembaca hanyut di cerita kamu. Dari cerpen ini aku juga dapet banyak amanat yang disampaikann. Pokoknya ini sangat menarik. Sukaaaaaa. Keep writing :YYYNGEBET
-
18 Agustus 2016 pada 3:26 am #98580yuukikazawaPeserta
Aaaaaaa…..
ya ampun, aku gak bakalan mengira ada yang tertarik sama cerita ini…
#thanksalot…:D :YYYTERHARU
-
18 Agustus 2016 pada 12:30 pm #98683yoonnee88Peserta
ceritanya keren cerita ttg pandangan seorang pengusaha muda ttg ekonomi negeri ini ;YYYYUHUI
-
20 Agustus 2016 pada 9:02 am #99503farahzamani5Peserta
Haii ka
Pertama baca lomba cerpen sdh disuguhi cerita motivasi sprt ini
Kerennn, bagusss, bikin semangat dll
Sebuah langkah hidup itu memang harus diambil dngn mantap, ini terlihat dri dialog2 tokoh aku dngn sang ibu dan teman
Proses hdp ny mengalir dri yg tadinya bukan siapa2 dan skrng bsa menjadi orang ‘from zero to hero’, apalagi ada penjelasan ttng teman yg dluny mencibir skrng malah ikut kerja di usahany tokoh aku, ini membuktikan tokoh aku teguh dlm pendirian ny walaupun dlu si tmn pernah mencibirnya
Tmbh semangat ni saya ny
Mau jg suatu saat nnt bisa berwirausaha
Ok, lanjutkan terus bakatmu menulis ka krna tdk semua orang pny bakat menulis
Semangat semangat semangat -
20 Agustus 2016 pada 11:20 pm #99778yoonilee85Peserta
cocok dengan kutipan dari salah satu teman saya. “Bermimpilah yang tinggi saat dalam keadaan sulit, kita tidak tahu di mana takdir kita berakhir. Namun, yang pasti Allah selalu mendengar cita-cita dan mimpi kita, selalu berdoa dan minta doa kepada kedua orang tua”
-
21 Agustus 2016 pada 3:02 am #99820yuukikazawaPeserta
@farahzamani5 terima kasih untuk komentarnya ya :asia kita memang harus bisa memutuskan apa yang akan kita perjuangkan dalam hidup ini. berani mengambil risiko adalah langkah awal dari segalanya.
menurutku….. ahahahaha….. :AZHURA
semangat juga buat niatnya berwirausaha, semoga bisa lancar. :HULAHULA
-
-
21 Agustus 2016 pada 3:06 am #99821yuukikazawaPeserta
@yoonilee85 yep…itu memang benar, tidak ada salahnya bagi kita untuk bermimpi dan Allah mengetahui semuanya. yang tinggal hanya keberanian dan kemauan untuk mewujudkan mimpi tersebut.
betul ?? yang penting semangat terus :yihaa
-
-
PenulisTulisan-tulisan
- Anda harus log masuk untuk membalas topik ini.