Baca Novel Bagus Gratis Sampai Tamat › Forum › Forum Kepenulisan › (Dirgahayu-Ri) Love And Secret
- This topic has 5 balasan, 5 suara, and was last updated 8 years, 3 months yang lalu by SairaAkira.
-
PenulisTulisan-tulisan
-
-
15 Agustus 2016 pada 11:49 pm #97906KimanagreyPeserta
Author : Kimanagrey
Genre : Teenlit, Romance
#LombaCerpen
Love And Secret
“Liat deh, ganteng banget ya…”
Aku hanya bisa tersenyum menanggapinya.
Malangnya nasibku, mencintai orang yang disukai oleh sahabat dan juga saudaraku.
Bukan, mereka bukanlah orang yang sama.
Entah bagaimana bisa kebetulan itu terjadi begitu saja. Awalnya aku tak menyadarinya. Hingga suatu hari ada saudaraku yang membahasnya.
“Eh Mon, gimana lo sama cowok itu?” Salah satu saudaraku bertanya pada Monifa, kakak sepupuku.
“Siapa sih?” Dia berkelit.
“Si Ari, Arion anak 12 IPA 1 itu. Yang sekelas sama lo.” Jelas saudaraku.
“Apaan sih? Berisik lo. Nggak liat tuh ada si Della? Dia kan satu sekolah sama gue. Gimana kalau dia bocor? Kan bisa gawat.” Monifa berkata dengan sangat pelan, namun aku masih bisa mendengarnya.
Dan aku hanya diam, tak peduli.
Setidaknya untuk saat itu. Semuanya berubah saat aku menyadari salah satu dari keempat sahabatku juga menyukai dia. Ari memamg loveable sih.
“Fre…. Fre…. Fredella…” Seseorang mengguncang bahuku.
“Iya?” Aku menghadapnya, Keana. Sahabat paling dekat denganku. Mungkin karena diantara mereka berempat, dia dan aku yang sifatnya hampir mirip. Golongan darah kami pun sama. Sayangnya, hati kami pun memilih orang sama.
“Liat, dia ke sini.” Ana sekarang berbisik pelan di telingaku.
Aku menoleh ke depan, dan pandangan kami langsung bertemu.
“Nanti latihan.” Ari berkata sambil menatapku.
Aku tersenyum manis. Aku harus pandai berkamuflase.
“Oke Ka.” Aku menjawab dengan ceria. Sementara sahabatku masih saja diam, menatap ke arah lelaki itu.
“Hmmm…. Kakak ada apa lagi?” Aku bertanya, karena dia tidak juga pergi.
“Kasih tahu yang lain.” Dia berucap dengan datar dan singkat.
“Sip… Iyakan An?” Aku menoleh padanya, begitu juga dengan Ari yang sepertinya baru menyadari keberadaannya.
Dia hanya mengangguk.
Ari juga hanya mengangguk lalu pergi.
Sifat kami memang sama, namun sekarang aku dalam misi. Misi menyatukan mereka.
Sialnya, sikapku itu menjadi bumerang bagiku. Akibat aku yang kelewat ceria, bawel, dan agak perhatian, perlahan Ari mulai berubah. Dia mulai bisa tersenyum. Bahkan, saat pertama kali aku perhatian padanya yang nampak pucat, wajahnya langsung memerah.
Akupun bukan super model yang bisa langsung dengan mudah dicintai. Aku biasa saja, bahkan tergolong jelek. Mungkin karena hanya aku yang berani se-frontal itu menunjukan perhatianku, dia jadi merasa… entahlah, yang jelas dia berubah.
“An, jangan diem aja dong. Dia ada di depan lo juga. Aktif dikit dong. Tau dia orangnya gak peka. Harus kita duluan lah yang mulai.” Aku memulai sesi ceramahku.
“Tapi Fre, kamu tahu kan? Kalau di dekat orang yang kita suka, kita bisa jadi blo’on kayak tadi. Kamu enak nggak punya perasaan sama dia. Aku? Aku nggak memerah aja uyuhan.” Dia membalasku dengan sedikit emosi.
“Gue tahu. Sangat tahu. Lo lupa? Gue sering banget malu-maluin di depan Ka Sean? Gue cuma nggak mau lo sampe kayak gue, yang bener-bener gak punya harapan. Lo tuh cantik, pendiem juga. Sesuai banget sama kriteria dia. Jadi, mulai sekarang semangat ya?” Aku menyemangatinya, dan dia juga mulai terpengaruh.
“Makasih ya, emang diantara semuanya kamu yang paling ngerti aku.” Dia memelukku. Aku tak membalasnya, hanya mampu tersenyum miris
Lo salah, dan lo nggak akan pernah tau itu. Aku bergumam dalam hati.
***
“Eh, kalian tahu gak? EXO mau konser!!!” Faranissa A.k.a Fara datang dengan hebohnya. Suaranya yang cempreng menggelegar di ruangan ini.
“Iya ih. Aku juga pengen nonton. Tapi, piraku urang kudu ka Korea heula. Ncan tiketna, ncan keur kadituna, ncan keur didituna. Hua… nasib dah, tinggal di kota kecil. Di peta pun hanya setitik.” Jawab temanku yang lain dengan super duper lebay. Valerie namanya.
“Kecil-kecil gini banyak kenangan. Lagian nikmatin aja sih, sebelum nih kota jadi kayak kota besar lainnya.” Aku menjawabnya.
“Elo Fre, aneh banget sih. Gue tuh udah muak tahu nggak, tinggal di kota kecil, tersisihkan ini.” Sekarang giliran Valencia, saudara kembar Valeri yang berbicara. Valencia memang bukan bagian dari sahabat yang aku maksud, hanya kadang dia ikut dengan kami.
“Ya udahlah, biarin aja. Bener kok kata dia. Disini kita masih bisa ngerasain dingin kan? Terus biaya hidup kita juga tergolong murah. Nikmati ajalah. Seperti namanya “HAPPY EARTH”, kita harus terus bahagia.” Nah, itu dia anggota kelima kami, namanya Leony. Dia yang paling pintar dan paling dewasa antara kami. Walaupun wajahnya sama sepertiku, baby face, tapi masalah pikiran, dia yang paling dewasa di antara kami.
“Iya, iya… Eh, tahu nggak, katanya Big Bang mau comeback.” Satu kalimat yang dilontarkan oleh si Valerie, mengundang kehebohan di antara kami. Aku yang memang tak begitu menyukai Boyband Korea hanya diam saja. Tapi mereka tak peduli. Akhirnya aku memilih untuk bermain hp dan membuka berbagai informasi tentang artis favoritku.
“OMG!!! Shawn Mendes hari ini ulang tahun, dan mau ngadain konser. Hua….” Kali ini aku yang heboh.
“Siapa Shawn Mendes?” Mereka bertanya tapi tak ada keingin tahuan di mata mereka. Hanya formalitas mungkin.
“Dia, dia pacar gue. Hehehe…. maunya ketang….” Aku tersenyum malu pada mereka.
“Huh… mana coba liat.” Ujar Fara.
“Nih.” Aku menyodorkan handphone ku, menunjukan foto Shawn yang aku punya.
“Ih, kok tua banget sih?” Jleb… Itu komentar si Valen.
“Dia baru 18 tahun hari ini.” Aku berucap pelan, berusaha tidak terdengar kesal atau sebagainya.
“Oh.” Jawabnya sebagai formalitas.
“Ganteng banget Del.” Ucap Keana dengan senyum tulus. Aku membalas senyumnya. Tanpa seorangpun yang tahu, semakin lebar senyumku, semakin dalam luka itu.
Sorry An. Gue janji, kalian pasti bersatu. Tekadku.
Mereka memulai lagi berbicara tentang Korea. Aku mengerti, namun aku hanya diam mendengarkan.
“Yang Sopran maju, kita mulai latihannya.” Suara itu mengintrupsiku. Benar, kami memang sedang latihan padus, latihan yang dimaksud oleh Ari tadi.
Okay, it’s time to fokus…
***
Hari ini hari pertama masuk sekolah setelah libur panjang Lebaran.
“Hai teman-teman!!!” Aku berteriak heboh setelah melihat keempat sahabatku di depan kelasku.
Mereka menoleh ke arahku dan kamipun berpelukan. Setelahnya kami duduk melingkar di meja kelas kami. Walaupun tak sekelas, kami tetap suka berkumpul bersama jika ada waktu.
“Ah… Kangen banget sama kalian.” Itu suara si lebay Valerie.
“Iya, gue juga kangen banget sama kalian. Setelah hampir sebulan gak ketemu, tambah bulet ya badan kalian. Hahahaha….” Aku tertawa dengan ucapanku sendiri.
“Hu… kayak lo nggak aja!!” Mereka berseru barengan.
Aku hanya membalas dengan tertawa.
“Eh Ri, kita ke kantin yok!!” Ajak Leony pada Valerie.
“Hayo. Mau pada nitip apa?” Dia bertanya pada kami.
“Makaroni basah.” Aku menjawab.
“Seblak.” Itu suara Fara
“Bubble please?” Itu Ana.
“Uangnya?” Tanya Leony.
“Traktir!!!” Ucap kami bersamaan diiringi tatapan memelas kami.
“Kalau bukan temen… Au ah. Yuk Ni.” Valerie menarik lengan Leony dengan kesal.
“Biasa we atuh wa…. Nyeri oy!!!” Leony terus memberontak. Sementara Vale tampak tak peduli.
Kami yang melihatnya hanya bisa tertawa. Setelah beberapa saat, akhirnya tawa kami berhenti.
Aku menghela napas.
“Gue kangen Ka Ari.” Ucapku tanpa sadar.
“Hah!!!” Mereka berdua menjawab barengan.
“Cie…. Wah An, dia nikung lo tuh!” Ujar Fara bercanda.
“Huft… susah ya, suka sama orang ganteng.” Balas Ana masih becanda.
“Mma…mma…ksud gue Ka Sean. Gue tadi nggak sengaja liat Ka Ari, jadi refleks aja. Tuh, orangnya ada di belakang lo.” Aku berusaha berucap wajar.
Mereka pun menoleh. Untung saja Arion memang ada di belakang mereka. Dia baru menemui seorang teman sekelasku yang merupakan temannya.
“Udah deh, lupain aja. Kalian tahu nggak, Taeyeon….”
“Temen-temen!!! Nih pesenan kalian. Enak banget ya. Udah di beliin dianterin lagi. Tambah gratis pula.” Vale si lebay itu memotong ucapanku. Kami hanya bisa tersenyum. Dengan begitulah terhenti kabar mengenai artis favoritku.
Sabar…
***
“Eh Del. Ini foto temen lo kan?” Ifa bertanya padaku sambil menyodorkan handphone ku.
“Iya, kenapa?” Balasku kembali memfokuskan perhatianku pada novel di tanganku.
“Kenapa ada foto dia sama Ari di frame hati gini?” Dia menyelidik.
Aku tertegun.
“Iseng aja.” Jawabku menekan kegugupanku, dan kembali menatap bukuku, tanpa benar-benar membacanya.
“Masa? Kenapa harus hati coba? Yang lo aja nggak digituin.” Dia tak mau menyerah.
“Suka-suka gue lah. Lagian emang menurut gue framenya paling cocok itu.” Aku berkilah.
“Nggak usah bohong deh. Gue tahu, dia suka kan sama Ari. Pandangannya ke Ari tuh beda banget gitu. Gak usah di tutupin lagi lah.” Dia mengguncang tanganku keras. Aku menggeleng.
“Udah lupain aja. Nggak kok.” Aku terus mengelak.
“Jujur atau lihat apa yang terjadi.” Dia mengancamku.
“Okay. Bener. Dia emang suka sama Ari. So what lo pacarnya? Bukankan. Setiap orang punya hak mencintai okay.” Setelahnya aku pergi.
***
“An, sorry ya.”
“Kenapa emangnya?”
“Gguuee… gak sengaja…. Monifa…. Tahu lo suka sama… Ka Ari.” Jawabku pelan, terbata.
Dia nampak marah.
Dan pergi begitu saja.
Aku hanya bisa menghela napas lelah.
***
2 bulan telah berlalu.
Aku lelah. Benar-benar lelah. Entah berapa lama lagi aku harus menutupi ini semua. Hubunganku dengan Keana pun belum membaik.
Akhirnya, dengan keberanian yang sudah ku kumpulkan, aku mengungkapkan semuanya.
“If, An. Gue disini mau bikin pengakuan.” Aku diam sejenak. Menghela napas.
“Sebenarnya gue selama ini juga suka sama Arion.” Ucapku dengan tegas setelah mengumpulkan semua keberanianku.
Mereka terdiam. Lalu setelahnya tertawa.
“Kita udah tahu jauh sebelum lo sadar.” Ucap Ifa.
“Hah?”
“Bener Del. Kita udah sadar dari awal. Kita tahu, kamu orangnya baik. Jadi cara satu-satunya agar kalian bisa bersatu dengan pura-pura suka sama dia. Dan berhasil kan.”
“Tapi…”
“Udahlah. Gak ada yang dapet juga kan diantara kalian.” Teman-temanku tiba-tiba muncul.
“Kalian?”
“Iya, kami juga ikutan. Greget liat kalian.” Jawab Eri.
“Dan maaf ya, sikap kita yang seakan nggak peduli, dan mengasingkan apa yang kamu suka. Kami hanya kadang merasa nggak bisa membahas itu, karena kami nggak kenal dan nggak ngerti. Jadi, daripada kamu kesel sendiri, lebih baik kami nggak membahas. Sorry ya.” Itu adalah Leony.
“Tahu darimana kalian?” Aku menatap mereka curiga.
“Ini.” Bukan, itu bukan Fara.
“Ka Ari?” Gumamku lirih.
“Dan, kayaknya omongan lo salah deh Val. Udah yuk, kita pergi.”
Mereka semua pergi. Keheningan mengisi ruangan ini.
“Gue udah tahu semuanya. Buku lo ketinggalan pas latihan padus yang waktu itu. Gue nggak sengaja baca. Sorry ya.”
Aku hanya mengangguk mengambil buku itu.
“So, kalau gue jawab ‘ya’ buat apa yang ada di buku lo gimana?”
Aku terkejut, tak lama kemudian aku memeluknya dengan senyum merekah.
***
Tak terasa setahun sudah kami lewati. Sekarang kami sudah kelas 12. Seperti di novel-novel, kisahku Happy Ending.
Teman-temanku telah menerima dengan senang hati, idolaku. Aku bisa mengikuti mereka, begitupun mereka. Perlahan-lahan mereka juga menyukai Shawn dan Taeyeon artis kesukaanku.
Dan kabar menggembirakannya lagi adalah….
Keana dan Arion sekarang sudah merayakan aniv pertama mereka.
Ya, permintaan di buku ku itu adalah agar Arion mau menerima Keana. Dan Keana juga memang beneran menyukai Arion.
Sementara aku?
I found more than Arion.
Aku sekarang pacaran dengan…
Shawn Mendes…
Mimpi? Nggak. Itu faktanya. Berkat bantuan teman-temanku, aku mengikuti lomba cover lagu Shawn Mendes, dan ya… seperti itulah. Klise memang. Tapi, nya kitu we lah…
So, mencintai secara merdeka berarti iklas. Iklas melihat mereka bahagia. Iklas mereka bersama dengan yang lain. Melepas di saat yang pas.
Karena, cinta tak harus memiliki. Memiliki dengan keterpaksaan pun b
ukan kemerdekaan bukan.
Seperti aku, yang akhirnya bisa bebas mencintai orang yang mencintaiku, juga hal-hal yang aku cintai.
End
-
16 Agustus 2016 pada 3:23 am #97951hujanpetirPeserta
kisah kasih disekolah :xxxAuthor2 :xxxAuthor2 :xxxAuthor2 :xxxAuthor2
-
16 Agustus 2016 pada 4:54 pm #98091NolanDzetaPeserta
Kisah anak sekolah selalu mengelitik ya. Seru dibaca. Semoga beruntung :tebarbunga
-
18 Agustus 2016 pada 10:12 pm #98867kagita1Moderator
Hai @kimanagrey
Saya baru baca cerita kamu. Saya kasih review sistematisnya ya. Yang lainnya saya serahkan ke author yg bertugas. Cek ya…
* Kalimat “Setidaknya untuk saat itu. Semuanya berubah saat aku menyadari salah satu dari keempat sahabatku juga menyukai dia.” ini saling tumpang tindih. Bisa disederhanakan dengan “Setidaknya, semuanya berubah kala itu aku tersadar salah satu dari keempat sahabatku juga menyukai dia.”
* Kata “loveable” yang bener “lovable” ya
* Kata asing penulisannya dicetak miring
*Udah bagus ya penulisan imbuhan di- untuk kata tempat dipisah. Termasuk “di antara, di sini, di mana” juga.
* Penulisan partikel -pun dipisah dari kata dasarnya.
* Penulisan partikel -lah digabung dengan kata dasarnya ya. Kecuali jika partikel itu dikaitkan dengan nama, maka akan menjadi “Ari-lah”.
* A.k.a lebih enak diganti “atau lebih akrab disapa” kayaknya ya.
* Penulisan kata “handphon ku” yang benar “handphone-ku” ya. Kata asing jika diberi imbuhan menggunakan tanda hubung.
* Kata “mengintrupsiku” yg bener “menginterupsiku”.
* Kalimat “Tapi, piraku urang kudu a Korea heula.” ini sebaiknya diberi penjelasan artinya ya. Bisa ditulis di bawah cerita.Nah. Sekian review saya. Jangan merasa berkecil hati jika membaca review ini. Anggap saja saya sedang memberikan ilmu untuk kamu. Semoga ke depannya lebih baik. Tetap semangaaaatt yaa. :tebarbunga :tebarbunga
-
19 Agustus 2016 pada 12:03 am #98904KimanagreyPeserta
Makasih Ka Kagita1 atas masukannya. Aku juga sadar ceritanya terlalu maksa dan kecepetan. Saya akan berusaha dan belajar lagii…. Thanks… :imwatchingyoualways :YYYKISS
-
20 Agustus 2016 pada 10:53 pm #99766SairaAkiraKeymaster
@Kimanagrey bagus juga quote nya “memiliki dengan keterpaksaan pun bukan kemerdekaan.”
Thanks sudah berbagi cerita ya
-
-
PenulisTulisan-tulisan
- Anda harus log masuk untuk membalas topik ini.